Terlalu Ramai

706 99 4
                                    

Sadar harus tampil berbeda, Solar menampilkan senyuman 1.000 Watt miliknya. Membuat hati semua perempuan bergetar seperti dilanda gempa.

Gempa yang melihat itu semua terjadi hanya tersenyum maklum. Sementara Halilintar terganggu dengan tingkat kenarsisan Solar dan Storm ingin batuk darah.

Solar di dalam hati tertawa lepas.

Siapa bilang Halilintar lebih populer darinya?

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Solar melambaikan tangan kemudian bersedia. "Lompatan Cahaya!"

Seketika tubuhnya menghilang, beberapa detik dia muncul di kursi samping Gempa. Solar dengan santai melipat salah satu kaki. "Kau dengar teriakan para fans ku, Kak Gempa? Aku sangat terkenal."

Gempa terkekeh. "Iya, Solar."

Gempa mengelus rambut Solar seperti Adiknya sendiri. Solar menutup matanya untuk menikmati elusan, merasa sangat bahagia.

Halilintar tidak bisa menahan dirinya untuk berkomentar. "Pamer."

Solar membalas ringan. "Kalau kau iri dengan kepopuleranku, bilang. Jangan dipendam, takutnya kau akan kena penyakit saking lama memendamnya."

Storm menutup mulutnya menggunakan tangan, tidak menyangka Pangeran [Adoxo] dari Light Kingdom ini memiliki mulut yang suka melontarkan fakta. Sebenarnya, dia sangat ingin bertepuk tangan. Namun dia takut itu akan merusak momen dan dianggap aneh oleh para Pangeran. Jadi, dia memilih untuk mengambil peran penonton untuk saat ini.

Ah, seandainya saja ada popcorn.

"Apa kau bilang?" Ucap Halilintar menatap marah Solar.

Sebelum keributan bisa terjadi, Gempa menenangkan mereka berdua. "Sudahlah, jangan bertengkar."

Halilintar mendengus ke arah Solar, dia kemudian berbicara tenang pada Gempa. "Maaf, Pangeran Mahkota."

Solar yang mendengar itu harus melihat Halilintar dua kali. Apa-apaan perilakunya itu? Pilih kasih sekali, membuat orang jengkel ingin menimpuk kepalanya.

Seakan tidak sadar, Gempa menjawab. "Tidak perlu memanggilku Pangeran Mahkota. Cukup Gempa saja."

Halilintar merasa canggung. "... Kalau begitu kau juga boleh memanggilku Hali."

Gempa tersenyum hangat. "Baiklah, Hali."

Storm yang berada di belakang tiga Pangeran bisa melihat telinga Halilintar memerah sedikit. Ho! Ternyata Halilintar lemah dengan orang baik!

Wanita pemegang mic akhirnya bisa melanjutkan tugas. "Baiklah, 3 menit lagi tes akan di mulai-"

Teriakan nyaring memotong ucapan wanita itu, lagi. "TUNGGU AKU!!"

Halilintar mengenal teriakan itu, secara terang-terangan mengerang lelah. Pagi harinya kali ini benar-benar berisik. Gempa juga mengenal teriakan itu dan menoleh.

Benar saja, pemilik suara itu tidak lain adalah Taufan, Pangeran Pertama dari Wind Kingdom. Kedatangannya ditemani angin kencang, dia segera turun dari hoverboard miliknya. "Untung tidak telat! Maaf sudah mengganggu!"

Wanita itu, kita panggil saja Shad, terlihat ingin keluar dari pekerjaan. "Tidak apa, Pangeran. Silakan duduk. Acara akan dimulai."

"Terima kasih, terima kasih!" Taufan buru-buru pergi ke kursi peserta.

Halilintar mendapat firasat buruk.

Taufan memilih duduk di samping Storm. Taufan dan Storm bertukar pandang, seketika mereka sadar yang lain memiliki jurusan sama.

Jurusan melawak.

Storm menjabat tangan Taufan. "Halo!!"

Taufan segera membalas jabatan itu. "Halo juga!! Siapa namamu?"

"Storm, senang berkenalan denganmu, Pangeran Taufan!"

Taufan menepis perkataan Storm. "Panggil saja Taufan!"

"Oh! Baiklah, hahaha!"

"Hahahaha!!"

Halilintar merasa berada di tempat penyiksaan, dia menyaksikan Solar mengeluarkan earphone kemudian memasangnya pada telinga. Sementara Gempa? Dia terlihat seperti tidak mendengar apapun dan terus menerus tersenyum pasrah.

Keinginan untuk menghajar mereka harus Halilintar pendam karena ada Gempa di sampingnya.

Yakin tidak ada orang lain yang akan memotong pembicaraannya, Shad melanjutkan pembukaan. "Ehem. Selamat datang para peserta dan hadirin di tes penerimaan tahun 2069 Highschool R.O.S.E!"

Semua orang fokus pada kata-kata Shad.

"Saya harap hari anda cerah. Jika tidak, setelah melihat kekuatan calon murid Highschool R.O.S.E, saya yakin anda semua mendapatkan hari cerah penuh semangat!"

"Oke, tanpa banyak bicara lagi— munculkan pintunya!"

Tiga balok vertikal besi mirip lift muncul dari bawah tanah, membuat para penonton takjub melihatnya. Balok tersebut memiliki pintu. Saat pintu itu terbuka, terdapat jalan menuju bawah tanah.

Shad kembali menjelaskan. "Satu babak mempunyai tiga kelompok, satu kelompok terdiri dari lima orang."

"Ketiga kelompok akan memperebutkan bendera di labirin tanah. Kelompok yang berhasil membawa bendera ke atas otomatis lulus tes penerimaan dan menjadi murid Highschool R.O.S.E!!" Shad menepuk salah satu pintu.

Sorakan penonton menggema keras.

"Gila! Apakah ini tes terbaru? Tes dulu hanya perlu bertarung sampai menang!"

"Kau benar. Tes ini pasti menjadi tes penerimaan terbaik tahun ini!"

Shad tersenyum miris, lalu menggunakan nada kasihan. "Sayangnya, hanya ada dua bendera di labirin bawah tanah. Kelompok yang sudah mengambil juga diperbolehkan mengambil bendera lain."

Tangan Shad kini menarik sebuah kain penutup kotak kaca berisi kertas.

"Mari kita mulai undian acaknya."

Bitter Truth | I [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now