Melalui Pengamatan

629 95 29
                                    

Siapa sih, yang tidak suka pelajaran olahraga? Kaum hawa, tentunya.

Bagi mereka, itu sangat melelahkan. Belum lagi panas terik matahari membuat mereka merasa gerah dan berkeringat banyak. Sangat tidak nyaman di tubuh.

Tapi terkadang mereka juga menyukai jadwal pelajaran olahraga. Dimana mereka bisa mencari alasan untuk tidak ikut menyertai pelajaran itu menggunakan berbagai alasan.

Seperti Egidiana, teman sebangku Gempa. Dirinya beralasan bahwa kakinya sakit agar bisa dikasihani oleh Pak Ian, sang guru olahraga. Ian memperbolehkan Egidiana tidak ikut, asalkan tetap bersama mereka. Alias, Egidiana duduk ditempat teduh yang terletak di samping lapangan. Menyaksikan teman-teman satu kelasnya tersiksa panas.

Melihat kondisi temannya, Egidiana hampir merasa iba.

Ah, itu mengingatkan Egidiana tentang sesuatu.

Berada jauh dari Egidiana adalah Halilintar, pemuda berkekuatan petir itu juga tidak mengikuti pelajaran. Egidiana tidak tahu kenapa Halilintar tidak mengikuti pelajaran olahraga padahal Halilintar dikatakan mempunyai hobi berlatih atau sekedar pemanasan. Egidiana memilih bertanya langsung. Dia sedikit berteriak, tetapi tidak sampai murid lain bisa mendengar.

"Hei, kenapa kau tidak ikut?"

Halilintar tidak menjawab, pandangannya terus menerus terarah pada Gempa. Egidiana hampir memanyunkan bibirnya karena tidak mendapat respon apapun.

Egidiana mencontoh apa yang Halilintar lakukan, yaitu menatap Gempa.

Sekarang, Gempa menangkap bola basket lemparan Fahren. Tubuhnya meliuk-liuk bagaikan ikan koi dalam kolam, menghindari dan melewati setiap lawan main.

Sampai Gempa memberi gerakan akhir. Tangannya melontarkan bola basket. Tidak terlalu halus, tidak terlalu ganas. Semuanya penuh perhitungan.

Bola itu masuk ring basket, mengeluarkan suara sorakan tim Gempa dan helaan nafas kekalahan tim lawan. Bahkan, kelas lain yang memiliki pelajaran sama ikut bersorak. Egidiana bertepuk tangan, tidak menyangka Gempa semahir itu saat bermain basket.

Merasakan hal sama, beberapa murid laki-laki menghampiri Gempa. Mereka terlihat bersemangat. Sementara murid perempuan berbisik-bisik ria, entah apa pembicaraan mereka. Mungkin mereka membicarakan Gempa, karena mereka terus menerus melirik pemuda bermanik gold tersebut.

Egidiana termenung. Ah, kalau saja Halilintar ada di lapangan dan ikut bermain, pasti mereka juga menyorakinya. Sayang sekali dia tidak ikut serta. Melihat kepopulerannya bergeser sedikit, apakah dia akan marah?

Penasaran, Egidiana menoleh kembali. Dirinya tidak terkejut melihat tatapan Halilintar berubah penuh cemburu.

Tapi, kenapa rasanya salah? Seperti tatapan itu tidak tertuju pada Gempa, namun pada orang di sekitarnya?

Egidiana menghentikan perenungannya ketika mendengar suara peluit Ian, menandakan pergantian kelompok pemain. Mendengar peluit itu, Gempa langsung saja mendekati Halilintar, gerakannya bagai refleks sampai-sampai Egidiana harus melihat dua kali untuk memastikan.

Egidiana semakin terkejut, tatkala manik ruby Halilintar melembut menatap manik gold Gempa. Tatapan cemburu seketika menghilang terganti tatapan senang.

Oke, oke, ini gila. Kenapa Halilintar bersikap seperti itu? Mereka seperti orang kasmaran saja. Atau mereka memang saling suka? Ah, atau lebih baik, mereka dalam masa PDKT??

