“Agap aja ini simulasi kalau kita sudah jadi suami istri dan aku sedang belajar jadi suami yang baik untuk kamu” Katanya tanpa memikirkan bagaimana keadaan jantung Olivia yang sepertinya akan keluar dari tempatnya.

^^^

Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun menatap polos bayi perempuan yang berada di keranjang bayi. Anak laki-laki itu mendongak menatap sang ayah lalu kembali menatap bayi mungil yang masih memejamkan mata.

“Adik”

“Iya sekarang Atlas sudah jadi kakak, harus jadi kakak yang baik ya buat adik” Pesan Arturo yang Atlas hanya menatapnya dengan tatapan polos.

Saat umurnya 2 tahun dia tidak mengerti apapun. Namun bertambahnya umur, dia mulai mengerti bahwa bayi perempuan itu adiknya. Atlas senang saat memahami bahwa dia memiliki adik dan Atlas senang bahwa kini dia sudah menjadi kakak.

Saluna Laticia Dexter, gadis cantik dengan kulit seputih susu. Saluna lahir dengan keadaan prematur dengan tubuh yang benar-benar mungil. Atlas dan Saluna hanya terpaut 2 tahun, hal itu juga yang membuat kakak adik itu sangat akur. Atlas menjadi sosok kakak yang begitu menjaga adik perempuannya, anak laki-laki itu selalu berada di sekeliling Saluna. 

Tahun demi tahun terlewati, kini Atlas sudah memasuki usia 8 tahun sedangkan Saluna baru ingin memasuki usia 6 tahun.

Atlas duduk di bawah seraya memasangkan sepatu sang adik yang sibuk dengan coklat yang memenuhi kedua tanganya.

“Berhenti makan coklat, nanti kalau sudah sakit gigi jangan datang ke kakak sambil menangis”

“Salu baru makan satu, kemarin-kemarin Salu libur makan coklat. Jadi sekarang tidak apa-apa” Ujar Salu dengan pembelaanya

“Oke, kalau gitu kalau sudah sakit jangan merengek ke kakak, jangan datang ke kakak. Karena Salu tidak mau mendengar ucapan kakak, maka jangan harap kakak mendengar rengekan Salu” ujar Atlas sembari bangkit lalu duduk menghadap televisi dengan jarak cukup jauh dengan Salu.

Salu menatap nanar sang kakak yang menjauh, dengan wajah sedih dan cemberut, gadis itu menaruh coklat di atas meja. Lalu turun dari sofa berjalan mendekati Atlas “Salu sudah taruh coklatnya, jadi jangan marah lagi. Ayo peluk Salu kakak” Gadis itu merentangkan tangan dengan mata berkaca-kaca

Atlas ingin marah dan mengabaikan Salu, tapi dia tidak bisa. Anak laki-laki itu membawa Salu ke dalam pelukannya mengecup puncak kepala Salu “Jangan nangis, maaf ya. Kakak hanya tidak suka jika Salu sakit, itu buat kakak sedih”

“Salu minta maaf, Salu selalu tidak ingin mendengarkan kakak dan jadi adik nakal”

“Oke, kalau gitu jangan menangis lagi”

Bukan tanpa sebab Atlas melarang Salu memakan coklat, tapi karena terkahir kali dia melihat Salu datang ke kamarnya dan menangis. Atlas panik dan bertanya kenapa Salu menangis, adiknya mejawab bahwa giginya sakit.

Teringat bahwa Salu terlalu banyak makan manis, membuat Atlas menyimpulkan bahwa Salu sakit gigi karena hal itu. Akibat gigi yang sakit, Salu jadi demam tinggi dan itu mebuat Atlas ketakutan. Anak laki-laki itu bahkan rela tidak masuk sekolah untuk menjaga Salu dan menemani sang adik untuk tidur, karena saat demam Salu akan sulit tertidur.

Kejadian itu membuat Atlas semakin menjaga Salu, memastikan apa yang Salu makan. Atlas bahkan menentukan makana yang boleh Salu makan dan makanan mana yang tidak boleh atau tidak terlalu banyak untuk Salu makan.

“Kakak lihat, aku abis beli bunga sama ibu” Salu memamerkan bunga di tangan kanan dan kirinya pada Atlas “Dan bunga cantik ini aku persembahkan untuk kakak” Salu memberikan bunga sebalah kanan, Atlas menerima dengan senang hati.  Meskipun dia tidak mengerti bunga apa yang Salu berikan, tapi yang Salu katakan benar bahwa bunganya memang sangat cantik.

ATLAS (End)Where stories live. Discover now