Kelopak Mawar

685 104 8
                                    

Bel penanda waktu istirahat sekolah yang dinanti-nanti oleh Taufan akhirnya berbunyi juga. Tanpa menunggu guru keluar, Taufan langsung menyelonong pergi.

Untung guru tersebut adalah Bu Bubble. Jika itu Bu Tania, sudah dipastikan Taufan tidak akan berani. Melihat tingkah Taufan, Bubble hanya bisa menggeleng.

Murid nakal, tapi wajahnya ganteng plus imut. Jadi biarkan saja. Batin Bubble pilih kasih.

Kalau murid lain dengar, pasti mereka melakukan protes bersama atau mungkin menjadikan Taufan bahan candaan selama seminggu penuh.

Sesekali Taufan mengecek handphone-nya di dalam saku celana sambil berlari dengan tergesa-gesa. Melewati berbagai murid pergi ke kantin dan guru-guru yang hendak kembali ke kantor. Taufan berlari kencang, namun dirinya tidak menabrak satu orangpun. Membuktikan kecepatan nan gesitnya. Taufan tersenyum cerah ketika manik biru lautnya menangkap sebuah notifikasi terbaru muncul.

Sesampainya Taufan di belakang sekolah, Taufan celingukan kesana-kemari. Memastikan tidak ada CCTV merekam perbuatannya nanti. Samar-samar, Taufan menyadari bayangan seseorang dari sudut mata. Namun ketika Taufan menoleh, tempat itu kosong.

Huh, mungkin cuma trik otak. Pikir Taufan.

Yakin dirinya sendirian, Taufan mengaktifkan kekuatan. Hoverboard kesayangan miliknya muncul bersamaan angin kencang. Tidak lama kemudian, Taufan meluncur di langit. Hoverboardnya melintasi atap rumah, meliuk menghindari pepohonan tinggi, menyusuri jalanan.

Angin melaju kencang melewati telinga Taufan, membuat deru suara khas yang sangat familiar untuknya. Menyaksikan lanskap langit bertemu bumi sungguh memanjakan mata. Bahkan terik matahari sama sekali tidak mengganggu rasa senang Taufan.

Taufan lekas menarik perhatian dirinya, sebelum terbuai pemandangan dari atas. Mengeluarkan masker yang sudah dia siapkan sendiri, hoverboard Taufan turun secara terlatih. Tepat di depan toko bunga.

Pasti kalian mengerti ide Taufan. Ya, dia ingin membelikan bunga untuk Solar. Notifikasi tadi merupakan si pemilik toko memberitahu Taufan bahwa bunga pesanannya sudah siap.

Ketika terbuka, lonceng pintu gemerincing. Taufan melangkah riang memasuki toko tersebut setelah memakai masker. Wangi natural bunga segera memenuhi hidung Taufan, betul-betul berbeda dengan wangi parfum yang kadang terlalu menyengat hidung.

"Pagi, Kak. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa pemilik toko, Taufan menghampiri sambil menyodorkan handphone. "Aku mau ambil pesananku, Kak."

"Oh, pesanan. Tolong ditunggu sebentar ya, Kak." Pemilik toko beranjak dari tempat duduk dan melenggang pergi. Tidak sampai 3 menit, pemilik toko kembali bersama buket bunga mawar merah di tangan.

"Untuk pacarnya, Kak?" Pertanyaan si pemilik toko membuat Taufan merona. "Kami bukan pacar, Kak."

Si pemilik toko mengangguk paham. "Masa PDKT, ya. Semoga berhasil, Kak!"

"Hehehe, iya Kak."

"Buket bunga mawar totalnya 170.000."

"170.000. Ini uangnya."

Pemilik toko menghitung uang pemberian Taufan. "Uangnya pas. Terima kasih sudah membeli di toko ini."

Taufan mengangguk lalu keluar toko. Melihat jam dinding toko tadi, Taufan sudah menghabiskan waktu 8 menit hanya untuk membeli.

Perjalanan kembali terasa lebih cepat. Mungkin karena Taufan kali ini kebut dan tidak memberi fokus pada hal sekitar. Seperti tadi, Taufan turun di belakang sekolah. Hoverboardnya dia hilangkan.

Taufan berjalan ke arah kelas, berusaha menghindari penglihatan guru. Sedikit lagi sampai, namun keberuntungan tidak berpihak pada Taufan.

"Bawa apa ini?" Tanya seorang guru.

Bitter Truth | I [DISCONTINUED]Onde histórias criam vida. Descubra agora