Tiba-tiba merasa semangat, Egidiana akan melanjutkan pengamatannya. Jika Halilintar dan Gempa memang saling suka, dia akan berusaha menjadi pendorong agar mereka bisa bersama.

Maaf, Tuan Cupid. Aku mengambil tugasmu- tidak, tidak. Aku membantu menyelesaikan tugasmu sekarang! Hahaha!

Dalam hati Egidiana tertawa puas, namun ditonton dari luar Egidiana masih sama seperti biasa. Terlihat tidak tertarik pada apapun.

Gempa meraih botol air miliknya, kemudian tersenyum hangat. "Hali, kau lihat? Apakah aku keren??"

"En. Sangat keren." Halilintar menyaksikan Gempa meminum air dua teguk, botol kembali ditutupi.

"Kelompok yang sudah bermain boleh meninggalkan lapangan. Ingat, jangan keluyuran kemana-mana. Lekas pergi ke kelas!" Perintah Ian.

"Baik, Pak!"

Murid-murid berhamburan pergi. Begitu pula Egidiana. Gempa mengulurkan tangan, Halilintar menerima tangan itu dan beranjak berdiri. Tetapi bukannya melepaskan setelahnya, Halilintar tetap memegang tangan Gempa. Tanpa berkata-kata, dia menarik Gempa secara sepihak.

"Eh? Hali?-" Pertanyaan Gempa terpotong Halilintar. "Di sini lebih banyak pohon, biar kau tidak kepanasan."

Gempa terdiam. Sudut bibirnya terangkat, mengulas sebuah senyuman.

"Terima kasih, Hali."

"Hm. Kau tidak lelah?"

"Pertandingan tadi? Lelah. Pihak lawan suka mengepungku, membuat pergerakanku terhambat. Panas matahari juga memperburuk keadaanku." Halilintar menghela nafas, senang taktiknya berhasil.

Taktik agar Gempa lupa mereka masih bergandengan tangan.

Katakanlah Halilintar sedikit kekanakan, dirinya tidak peduli.

Halilintar bertanya lagi. "Sepanas itu?"

Gempa dengan antusias menjawab. "Iya! Panas banget, Hali. Aku merasa sedang melakukan permainan kostum sebagai daging siap dipanggang."

Kicauan burung dan suara murid lain menjadi suara latar belakang. Disertai lanskap luar sekolah, ditemani satu pohon beringin ikonik milik Highschool R.O.S.E, didampingi siluet gedung pencakar langit dikejauhan.

Sekalipun, pandangan Halilintar tidak pernah berpaling dari Gempa.

.

.

.

~ Pojok Author ~

Halo, bertemu lagi dengan Author Hex! Terima kasih sudah baca S1 BT, ya.

Iya, Season 1.

Q: "Thor, berarti ada Season 2-nya?"

A: "Tentu saja ada, TAPI! Author Hex akan mengambil hiatus untuk persiapan S2. Karena di S2, mulai bermunculan konflik. Jadi, tetap stay tune, ya!"

Hiatus dimulai pada tanggal 21 Desember 2022 dan berakhir pada tanggal 1 Januari 2023. Hayo, jangan lupa catat tanggalnya!

Oh ya, hampir lupa. Terima kasih khusus untuk:

1. fanisyapopy09
2. ZahraKamilah8
3. FitriMulyani607
4. AdrianZzz_
5. Nana0648
6. Almira20219
7. Berrysweetuwu
8. delphinium_blue
9. Ai-Zhuna
10. NurIsmifadilah1
11. meyliza005
12. KeyshaPutri343
13. syakiranasasa
14. ransama002
15. maisa369
16. IndriPebrian02
17. ErsaAzahra8
18. Faizah_3059
19. ExLean_

Makin banyak, ya..

Pokoknya, terima kasih banyak sudah baca. Author Hex terharu. :')

Itu saja, sampai jumpa di Season 2. Cyaaa!! XD

Bitter Truth | I [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now