I Say With A Ditto (Haechan 🧸) 16

Start from the beginning
                                    

Tapi, ternyata Tuhan hadirkan sosok yang menjadi pelangi dalam hidupnya. Yang membuktikan tak sekedar manis di kata. Namun nyata dalam perbuatan.

"Kamu mau gak menikah sama aku?"

"Di mana aku di panggil ayah dan kamu dipanggil ibu."

Vania meraih tangan Haechan membawa pemuda itu untuk berdiri.

"Maaf, udah bikin kamu nunggu lama sejak awal."

Pemuda itu menggeleng.

"Aku gak pernah merasa menunggu terlalu lama. Karena aku menikmati setiap moment untuk deketin kamu."

Sebuah kotak berwarna biru beludru tersodor ke hadapan Vania. Perlahan Haechan membuka kotak itu dan terpampang cincin berlian yang mampu membuat gadis itu kembali mengeluarkan air mata harunya.

Seminggu kemudian....

"Cie yang besok nikah."

"Keluar gak lo dari kamar gue?" Vania menatap tajam seorang pemuda bertubuh tinggi dengan wajah yang tampan paripurna. Wujud bocil itu telah grow up dengan sempurna.

Varo terkekeh. "Galak amat sih calon pengantin."

"Kalau lo gak keluar sekarang, ini remot melayang ke muka lo."

Varo meringis. "Iya kak, ampun. Kakak lagi pms ya? Mau aku beliin sesuatu."

Gadis itu menggeleng. Sesekali memegangi perutnya yang memang terasa sangat kram. Akhirnya Varo keluar dari kamar bernuansa biru pastel tersebut. Meninggalkan pemiliknya yang sedang dalam mood buruk.

Tok!
Tok!
Tok!

Pintu balkon Vania yang terbuat dari kaca berbunyi. Gadis itu menengok pada sumber suara. Bisa dilihat wajah tengil bercampur tampan seseorang melihatnya dari jarak beberapa meter.

"Lo ngapain kesini!" colot Vania sambil melotot.

Sedang yang di tatap tajam hanya nyengir sambil menggeser pintu tersebut. Dengan santai masuk dan berdiri di hadapan gadis yang tengah meringkuk di kasurnya.

"Pasti lagi pms ya? Udah lama gua gak lu galakin pas pms kayak gini." Haechan nyengir tanpa dosa membuat Vania semakin geram.

"Mending lo keluar dari kamar gue."

"Kalau gue gak mau gimana?"

Perut Vania yang kram semakin terasa sakit ketika gadis itu emosi. Air matanya perlahan keluar. Beginilah realita gadis pms. Rasanya tidak bisa di ungkapkan dengan rangkaian kata. Kalian pasti pernah merasakan.

"Lo nangis?"

"Maafin gue, Van."

Haechan menampakkan muka merasa bersalahnya. Demi apapun itu sangat menggemaskan. Vania terkekeh di sela air matanya yang terus mengalir.

"Hiks... Lo lucu... hiks... "

Melihat tingkah aneh gadis itu Haechan merasa iba. Ia menghapus air mata Vania menggunakan jemarinya.

"Jangan ketawa dulu, mana yang sakit?"

"Pe- perut gue. Sakit banget."

Haechan menghela napas pelan. "Lo kebiasaan sih, gak pernah pake pad pereda nyeri."

"Ya kan, gue lupa."

Perlahan ia menyingkapkan baju Vania sebatas perut kemudian menempelkannya menggunakan pad pereda nyeri. Haechan sedikit meneguk ludahnya kala melihat perut mulus itu terpampang nyata di hadapannya.

"Udah belum?" tanya Vania menatap tajam ke arah Haechan.

Pemuda itu menyeringai dan detik berikutnya ia sudah berada tepat di atas tubuh Vania. Keduanya saling terdiam hanya membalas pandangan satu sama lain. Jantung Vania berdetak agak cepat ketika wajah Haechan dirasa semakin maju.

Keduanya memejamkan mata ketika menyentuh bibir satu sama lain. Vania secara otomatis melingkarkan tangannya di leher Haechan. Kedua tangan Haechan bergerak mengelus pinggang ramping Vania sang empu sedikit mengejang namun tetap fokus menikmati ciuman mereka.

"Ahh!" desah Vania cukup lantang saat Haechan dengan sengaja meremas kedua bongkahan dadanya yang semakin menegang. Hormonnya yang sedang naik membuat tubuh gadis itu semakin sensitif. Bisa dilihat kuncup payudaranya tampak jelas dari balik baju yang ia kenakan.

Decapan lidah mereka berdua juga semakin jelas terdengar. Haechan yang sudah tersulut napsu menaikkan jemarinya dan dengan sengaja ia mencubit-cubit puting menggemaskan yang berhasil membuat Vania menggelinjang geli.

"Ahhh... Haechan... "

Kehilangan akalnya, Haechan menurunkan ciumannya ke leher jenjang Vania. Ciumannya semakin dalam mulutnya juga mencumbu setiap inci kulit leher gadis itu.

"Kak Vania, ini Varo ba-"

Kantong plastik berwarna putih dengan berbagai macam isi yang Varo bawa reflek jatuh ke lantai.

Kedua insan yang tengah sibuk bercumbu dan mendesah lantas beringsut dan membenarkan posisi masing-masing. Sedang remaja berusia SMA yang suaranya sedang masa pubertas tersebut mati kutu. Tangannya secara otomatis menutup pintu kamar Vania cukup keras.

Blar!

"Maafin Varo, Kak!"

To be continue

Barudak dari mana nih?

KALIAN SIAP BUAT 23 SEPTEMBER BESOK?

NC NCT DREAM ✔️Where stories live. Discover now