Part 25

166K 13.2K 882
                                    

Happy reading ❤️‍🔥

^^^

1 jam sudah Atlas melakukan olahraga pagi, yang rutin dilakukan setelah acara sarapan bersama.

Pria itu kini tengah duduk pada kursi panjang yang diletakkan dibawah pohon besar. Matanya sedikit terpejam untuk menetralisirkan rasa lelah dan hawa panas di tubuhnya. Karena matahari pagi ini cukup panas padahal jam masih menunjukan pukul setengah 9 pagi.

"Setelah ini kamu ada jadwal konseling, kamu mandi dulu atau mau makan buah?" Tanya Nabella seraya memegang botol minum milik Atlas yang akan dibawa kembali ke area dapur untuk di cuci.

"Mandi"

"Kalau gitu kamu ke kamar duluan, aku mau taruh botol minuman dulu" Ujar Nabella sambil beranjak dari duduknya

"Tunggu"

Alis tebal Nabella terangkat "Kenapa?"

"Bareng" Atlas terlihat sangat lesu dan wajahnya juga berubah pucat. Pria itu juga terlihat gelisah.

Nabella mulai menyadari kalau pikiran Atlas sedang tertuju pada sabu atau sejenisnya. "Kayanya konseling kita ambil jadwal sore aja deh, tiba-tiba aku pengen liat kamu main alat musik. Kamu bilang kamu bisa main gitar, aku pengen lihat boleh?" Tanya Nabella untuk mengalihkan pikiran Atlas agar tidak memikirkan obat-obatan yang tidak baik itu.

Atlas tersenyum simpul "Kenapa tiba-tiba?"

Nabella membalas dengan senyum kikuk "Aku tiba-tiba keinget cerita kamu, terus kamu juga bilang mau kasih unjuk bakat musik kamu ke aku" Nabella menatap lekat mata sayu Atlas lalu tersenyum menampilkan deretan gigi putih yang rapi "Aku penasaran"

Saat perempuan menampakkan senyumannya, angin menerpa wajah Nabella dengan timing yang begitu pas. Perempuan terlihat sangat cantik hingga membuat Atlas salah fokus.

Atlas meraih tangan Nabella lalu digenggamnya tangan mungil itu dengan begitu lembut. Kepalanya mendongak menatap wajah Nabella yang terkejut. "You look so pretty when you smile in the sun" Puji Atlas yang berhasil membuat Nabella terdiam kaku.

"Terus tersenyum seperti ini saat bersamaku Bella"

"At— "Ayo" Atlas langsung bangkit lalu menarik tangan Nabella untuk membawa perempuan itu ke ruang musik.

Sedangkan Nabella menatap punggung lebar Atlas dengan tatapan bingung karena pria itu langsung memotong ucapannya dan membawanya pergi seolah tidak ingin membahas soal perkataannya tadi.

Kini keduanya telah berada di ruang musik yang disediakan oleh pemilih tempat rehabilitasi, tujuannya agar para pasien penyalahgunaan narkotika tetap produktif melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti hobi. Dan juga ini bermanfaat untuk para pasien agar mengalihkan pikiran para pasien tidak terus memikirkan narkotika.

Atlas menuntun Nabella untuk duduk di kursi kayu yang diletakkan di sebelah lemari berisikan alat musik berukuran kecil.

Sedangkan Nabella memperhatikan Atlas berjalan menuju lemari berisikan gitar dan pria itu mengambil gitar berwarna putih. Perempuan itu terus memfokuskan pandangannya pada setiap pergerakan yang dilakukan Atlas, bahkan saat pria itu menarik kursi dan duduk di depannya. Atlas juga terlihat mengotak-atik gitar putih tersebut, yang entah ia sendiri tidak mengerti untuk apa Atlas melakukan itu.

Dulu seingatnya sang ayah juga melakukan hal yang sama pada gitar hitam yang ada di rumah. Kata ayah, agar suara yang dihasilkan terdengar lebih enak. Tapi sampai sekarang, Nabella hanya sebatas penikmat petikan nada gitar saja. Ia tidak mengerti soal gitar dan alat musik lainnya.

ATLAS (End)Where stories live. Discover now