.SEASON 9 (151) ❤️

170 22 0
                                    

..

Setelah mendengar pernyataan dari Zahira karena sang ayah tengah marah, Zahra setengah berlari menuju ke arah Radi,

Setelah menghampiri Radi,
"Mas!"

Radi mengalihkan pandangannya ke arah Zahra,
"Zahra"

"A'ada apa ini mas?"
"K'kata Zahira-- mas tadi marah-marah?" Tanya Zahra pada Radi

Radi sedikit tersenyum,
"Ndak kok"
"Mas-mas yang ada di meja nomor 5 itu bertindak yang ndak sopan sama karyawan kita"

"Dia menghina profesi para karyawan kita, lalu menyamakan nya dengan sampah"
"Jelas mas Ndak terima kalo soal ini, karena itu dulu adalah profesi mas juga" jelas Radi pada Zahra

Zahra tau, Radi bukanlah orang yang gampang terpancing di situasi apapun

Tapi,
Zahra merasakan hal yang berbeda sekarang,

Mas orangnya kan Ndak gampang terpengaruh sama siapapun

Tapi-- kalo mas emosi kaya gini

Biasanya ada ucapan yang Ndak enak di dengar sama mas

Duh,

Aku kok jadi takut gini ya kalo mas marah disini,

Zahra meneguk salivanya,
"M'mas Radi"
"A'apa-- masalahnya Ndak bisa di selesaikan dengan kepala dingin saja mas, Adek mohon" pinta Zahra pada Radi

Radi seperti berpikir, ia mempertimbangkan permintaan Zahra

Tapi melihat wajah dari Erlang, Erlang seperti tengah ingin menunjukkan siapa dirinya kepada semua orang yang di dalam Caffe

Namun Radi tau bahwa Erlang begitu, karena mungkin latar belakang Erlang adalah anak orang yang kaya raya

Karena Radi pernah melihat sifat Erlang di diri Zahra di masa lalu, jadi tentu saja ia bisa menanganinya

"Kita selesaikan ini di dalam rumah saya saja, di ruang tamu rumah saya, kalo kamu memang mau memperpanjang masalah ini, atau mungkin sebaliknya" tawar Radi pada Erlang

Erlang mengangguk senyum,
Ia merasa tertantang dengan ucapan Radi kali ini,
"Boleh juga bapak-bapak ini"
"Pemikiran bapak, ngga terlalu primitif juga" ucap Erlang pada Radi

Zahra membelalakkan kedua matanya, setelah mendengar nada bicara Erlang kepada suaminya,

Wajar saja Radi kesal, karena memang nada bicara nya sangatlah tidak sopan,
"Anak ini ya!!"
"Ndak ada sopan sopan nya sama orang tua!" Gumam Zahra

Radi Menahan Zahra,
"Sudah Zahra"
"Biar mas saja yang menangani anak ini" ucap Radi pada Zahra

Zahra menghela nafas dan mengangguk mengerti,

Erlang terkekeh,
"Atau-- bapak takut kalo harga diri bapak itu jatuh" ucap Erlang dengan sangat percaya diri,

Anak ini--
Pasti anak orang kaya,

Lagak dan sifatnya saat ini
Seperti Zahra yang dulu

Gumam Radi

Mendengar hal itu, membuat Radi mengerutkan keningnya,

Radi menghela nafas,
"Apa kedua mata kamu tertutup sama saku celana kamu?"
"Apa kamu ndak lihat, apa yang ada di sekitar sini?" Tanya Radi pada Erlang

Zahra meneguk salivanya,
Ia tau bahwa ucapan Radi sangat pedas apabila Radi tengah kesal kepada orang lain

Ucapan mas terlalu pedas untuk anak ini,

Ini bisa bahaya kalo anak ini lanjut terus

Gumam Zahra yang semakin khawatir akan kemarahan Radi yang tak kunjung reda

"K'kenapa-- bisa sampai saku celana, bapak ini-- ngomong apa sih?" Tanya Erlang pada Radi

Radi menghela nafas, ia lelah harus menjelaskan secara rinci kepada lawan bicara nya agar paham,
"Masih belum paham ya?"

