36: TANGKAP

872 74 5
                                    

Lucena senyum senang apabila melihat Markisa yang menggunakan gaun putih di hadapannya yang sedang tersenyum sambil memegang bunga di tangan. Hari ini adalah hari yang mengembirakan Earthland. Hari pertunangan putera mahkota dan anak Duke merupakan hari untuk bersenang-senang sepuasnya. 

Perlahan dia mengorak langkah ingin mendekati Markisa namun tiba-tiba sahaja Edward muncul di belakang Markisa sambil tersenyum. Tangan Edward mengenggam sebilah pisau, lalu perlahan Edward memeluk leher Markisa dengan menggunakan satu tangannya yang lain.

Lucena tergamam. Matanya bulat membesar terkejut melihat kehadiran Edward bersama dengan pisau di tangannya. Dengan pantas, Lucena berlari ke arah Markisa ingin menarik gadis itu menjauhi Edward.

Namun malangnya Lucena terlambat. Pisau di tangan Edward terlebih dahulu membelah isi daging leher Markisa. Langkah Lucena mati. Kakinya lemah menampung berat tubuhnya. Jantungnya berdegup laju mengepam darah. Kepalanya terasa berbinar. Pandanganya kabur dek kerana terlalu banyak air matanya mencurah keluar dari tubir matanya.

Darah pekat Markisa memancut keluar tidak henti. Mengotori gaun putih yang dipakai Markisa dan lantai. 

Lucena mendongak memandang wajah Edward. Tangannya digenggam erat menahan rasa di hati.

" Kenapa?" bisik Lucena perlahan.

Edward masih lagi tersenyum. Perlahan dia melangkah mendekati Lucena. Darah yang mencemari wajah putihnya dibersihkan dengan belakang tangannya.

" Ini semua... Kerana awak, Lucena.." 

Lucena menggeleng tidak percaya. Dia bangkit mendekati Markisa. Perlahan dia memangku kepala Markisa. Tangannya menggeletar hebat menekan luka besar di leher Markisa untuk menghentikan darah yang terus-menerus mengalir keluar.

Edward diam memerhati tingkah laku Lucena. 

" Se..Sesiapa di luar.. Tolong... Tolonggg sesiapa yang di luar tolong ada... ada seseorang yang terluka parah..." Lucena tergagap-gagap. Nafasnya tersekat-sekat dikerongkong.

" Markisa... Tolong.. Bertahan.." Air mata Lucena deras mengalir jatuh di wajah pucat Markisa.

" Saya mohon.... Tolonglah bertahan..." Lucena menekan luka itu menahan darah terus keluar. 

" Markisa.." Lucena memandang wajah pucat di hadapanya. Tubuh itu kaku. 

" Markisa!" Lucena menjerit memeluk tubuh tidak bernyawa itu. 

Edward hanya diam. Dia kemudian duduk mencangkung di sisi Lucena.

" Kasihannya.. Dia terlalu muda untuk mati menyedihkan seperti ini.." Edward senyum sinis.

Lucena menangis memeluk tubuh kaku itu. Dia tidak mampu untuk bersuara. Hatinya sakit saat ini. Markisa tidak berdosa tapi kenapa? Kenapa dia harus mati seperti ini. Ini semua kerana dia. Dia penyebab Markisa mati.

" Markisa.."

" Markisa."

Lucena pantas membuka matanya. Peluh membasahi dahi dan tubuhnya. Dia perlahan bangkit dari pembaringan. Nafasnya tersengal-sengal. Tangannya mengeletar. Mimpi yang dialaminya terasa seperti realiti. Seolah-olah itu akan terjadi. Hari pertunangan Edward dan Markisa akan berlangsung seminggu dari sekarang. 

Lucena memerhati keadaan disekitar biliknya. Gelap dan menyesakkan. Perlahan dia turun dari katil dan menuju ke balkoni biliknya. Dia berusaha menenangkan dirinya dengan menghirup udara segar malam itu dan menikmatinya keindahan alam yang tersergam indah di matanya. 

Lucena cuba hendak melupakan mimpi itu. Dia berusaha mengusir bayangan wajah pucat Markisa dan wajah mengerikan Edward dari terus berlegar di mindanya. 

REWRITE MY OWN DESTINY (COMPLETE✔️✔️)Where stories live. Discover now