26: BUAH CATUR

1K 67 2
                                    

" Sial!" Evoke mengamuk memusnahkan harta benda yang ada dalam biliknya. Berita kejayaan Edward dalam merampas kembali wilayah Erast dan Tenby benar-benar membuatnya berang.

" Semua pembunuh upahan yang kita hantar termasuk pengintip... Semuanya tidak kembali..." luah Archduke Albert Willow Gevariel kesal.

" Tidak lain tidak bukan.. Mereka semestinya sudah mati dibunuh.." Duke Hanres Dave bersuara.

" Rancangan kita.. Gagal sepenuhnya.." ujar Archduke Albert, nada kecewanya jelas kedengaran.

Archduke Patrick Julius hanya diam. Dia langsung tidak menyampuk atau mencelah dalam perbincangan mereka. Begitu juga dengan Henry, dia hanya diam memerhati wajah-wajah para pembesar di sekitarnya. Matanya lama menatap wajah kosong Patrick.

" Sial!" Evoke sekali lagi memaki hamun menghancurkan segala benda yang ada di sekitarnya.

" Apa yang perlu kita lakukan, Archduke Henry? Semua yang kita lakukan, semuanya hancur... Pembunuh upahan. Pengintip. Semuanya tidak berhasil.." Evoke memandang ke arah Henry yang sedari tadi diam tidak bersuara.

" Patik undur diri."

Semua yang berada di situ terkejut mendengar keputusan Archduke Patrick Julius.

" Apa yang anda-"

" Semua yang kita lakukan semuanya tidak membuahkan hasil.. Saya menyerah.." Archduke Julius berdiri ingin beredar dari ruangan pejabat Evoke.

" Archduke Patrick! Takkan semudah itu anda hendak mengalah? Mana maruah dan harga diri anda, Archduke Julius?!" Evoke benggang apabila mendengar keputusan tidak masuk akal Patrick.

" Apa yang tuanku tahu tentang maruah dan harga diri?" soal Patrick sinis memandang wajah Evoke.

" Archduke Julius!!" Archduke Albert bersuara tidak percaya Patrick bersikap sinis kepada EVoke.

" Selama ini patik butakan mata patik, pekakkan telinga, patik bisukan mulut patik untuk mengangkat tuanku agar menjadi putera mahkota kerajaan Earthland kerana patik yakin tuanku adalah orang yang tepat selain putera pertama, putera ketiga dan putera keempat. Patik sanggup gadaikan satu-satunya anak perempuan patik... Patik korbankan segalanya... Maruah.. Harga diri patik.. Untuk tuanku.." luah Patrick kesal.

Evoke bungkam, begitu juga yang lain setelah mendengar luahan Archduke Patrick yang merupakan penyokong terkuat Putera Kedua, Evoke Frans Adam.

" Tapi apa yang patik dapat? Apa yang patik dapat daripada tuanku?!" nada suara Patrick naik seoktaf.

" Patik menyerah... Tiada apa yang patik mampu gadaikan lagi untuk Earthland.." nada suara Patrick mulai kendur. Dia kemudian melangkah menuju ke pintu lalu berhenti seketika.

" Tuanku takkan dapat mengubah apa-apa sekiranya tuanku tidak berkorban untuknya..." ujar Patrick perlahan lalu segera keluar dari ruangan pejabat Evoke.

Henry senyum sinis mendengar bait kata Patrick.

Berkorban...

" Argh!!!" Evoke menghentak kuat tangannya di meja. Hatinya sakit mendengar kata-kata Patrick.

" Archduke Henry... Anda sedari tadi mendiamkan diri... Katakanlah sesuatu, Archduke henry." desak Albert.

" Kita takkan berhasil... mengalahkan putera keempat... Biarkan saja... untuk sementara waktu.."

" Apa? Biarkan? Kalau dibiarkan anak hina itu akan menjadi putera mahkota?!" bantah Evoke.

" Apa yang tuanku nak lakukan lagi? Semuanya kita sudah lakukan.. tidak ada yang berhasil... Seperti kata Archduke Patrick... menyerahlah.." Henry senyum sinis.

" Henry!?"

" Sudahlah tuanku... Akuilah Tuan putera keempat akan menjadi putera mahkota bukannya tuanku... Lagipun, patik tidak melihat masa depan Earthland dalam diri tuanku..." ujar Henry sinis

" Apa?"

" Tuanku tidak layak menjadi putera mahkota sama sekali.. Semua yang berada di sini mengetahuinya.." Henry mendepakan tangannya, memandang wajah-wajah pembesar yang ada di sini. Semuanya mengelak bertentang mata dengannya.

Wajah Evoke berubah mendengar bicara Henry yang bersahaja.

" Kenapa? Tuanku tidak menyedarinya? Amat menyedihkan sekali.." Henry ketawa kecil melihat wajah Evoke yang seakan-akan terpukul dengan kata-katanya.

Evoke menggempalkan tangannya mendengar sindiran dan ejekan Henry pada dirinya. Matanya melilau memandang satu persatu wajah yang bersama dengannya menumpaskan Edward. Namun mata dan wajah yang mereka tunjukkan sama seperti Henry memandangnya.

" Jadi.. Kamu semua mempergunakan beta?" soal Evoke dengan tidak percaya.

" Tidak ada istilah dipergunakan dalam situasi ini. Ini adalah kenyataan dan realiti... Kadang-kadang kebohongan yang selalu diceritakan akan terasa seperti kebenaran. Tak mengapa. Kebenaran bukan dunia khayalan, jadi memang sewajarnya tuanku tidak pernah menjejakkan kaki di sana." ujar Henry sinis.

Archduke Albert dan para pembesar kecil yang lain hanya diam. Mereka tidak berani hendak bersuara. Ada dalam kalangan mereka sudah pun beredar meninggalkan pejabat Evoke.

" HAHAHAHAHAHA!" Evoke ketawa besar. Dia benar-benar tidak menyangka bahawa selama ini dia hanyalah buah catur para pembesar untuk menumpaskan Edward dan menentang keputusan Raja Edrian. Apa yang dia lakukan, apa yang dia perlu lakukan. Semuanya diatur dan dirancang oleh pembesar-pembesar yang ada di hadapannya.

REWRITE MY OWN DESTINY (COMPLETE✔️✔️)Where stories live. Discover now