satu apartemen

240 16 12
                                    

HAPPY READING ALL🤩💐



Luka tuh bisa bikin orang berubah Dy, bukan jadi dirinya. Bahkan kita bisa ngga kenal siapa dia”


Kadang, beberapa rahasia emang harus dipendam sendiri”

***






"DIA BILANG KAYAK GITU????"



Alisha mengangguk lemah. Tadi menangis cukup lama sehingga harinya menjadi tidak baik karena moodnya juga tidak baik. Daritadi sudah tak terhitung berapa hembusan nafas berat yang keluar.

"Gila ya," decak Maudy. "Suruh profesional tapi dia sendiri begitu"

"Gue juga dari awal ketemu ngga ada bahas soal dulu-dulu"


"Harusnya dia mikir lah orang sama-sama udah dewasa, ngapain diungkit lagi" Maudy pun ikut kesal.

"Mungkin luka?" Tanya Alisha. "Luka tuh bisa bikin orang berubah Dy, bukan jadi dirinya. Bahkan kita bisa ngga kenal siapa dia" 

"Hah?"

"Barra tuh suka mendem apa-apa sendiri. Gue ngga tau ya gimana kehidupan dia di Jerman, apa lebih terbuka atau gimana. Tapi dia selalu mikir gue bisa sendiri, gue harus bisa gitu ke dirinya. Mungkin karena sangking capenya dia jadi kayak gini sekarang ke gue? Mungkin gue naro luka yang besar?? Masuk akal kan"

"Coba lo jujur aja ke dia"

Alisha menggeleng. "Buat apa juga Dy. Gue bilang ataupun engga, itu ngga ngerubah apapun. Kadang, beberapa rahasia emang harus dipendam sendiri"

"Ngga ngerubah apapun darimana? Kalo lo bilang yang sebenarnya, beban lo ilang, dia ngga akan marahin lo lagi Al. Lo bayangin ini baru hari pertama? Dia bisa aja maki lo di hari selanjutnya kan?"

"Biarin, resiko gue. Semuanya bakal ketauan kalo udah waktunya"

Maudy hanya menatap sahabatnya itu. Sebagai teman, ia hanya bisa menyarankan. Terserah sarannya mau diikuti atau tidak oleh Alisha.

🌼🌼🌼

"Tumben ngga sama Shaqila" ucap bunda, ia menaruh teh manis untuk anaknya.

"Dia duluan di kantor" jawab Barra. "Bunda gimana disini? Enak?"

Zahra mengangguk. Mulai menceritakan hari-harinya di panti sosial ini. Setiap hari ia bangun pukul enam pagi, menghirup udara segar favoritnya, apalagi kalau malamnya hujan, bau tanah paling terasa.

Disini tidak terlalu banyak orang karena Barra sengaja memilih panti yang sedikit, kualitasnya pun baik. Zahra sering dikontrol makanannya, obatnya juga jam tidurnya.

"Gimana kantor kamu? Jadi kerja sama, sama yang waktu itu?"

Barra mengangguk. "Ada Alisha di kantor itu"

Zahra terkejut. "Alisha Nadhira?"

Barra mengangguk. "Dia jadi Humas setahun kedepan"

"Astaga, dia gimana sekarang?"

"Baik bun. Ngga banyak berubah, mukanya juga ngga beda"

"Sikapnya?" Tanya Bunda.

Barra mengedikan bahu. "Aku baru ngobrol sebentar aja sama dia"

"Bunda boleh ketemu dia?"

Barra menatap mata bundanya. Tak bisa dipungkiri bundanya memang selalu bertanya soal Alisha. Selama enam tahun ini sudah ada ratusan pertanyaan soal Alisha yang dilontarkan.

About Barra 2 [TAMAT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora