see you Kevin!

237 22 4
                                    

kurang baik apa jumat, sabtu, minggu update....

JGN LUPA VOTE YAAAAAA

Di Pelita ngga ada yang namanya main-main dulu setelah libur semester. Sekolah ini selalu langsung mengadakan kegiatan belajar mengajar. Tapi ya memang kebanyakan belum masuk materi, baru awal-awal saja.

Seperti sekarang, dua belas MIPA 3 lagi memperhatikan wali kelas barunya yang sedang berbicara di depan. Ibu Alvio namanya, terkenal judes tapi katanya sih sangat peduli sama anak didiknya apalagi sama kelasnya.

Ya emang sih, Alisha bisa lihat dari caranya berbicara, caranya memperhatikan kelas, serta caranya menghafal anak didiknya. Nanda di tunjuk sebagai ketua kelas lagi. Kagetnya, Alisha yang di pilih jadi wakil, Maudy sekertaris, dan Nasya bendahara.

Alisha oke aja sih. Wakil juga menurutnya tidak begitu penting selagi ada ketua kelas. Tapi dia mengacungkan jempol pada Nanda, karena pria itu di pilih jadi ketua kelas lagi. Nanda emang kelas sebelas jadi ketua kelas, tapi itu setelah di minta Gian karena Gian sering tidak masuk waktu itu, jadi diganti sama Nanda.

Dari mulai struktur kelas, terus disuruh membeli sapu, bahkan mereka sudah membuat grup.

"Gercep banget anjir," bisik Alisha pada Maudy.

Maudy mengangguk. "Kayaknya enak deh,"

Suara bel sekolah berbunyi saat Bu Vio masih berbicara. Kelas dua belas MIPA 3, kepotong dua menit untuk pulang. Setelah Bu Vio keluar, barulah mereka bernafas lega. Ada beberapa dari mereka yang berbisik tidak suka pada Bu Vio, ya memang kenyataannya begitu karena tadi, ia judes.

"Ka Aldo jemput di parkiran belakang, gapapa kan?"

Alisha mengangguk. Setelah pertengkarannya dengan Barra tadi, pria itu tidak mengirim pesan dan Alisha juga tidak bertemu Barra di kantin. Padahal Alisha disuruh mamah buat kasih makanan, tapi ujung-ujungnya makanan itu dimakan oleh Nanda dan Gian.

Parkiran cukup penuh membuat Maudy menghela napasnya. Sengaja minta jemput di belakang biar ngga rame, eh malah kayak gini.




Barra menatap gadis dengan rambut terurai bersama satu temannya yang sedang celingak-celinguk. "Gue samperin dulu, Tan" Tania mengangguk.

Barra mencekal tangan Alisha dari belakang.

Tapi perempuan itu langsung melepaskannya.

"Apa?" Kata gadis itu dengan nada tidak mengenakan.

"Aku anter ke bandara,"

"Dia sama gue," balas Maudy sinis.

Barra bergantian menatap Maudy. "Lo bisa ngga usah ikut campur?" Kesalnya.

Maudy langsung menatap Barra. "Lah? Gue sahabatnya anjir. Temen lo aja suka ikut campur masalah lo sama Alisha kan? Ribet banget si lo jadi orang" ketus Maudy langsung menggandeng Alisha pergi. Kebetulan Aldo juga sudah sampai.

Gadis itu. Gadis ter—menyebalkan yang Barra kenal. Maudy Lizzie. Dari cara menatapnya, cara bicaranya, sangat menunjukkan tidak suka dengan Barra entah kapanpun itu. Untungnya, dia sahabat pacarnya.

"Gimana?" Tanya Tania.

Barra menggeleng. "Yaudah lo naik mobil Biel aja tuh udah ada, gue naik motor"

"Yaudah, gue duluan"

Barra berjalan cepat ke motornya. Memakai helm, dan segera membuntuti mobil Aldo dari belakang. Pria itu harus tetap ada di dekat Alisha. Benar kata Tania, ia tidak boleh kalah dengan pikirannya. Alisha tidak boleh terlibat atau menjadi pelampiasan Barra, karena gadis itu tidak melakukan apapun. Barra terlalu emosi tadi pagi sehingga tidak dapat mengontrol diri.


About Barra 2 [TAMAT]Where stories live. Discover now