gelang edelweis

239 23 22
                                    

spesial 1k vote, i present to you 2800 kata🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Beberapa hari saat Barra keterima beasiswa di Jepang.

Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Barra berjalan membuka.

"Ikut ke ruangan papah"

Barra membututi Alex tanpa banyak pertanyaan, langsung duduk di hadapan pria itu.

Alex mengeluarkan satu kertas yang masih di segel. Tapi ia sudah tau apa isinya. "Buka"

Barra membukanya. Membaca nama universitas yang cukup terkenal dan dibawahnya ada nama Barra yang dinyatakan lulus untuk mendapatkan beasiswa S1 disana. Barra tidak terkejut atau apa, kali ini papahnya bilang sebelum mendaftarkan dirinya.

"Boleh kamu ambil, boleh kamu tolak" ujar Alex. Terdengar berbeda.

"Alasannya?" Tanya Barra.

"Alasannya?" Alex mengulangi.

"Tumben aku dikasih opsi"

"Tidak ada alasan. Pikirkan dulu mau diterima atau tidak, pertimbangin  semua hal yang ada. Deadline-nya sampai akhir April" setelahnya Alex pergi menutup pintu. Barra kembali mengamati kertas itu.

Jepang.

Sejujurnya itu salah satu impian Barra. Namun nama Zahra dan Alisha langsung terlintas di otaknya. Tidak mungkin meninggalkan mereka, terlebih Zahra yang sedang menjalani terapi. Jantungnya suka kumat di malam hari juga tekanan darahnya yang kadang rendah.

Barra melihat ponsel. Chatnya belum dibaca sama sekali dengan Alisha, sudah lebih tiga hari. Barra juga jarang melihat batang hidung pacarnya itu di sekolahan.

"Oh udah deket? Oke, gue otw" Barra menjawab telepon. Ia keluar dari ruangan kerja papahnya membawa kertas tadi, mengambil jaket dan memakainya. Hari ini Barra meminta bertemu dengan Noera di dekat rumah sakit, pulangnya bisa sekalian mampir jenguk Zahra.







Noera melambaikan tangannya pada Barra yang baru datang. Tersenyum menyambut adik tirinya itu, sudah lama ia tidak bertemu Barra karena kemarin harus ikut dinas ke luar kota.

"Boleh to the point?"

Noera terkekeh. "Serius? Lo ngga mau tanya kabar dulu gitu?"

"Apa kabar?"

"Ngga mau ah terpaksa" tolak Noera. "Apa? To the point aja"

Barra menyerahkan kertas itu. Membiarkan Noera membuka dan membacanya. Tak lama Noera menatapnya dengan terkejut. "Sumpahhh??"

Barra mengangguk.

"Ambil. Fix" suruh Noera. Ia tau kalau Jepang adalah negara impian Barra untuk melanjutkan pendidikannya. Jelas Noera men—support hal tersebut.


"Eh tapi" ucapnya tersadar. "Bunda ya?"

Barra menghela nafas. Saat mau berbicara, pesanan mereka datang.

"Papah kasih opsi mau ditolak atau diterima"

"Tumben" cibir Noera. "Menurut lo gimana?"

"Makannya gue minta ketemu, minta pendapat lo, kak"

Noera tertawa mendengar embel-embel 'kak'. Terdengar asing dan sangat aneh. Barra pun terkekeh, ia sengaja mencairkan suasana.

"Ambil sih kata gue dek"

Barra langsung menampilkan muka masamnya. "Gue bukan adek-adek"

"Tapi serius," Noera mengunyah makanannya terlebih dahulu. "Jangan di ambil deh. Bunda lo disini siapa yang jaga? Gue oke sih, tapi bokap lo kan benci sama gue. Terus nyokap tiri lo... mungkin bisa dia sih"

About Barra 2 [TAMAT]Where stories live. Discover now