finally, the ending

Start from the beginning
                                    

Hanya butuh sepuluh menit untuk sampai. Alisha dan Barra harus berganti pakaian yang lebih simple, tamu-tamu yang lain juga. Teman dekat Barra dan Alisha diberikan satu baju yang seirama.

"Omg here the baby is?" Tanya Aqeela melihat perut Maudy yang agak buncit.

Maudy tersenyum. "You can touch it"

Aqeela meraba perut itu, ia merasakannya meski tidak begitu terasa. Mulutnya terbuka karena ini kali pertama. "So cutee"

"Is that boy or girl?"

Maudy mengedikan bahu. "We also dont know"

"Vin lo kapan? Gue udah mau jadi bapak, nanti biar anak kita bisa sekolah bareng" kata Aldo, persis sama kayak Maudy dan Alisha.

"Sedikasihnya aja sama Tuhan. Mau pacaran dulu broo" jawab Kevin. Pria itu sudah hampir setahun menikah dengan Queen Aqeela di Paris.

Istrinya itu sedang mengurus kewarganegaraan, karena Aqeela akan menjadi warga negara Indonesia. Sementara itu di sisi lain, percakapan teman-teman Barra yang kebanyakan menggoda Tania.

"Taf cepetan lamar ini kita udah pada nikah ntar keburu kecolongan" ledek Darren yang dihadiahi pukulan oleh Callista.

"Tahun depan datengnya ke nikahan saya ntar kak"

"Widihhh" puji Darren. "Gitu dong, gue tunggu undangannya"

"Yel gamau punya anak lagi?"

"Muka Ferra langsung gitu anjir hahaha" ujar Tania.

"Ini satu aja udah susah ya bapak-bapak" jawab Ferra.

"Tuh ngga boleh sama ibu negara" sahut Biel. "Padahal Afkar mah pengen punya ade lagi"

"Lo aja deh Ren kapan nih ada Darren junior?" Tanya Tania.

"Eh jangan lah, Callista lagi hamil sekarang"

"Lo ngga ngeliat sgnya?" Tanya Biel.

"Demi apa?? Selamatt Call, dijaga yaaa"

Callista mengangguk. "Barengan sama Maudy kayaknya nanti nih"

"Oh iya Maudy lagi hamil ya?" Tanya Ferra.

Darren mengangguk. "Gue kira bakal punya anak barengan kita terus anak kita temenan lagi"

"Tidak seindah itu"

Perayaan kecil resepsi pernikahan juga hanya empat jam. Jadi pada jam tiga sore, Alisha dan Barra sudah bisa pulang. Tapi mereka memutuskan untuk mengobrol terlebih dahulu bersama teman-teman Barra sampai pukul setengah empat sore, gedung sudah harus dikosongkan.

"Jagain anak mamah ya Barra. Kalo suka bangun siang diteriakin aja"

Barra mengangguk, menyalimi tangan mertuanya. "Siap mah, hati-hati yaa"

Tiara mengangguk, ia memeluk Alisha. Anak bungsunya yang selama ini dianggap anak kecil sekarang sudah memiliki kehidupan baru dengan pria yang sudah dipilih.

Begitu juga Marteen, pria itu paling sering mengeluarkan air mata. "Harus tetep sering main ke rumah ya? Papah tungguin"

"Pasti. Papah sehat-sehat, diminum obatnya"

Marteen mengangguk. Sisa Barra dan Alisha yang sedang menunggu jemputan mobil. Untuk kali pertama, keduanya satu rumah. Ini adalah rumah yang Barra beli hasil dari kerja kerasnya. Berwarna putih yang dicampur oleh abu dan hitam serta garasi yang lumayan besar. Mereka juga patungan untuk membeli satu mobil dan satu motor.

Rumah ini siap tinggal meskipun banyak yang perlu dibeli, setidaknya tidak terlalu sepi.

Alisha menjatuhkan dirinya ke sofa. "Ngga kebayang orang yang nikah seharian terus pake adat Padang yang di kepalanya pake ituan apa ngga cape ya"

About Barra 2 [TAMAT]Where stories live. Discover now