Olivia kembali datang dengan pakaian dan handuk yang dia gengam di tangannya “Ini pakaian punya Papa, nggak apa-apa kan Mas?” Tanya Olivia, lantaran dia tidak memiliki pakaian pria selain pakaian milik papanya

“Nggak apa-apa, maaf ngerepotin kamu”

“Nggak ngerepotin sama sekali kok” Balas Olivia, yang memang sama sekali tidak merasa repot. Perempuan itu malah senang “ Mas bisa ganti di kamar ini, kalau gitu aku keluar dulu mas” Lanjut Olivia seraya berjalan keluar kamar tamu yang berada di dekat tangga menuju lantai Atas.

Sambil menunggu Zidan selesai, Olivia membuatkan minum teh hangat untuk sedikit menghangatkan tubuh Zidan. Dia mengaduk teh seraya tersenyum mengingat kedatangan Zidan, terlebih pria itu menyapa dengan senyum manis. Sempat ingin marah pada Zidan karena tidak membalas pesannya, tapi sepertinya perasaan marah langsung menghilang seketika dengan kedatangan pria itu.

Olivia melangkah menuju ruang tamu yang terletak di tengah-tengah ruangan, terlihat Zidan yang sedang duduk di sofa panjang menghadap ke arah telvisi. Dia duduk disamping Zidan seraya menyodorkan teh hangat di tangannya “Minum dulu mas”

“Terima kasih”

Melihat bagaimana Zidan minum, membuat jantung Olivia berdetak cepat. Bahkan dia tidak pernah menyangka akan duduk sedekat ini dengan Zidan, dan tidak menyangka bahwa Zidan akan mengunjungi rumahnya.

“Mas kenapa tiba-tiba kesini? dalam keadaan basah lagi” Tanya Olivia sambil menatap Zidan yang menaruh gelas di meja yang terletak di hadapan mereka.

“Maaf, maaf Mas nggak jawab pesan kamu. Niatnya mau bikin kejuatan buat kamu, tapi malah jadi ngerepotin kamu” Ucap jujur Zidan seraya meringis malu, dia malah merepotkan Olivia. Gagal sudah buat kejutan untuk Olivia.

Pipi Olivia bersemu “Nggak apa-apa, maaf Oliv ngirim pesan terus ke Mas Zidan” Ucapan Zidan berhasil membuatnya malu, memikirkan pesan yang dia kirim terlihat begitu cerewat. Tapi ketika bertemu langsung dengan Zidan Olivia terlihat malu-malu, apa yang harus dia lakukan sekarang?

“Mas akan sampe kapan di Solo?”

“Kamu maunya Mas di Solo sampai kapan?”

‘Seterusnya’ Ujar Oliva dalam hatinya, jika ditanya seperti itu jelas Oliva pasti meminta Zidan kembali menetap di Solo. “Seterah Mas Zidan, kok tanya Oliv” Kata Oliva sambil mengalihkan pandangannya mengarah televisi
“Siapa tau kan Oliv maunya Mas disini terus sama Oliv”

Jelas Oliv mau Mas disini terus sama Oliv, masa harus di jelasin sih. Peka kek Mas’ Teriak Olivia dalam hati.

“Ngedumelin Mas dalam hati nggak baik tau” Ujar Zidan melihat bagaimana raut wajah Olivia yang terlihat kesal dengan pipi perempuan itu yang memerah.

“Aku nggak ngedumel” Jawab Olivia ketus, Zidan terkekeh geli “Iya deh yang nggak ngedumel”

“Tapi seneng nggak Mas disini?”

“Seneng”

“Katanya seneng tapi kok nggak senyum sih, padahal Mas jauh-jauh ke sini pengen liat senyum kamu. Kalau liat dari foto sama video call aja kayanya kurang lengkap” Ujar Zidan dengan posisi menyamping menghadap Olivia.

Olivia benar-benar gugup sekarang, jantungnya sudah menggila sedari tadi. Zidan benar-benar membuat Olivia sulit bernafas, padahal Olivia sudah berusaha terlihat biasa saja, dia tidak ingin salting dan terlihat memalukan didepan Zidan.

“Padahal kalau lewat chat, kamu banyak bicara. Senyum terus kalau lagi video call, sampe setiap hari ngirim foto. Tapi kenapa sekarang malah jadi pendiem, Mas lebih suka Oliv yang bawel dari pada diem kaya gini” Ujar Zidan, tangan kanannya menarik lembut tangan kiri Olivia lalu mengenggam dengan erat.

ATLAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang