Jatuh Sakit

658 65 17
                                    

Ice berjalan di lorong istana, dengan mudah menavigasi dirinya sendiri ke arah kamar Blaze. Dia tidak seperti Pangeran yang sedang berkunjung ke Istana Kerajaan lain, melainkan seperti berjalan-jalan di taman. Dia hapal betul denah ruangan Istana Flame Kingdom.

Melewati belokan terakhir, pandangan Ice disapa oleh pintu kayu kokoh nan megah. Tanpa basa-basi, Ice mendorong pintu itu dengan mudah dan masuk.

Firefly yang sedari tadi menjaga kasur pemiliknya segera mengambil posisi bersiap sambil memamerkan giginya yang tajam. Namun ketika Firefly menyadari siapa yang datang, Firefly berubah jinak. Dia bahkan mendekati Ice, mengaum kecil serta menyundul tangan Ice dengan kepalanya.

Ice menyempatkan mengelus surai halus Firefly sebelum pergi mengecek Blaze.

Sang pengendali elemental api itu terbungkus selimut, tidak ada sehelai rambut pun yang terlihat.

Ice menyentuh gumpalan selimut di atas kasur itu. "Blaze?"

Tidak ada balasan.

"Aze?"

Kali ini ada jawaban. Walaupun berupa dehaman singkat. "Hm?"

"Kau sedang sakit, posisi tidurmu ini tidak nyaman. Ayo hadap sini." Bujuk Ice, Blaze menurut.

Selimut ditubuh Blaze bergeser berbarengan dengan pergerakannya. Ice dapat melihat Blaze dipenuhi keringat, bibirnya pucat. Bahkan tangan Blaze yang tidak sengaja menyenggol tangan Ice juga terasa panas.

Memeriksa kondisi Blaze, dahi Ice mengernyit tidak suka. "Panasmu ini lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya."

Kondisi Blaze itu terbilang unik. Setiap musim dingin berlalu, Blaze akan jatuh sakit. Sakitnya hanya sakit biasa, tubuhnya terasa panas. Semacam demam.

Panas tubuh Blaze bervariasi. Terkadang panas sedikit, tiga atau empat jam pulih. Terkadang panasnya parah, membuat Nova khawatir bukan main. Jika panasnya tidak kunjung turun, biasanya Nova akan memanggil Ice.

Itulah kenapa Ice ada di sini sekarang.

Kembali ke topik.

Ice menggenggam tangan Blaze, menyalurkan kekuatan elemental es perlahan. Ice memastikan untuk tidak menyalurkan kekuatannya secara berlebihan. Mau bagaimanapun kekuatan elemental mereka berdua bertolak belakang. Mungkin rasa tidak nyaman yang Blaze rasakan sedikit menghilang, kedua alisnya tidak bertaut sekeras tadi.

"Aze, kau sudah makan obat?"

Blaze menggeleng lemah.

"Makan bubur? Atau kau malah tidak makan sama sekali?"

Blaze menggerutu. "..... Pe... Layan, .... Tidak... B-boleh..."

Ice menghela nafas. Ice paham apa yang Blaze berusaha katakan.

Dia tidak ingin ada pelayan masuk ke kamarnya.

Bisa dibilang, Blaze dikenal sebagai salah satu Pangeran terkuat walaupun dia memberi upaya kecil sekalipun. Dalam hatinya, Blaze tidak mau dipandang lemah oleh siapapun. Bahkan oleh Pelayan Istana. Blaze mempunyai ekspektasi tinggi yang dia taruh pada kedua pundaknya sendiri. Jika bukan karena Ice mengobservasinya atau bukan teman masa kecil Blaze sejak lama, Ice tidak mungkin tahu kebiasaan Blaze ini.

Ice terkadang tidak terlalu paham cara berpikir Blaze, otaknya seperti dipenuhi pikiran, namun disaat bersamaan juga tidak memikirkan apa yang dia lakukan. Singkat cerita, Blaze itu unik. Lebih unik dari Gempa dan lainnya. Ice tanpa sadar juga menaruh perhatian khusus untuk Blaze.

Mengira Blaze tertidur lagi, Ice bangkit. Dia baru melangkah satu kali sebelum merasa dirinya ditarik kebelakang.

"!!-"

Bitter Truth | I [DISCONTINUED]Onde histórias criam vida. Descubra agora