Gabriel and Ferra's wedding

191 14 2
                                    

dua part sebagai permintaan maaf karena ilang hampir seminggu🙏🏻🙏🏻🙏🏻

sebenernya ga ilang sih, gue latihan demos setiap hari wak....mana sempat nulis 😔😔

HAPPY READING ALL💐💐

Alisha menghembuskan nafas lega. Ia melangkah keluar dari ruangan sambil meratapi nasibnya. Menengok kesana-kemari untuk mencari Maudy. Sampai akhirnya mereka bertemu di bawah, Maudy sedang duduk bersama Aldo.

"Banyak ngasal anjir gue" ucap Alisha.

Maudy menyuruhnya duduk dan memberi makanan yang Aldo beli. "Ya rezeki mah udah di atur. Gue juga ada yang ngasal"

"Biasanya yang ngasal gitu lolos. Kalo nasib lo hoki" timpal Aldo.

Alisha semakin pasrah. Hoki? Selama ini mana pernah Alisha hoki? Mendapatkan Barra dengan usaha, mengerjakan ulangan fisika juga dengan usaha. Rasanya Alisha sudah tidak percaya lagi dengan keberuntungan.

"Info kampus swasta murah kak" pinta Alisha.

Aldo tertawa melihat wajah adik kelasnya itu, Maudy pun sama. Alisha terlihat benar-benar pasrah seolah jawabannya salah semua. Padahal tidak ada yang tau.

"Universitas terbuka sih. Bisa sambil kerja juga, lebih fleksibel kalo emang mau kerja"

"Tapi semurah-murahnya swasta, tetep enakan negeri lah Al. Kita bisa ngajuin bantuan buat nurunin UKT"

(UKT= Uang Kuliah Tunggal)

"Ah udahlah" kata Alisha. Hanya bisa berdoa dan berharap saja.

Alisha dan Maudy hari ini mengikuti tes UTBK di salah satu universitas negeri di Jakarta. Ya, keduanya sepakat untuk mengambil kampus yang sama lagi walaupun berbeda jurusan. Alisha mengambil hubungan masyakarat sementara Maudy kedokteran gigi.

Bukan hanya Alisha dan Maudy sebenarnya. Seluruh anak kelas dua belas di Indonesia melakukan tes ini. Tapi daritadi, Alisha tak menemukan anak pelita disini. Mungkin mereka sudah mengambil swasta karena orang tuanya yang kaya raya.

"Eh lo beliin apa buat Biel?" Tanya Maudy.

"Ah iya" Alisha tersadar belum mencari sesuatu untuk pernikahan Gabriel yang akan diselenggarakan lusa. Harusnya Alisha bisa datang sama Barra, harusnya Alisha mencari kado sama Barra. Tapi memang hidup Alisha kebanyakan harusnya daripada menerima keadaan kalau mereka tak lagi bersama.

"Lo apa?"

Maudy melirik Aldo. "Aldo bilang sih mau beliin dispenser, tapi bawanya berat"

"Emang harus peralatan rumah tangga?"

"Ya apalagi? Masa mau mainan, Al" jawab Aldo.

Alisha berpikir. Sebenarnya dia sudah mempunyai beberapa opsi. "Gue kompor listrik kali ya? Atau apa ya??"

"Kompor listrik bagus tuh. Ngga berat juga kan"

"Kita apa Do?" Tanya Maudy. Iyap, perempuan itu akan datang bersama Aldo. Toh keduanya juga sudah mempunyai bahagianya masing-masing. Aldo malah menyuruh Maudy untuk tetap datang.

"Bingung sih aku. Baru pertama kali soalnya dateng ke nikahan orang yang bener-bener ngasih barang bukan uang"

Alisha duduk sambil memakan makanan yang Maudy kasih. Ia memutuskan untuk disini lebih lama sementara Maudy dan Aldo akan mencari barang untuk pernikahan Biel.

Banyak orang-orang disini tapi Alisha merasa sepi. Keramaian itu tidak membawa bahagia untuknya. Sudah kurang lebih sepuluh hari tidak berkabar dengan Barra, juga tidak mengetahui kabar pria itu. Mungkin akan lebih mudah mengetahui kabar Barra jika mereka masih SMA, banyak yang bisa Alisha lihat dan tanya.

About Barra 2 [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt