Tidak Beruntung

509 67 9
                                    

Keesokan paginya, Ice perlahan membuka kedua matanya yang terpapar cahaya mentari, menampilkan manik biru langit miliknya.

Ice mengernyitkan keningnya, menahan helaan nafas kesal keluar dari mulutnya. "Uh, menyebalkan sekali.."

Terdengar suara kekehan, membuat Ice membelalak lebar. Pandangannya mengarah ke handphone di tangan. Layar handphone menampilkan wajah segar Blaze, rambutnya sedikit lembab. Ice menduga Blaze baru saja selesai mandi.

"Sudah bangun, Princess? Ternyata tidurmu lama juga." Sapa Blaze.

Ice mengerang. "Great. Bangun-bangun langsung melihat wajahmu."

Salah satu alis Blaze terangkat heran. "Kenapa kau terlihat tidak puas begitu? Aku yakin wajahku sangat tampan walaupun melalui layar handphone."

Ice beranjak duduk. Namun karena tidak bisa menahan dirinya, Ice memutuskan untuk menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar. Pikirannya masih setengah sadar nan grogi. "Diam, Aze. Aku masih mengantuk."

"Oh ya? Padahal kau tidur jauh lebih dulu dariku, Ice."

"Tidak perlu-" Ice menutup mulutnya yang menguap, suaranya menjadi teredam. "-diperjelas."

Berkedip perlahan, Ice menatap Blaze. "Sekarang pukul berapa?"

"Pukul enam pagi." Jawab Blaze cepat.

"Oh.." Jeda sejenak, Ice berpikir. "Kelasku itu kelas siang. Aku mau lanjut tidur lagi."

"Hah?!"

Tanpa menunggu protes dari Blaze, Ice kembali berbaring. Dia tidak mematikan panggilan video itu, di dalam hati masih ingin mendengar Blaze berbicara.

"Ice, kau yakin mau tidur lagi?" Seru Blaze.

"En."

"Kau-" Blaze menghela nafas pasrah. "Baiklah, tidurlah sepuasmu."

"Oke." Mendapat izin dari Blaze, mata Ice terpejam. Tarikan nafasnya semakin lama semakin melambat, dirinya telah terbuai lautan mimpi.

Blaze menyaksikan Ice tidur begitu nyenyak, tatapannya meneliti setiap lekukan wajah Ice. Manik indah milik Ice tersembunyi di balik kelopak matanya, ditemani bulu mata lentik. Hidung Ice mancung. Bibir pink mungilnya terbuka, mengeluarkan dengkuran tak bersuara.

Wow, aku tahu Ice itu imut. Tapi setelah aku perhatikan lagi.. dia sangat imut. Benar-benar imut sampai aku bisa terkena serangan jantung jika menatap terlalu lama. Batin Blaze, dapat merasakan jantungnya berdegup kian kencang.

Pintu kamar Blaze terbuka, membuat Blaze menoleh lalu tersenyum. "Firefly."

Firefly memiringkan kepalanya bingung. Aneh, apa ini? Kenapa Tuannya sudah bangun? Tidak seperti biasanya.

Blaze yang dilempari ekspresi bingung dari singa api peliharaannya ikut bingung. "Ada apa?"

Yah, mungkin Tuannya cuma salah makan sesuatu malam tadi. Firefly tidak terlalu peduli. Singa api tersebut mendekati Blaze, berniat minta dielus. Blaze dengan senang hati memuaskan keinginan Firefly.

"Singa gendut." Goda Blaze.

Firefly hampir mengaum tidak terima, untungnya Blaze memberitahunya. "Jangan mengeluarkan suara, Ice sedang tidur."

Firefly menuruti perintah Blaze. Yang penting jatah makannya tidak dilupakan.

***

"Kau sudah bawa semuanya, Solar?" Tanya Gamma, mobil milik Light Kingdom berpacu di atas aspal. Melewati mobil-mobil lain.

Solar mengangguk. "Seingatku sudah semua, Kakek Gamma. Tidak ada satupun yang tertinggal."

Bitter Truth | I [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now