"Disini kan banyak orang"
"Ndak enak kalo kita mengganggu kenyamanan mereka" balas Radi pada Erlang

"Orang2 yang ada disini membawa jiwa dan raga sekaligus isi otak nya untuk memesan ini itu dan menikmati makanan minuman yang ada disini dengan nyaman"
"Tapi saya Ndak melihat itu di diri kamu, kamu hanya membawa jiwa dan raga mu itu, tapi ndak dengan isi otak mu" ucap Radi pada Erlang

Radi benar-benar kesal pada Erlang,

"M'mas"
"Sudah mas"
"Jangan di ladenin" pinta Zahra pada Radi

Erlang mengerutkan keningnya,
"A'apa?"
"S'sial"
"Bapak2 ini--" ucap Erlang

Erlang pun menyanggupinya,
"Baik"
"Kita bahas di ruang tamu bapak, kita selesaikan disana" ucap Erlang pada Radi

Ia menuju ke ruang tamu Radi, bersama dengan Radi, Zahra dan juga Tama,

°°

-Ruang tamu Radi,

"Silahkan duduk" ucap Radi pada Erlang

Erlang pun mengangguk,

Radi dan Zahra juga duduk,

"Bagaimana kelanjutannya?"
"Masih mau memperpanjang masalah ini?" Tanya Radi pada Erlang

Erlang pun menghela nafas kasar,
"Bapak ini-- percaya diri banget"

Radi sedikit tersenyum,
"Kamu bicara seperti itu ke saya"
"Karena kamu Ndak percaya sama diri kamu sendiri kan?"
"Jujur saja" ucap Radi pada Erlang

"Kalo sudah sadar, silahkan keluar dan melanjutkan menikmati menu yang ada di Caffe ini bersama teman-teman kamu dan jangan buat keributan lagi disini" ucap Radi pada Erlang yang terlihat tertekan

Sialan,
Gue harus telepon papah nih, biar orang ini jera

Gumam Erlang saat itu,

Karena merasa terpojok, Erlang pun segera menghubungi sang ayah,

Di telepon,

Erlang:
"Halo pah?"

Papah Erlang:
"Iya Erlang? Ada apa nak?"

(Menghela nafas)
Erlang:
"Erlang ini ada di Caffe"
"Trus ada orang yang mau ngusir Erlang"

Papah Erlang:
"Kok bisa?"
"Waduh"
"Ngga tau ya kalo kamu anak nya papah?"

Erlang:
"Nah itu dia"
"Papah cepetan kesini, banyak orang ngga tau diri disini yang minta di kasih paham sama papah"

Papah dari Erlang:
"Papah akan masukin dia ke penjara kalo dia ngapa ngapain kamu, kamu tenang saja nak, papah segara kesana"

(Tersenyum)
Erlang:
"Baik pah"

Setelah menutup teleponnya, Erlang kembali menatap ke arah Radi,

"Bapak ngga bisa ngusir saya"
"Saya sudah ngomong ke papah saya, kalo bapak akan di penjara kalo bapak nekat ngusir saya" ucap Erlang pada Radi

Radi mengerutkan keningnya,
"Siapa yang ngusir?" Tanya Radi

"Hehe, takut ya kalo di penjara?" Tanya Erlang pada Radi

"Kamu punya telinga kan?"
"Apa kedua telinga mu sudah Ndak berfungsi atau hanya sebagai pajangan saja?"
"Saya kan tadi cuma nanya, siapa yang ngusir?" Tanya Radi dengan nada agak kesalnya

Erlang sedikit terkekeh,
"Bilang aja kali kalo takut, tenang aja, bapak tinggal minta maaf sama mohon-mohon ke papah saya kalo dia kesini, kalo dia mau maafin sih"

Radi mengangguk mengerti,
"Baik" balas Radi

°°

Next
Ada komentar?







Suamiku Adalah Adik KelaskuWhere stories live. Discover now