Part 57

57.5K 3.4K 149
                                    

Hai gaiss

Pada part ini, kemungkinan dari kalian akan mengubah perspective tentang Atlas atau mungkin ada yang masih berpegang teguh sama pandangan kalian tentang Atlas.

Aku akan bahas atau mungkin bilang dibilang balesan buat beberapa komen dari kalian di akhirnya cerita seperti biasa.

Jadi tidak perlu berlama-lama lagi, langsung cus aja baca

Eehh tapi jangan lupa vote dan komen terlebih dahulu serta follow ig dan wp
@nsall_
@watpadd.nsall

Happy reading 💕

^^^


Olivia menatap Zidan yang terlihat tampan berkali-kali lipat saat pria itu memasak. Zidan begitu terlihat lihai dalam urusan masak-memasak, bahkan Olivia melihat bahwa Zidan tidak merasa kesulitan saat memotong sayuran dan kawan-kawannya.

Zidan menatap Olivia dengan senyuman manisnya “Kenapa ngeliatin aku kaya gitu?” Tanya Zidan seraya memasukkan sayuran kedalam work pan

“Nggak, aku cuman lagi mengagumi ciptaan Tuhan yang terlalu tampan.” Ujarnya seraya menompah wajahnya sambil menatap Zidan dengan senyuman manis.

Zidan terkekeh kecil dengan jawaban Olivia, satu hal yang membuat Zidan semakin menyukai Olivia karena perempuan selalu bersikap apa adanya. Olivia terlalu terus terang, tidak mencoba untuk menutupi apalagi menjaga image agar terlihat sebagai perempuan yang alim dan malu-malu.

“Mas Zidan emang dari lama suka masak?” Tanya Olivia

“Iya, sejak Mas umur 15 tahun. Itu juga karena terlalu sering liat Ibu masak, jadi Mas coba untuk tanya-tanya resep masakan ke Ibu. Makin kesini Mas semakin suka masak, Mas pikir jika Mas sudah berkeluarga nanti akan lebih seru bisa masak bersama istri Mas nanti. Mas membayangkan bagaimana jika istri Mas hamil nanti, Mas berperan sebagai suami yang baik dengan memasak makan untuk istri dan calon anak Mas nanti. Membayangkannya saja sudah menyenangkan." Zidan meletakan serbet lalu menantap lekat wajah Olivia "Jadi kamu mau kapan Mas lamar untuk jadi calon istri Mas, Olivia?"

Jantung Olivia berdebar cepat kala Zidan bertanya dan menatapnya dengan tatapan lembut. Zidan benar-benar membahayakan untuk kesehatan mental dan jantungnya. Rasanya dia ingin berteriak ketika perasaan cinta pada Zidan semakin menggila di dalam hatinya. 

“Kok tanya Oliv, harusnya Mas tanya diri Mas sendiri. Kalau Mas niat, Mas nggak mungkin nunggu lama untuk ngelamar Oliv” ucap berani, Olivia bahkan menggigit lidahnya karena telah berucap tidak jelas, sial rasa malu mulai menyerangnya.

Zidan mematikan kompor lalu berjalan mendekati Olivia “Jadi Mas sudah dapat lampu hijau nih dari kamu? Kalau gitu Oliv harus dandan yang cantik nanti malam dan tunggu Mas di depan rumah. Dan juga bilang papa dan mama, bahwa Mas akan datang kerumah sama orang tua Mas dengan niatan melamar kamu jadi teman hidup, pendamping, sahabat, dan jadi istri Mas, untuk selamanya” Ucap Zidan dengan tatapan teduh seraya membelai lembut rambut Olivia.

Olivia tertegun hingga dia berusaha mencerna ucapan Zidan, apalagi tatapan Zidan yang menunjukan keseriusan membuat Olivia benar-benar tidak bisa berkata apapun.

“Ayo sekarang kita makan” Ajak Zidan sambil memindahkan masakannya kedalam piring, capcay seafood dan ayam goreng mentega kesukaan Olivia sudah siap untuk disantap.

Olivia masih dengan keterdiamannya sambil menatap pergerakan Zidan, pria itu meletakkan sepiring nasi dengan porsi cukup banyak lalu mengambil capcay seafood dan ayam goreng mentega kedalam piring Olivia. “Makan yang banyak ya sayang” Zidan memberika kecupan singkat dikening Olivia

ATLAS (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora