Chapter CMXXII

1.3K 162 77
                                    

Suara ketukan yang Sachi dengar berasal dari luar. Dan setelah ketukan tadi berakhir, pintu di kamar itu terbuka, “seharusnya kau beristirahat seperti ucapanku,” ujar laki-laki yang baru saja masuk.

Danurdara melangkah mendekati ranjang yang ditempati Sachi sambil membawa sebuah nampan di tangannya, “aku membuatkanmu bubur. Makanlah dan pulihkan tenagamu,” sambungnya setelah meletakkan nampan tadi ke meja di samping ranjang.

“Tidak ada racun di dalamnya, jadi jangan khawatir,” lanjutnya lagi seraya tersenyum pada Sachi yang terbaring menatapnya, “aku akan membantumu duduk.”

“Tidak perlu! Aku tidak membutuhkan bantuanmu,” balas Sachi sesaat Danurdara membungkuk hendak mengulurkan tangannya, “aku juga tidak lapar, jadi kau bisa membawanya kembali.”

Danurdara menghela napasnya, “aku tidak mengerti kenapa kau jadi kesal padaku,” ucapnya sembari duduk di tepi ranjang, “bukankah kau seharusnya kesal pada mereka yang telah menyeretmu ke sini tanpa persetujuan darimu?”

“Ayahku meninggal dalam perjalanan bisnis saat aku masih kecil, jadi Ibuku berjuang sendirian membesarkanku. Aku bisa membayangkan seperti apa wajah Ibuku saat mengetahui apa yang terjadi padaku di sana,” ucapan mendadak dari Danurdara membuat Sachi yang sebelumnya enggan menatapnya, justru berakhir menjatuhkan pandangan kepadanya.

“Kau sama sekali tidak membahas bagaimana keadaanku selepas kejadian tersebut, jadi aku sudah bisa menarik sebuah kesimpulan,” sambung Danurdara, balas memandang Sachi.

“Kau sebelumnya bertanya apa aku bahagia, kan? Akan aku jawab … Aku bahagia.”

Danurdara tertawa kecil mendengar ucapan Sachi, “dahulu, aku selalu dikelilingi oleh orang-orang munafik yang coba mengambil keuntungan dariku,” ungkap Danurdara seraya beranjak, “aku paham benar saat bibir mereka mengucapkan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang dikatakan hati mereka.”

“Matamu, tidak bisa membohongi perasaanmu, Miyuki,” lanjut Danurdara sembari mengambil sebuah benda dibungkus daun pada nampan lalu duduk kembali, “aku membuatkanmu cokelat. Bukankah kau menyukainya?” ucapnya, menjulurkan bungkusan daun tadi pada Sachi.

Sachi melirik pada bungkusan tadi. Ia lalu coba menggerakkan tubuhnya, beranjak lalu duduk sambil menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, “bagaimana kau mengetahuinya? Seingatku kita tidak sedekat itu sampai-sampai kau mengetahui apa yang aku suka.”

“Ingatanku yang beritahukan semuanya,” jawab Danurdara seraya membuka bungkusan tadi di depan Sachi, “ini bukan kali pertama kita hidup, kan? Aku mengingat semuanya … Sebanyak apa dia menghabisi nyawamu! Seperti apa dia menyakitimu! Aku ingat semuanya!”

“Kalau dia benar mencintaimu, seharusnnya dia berjuang untuk mendapatkanmu di sana ... bukannya menyeretmu ke sini setelah dia tahu bagaimana bahayanya Dunia ini untuk kau tinggali,” tuturnya seraya meraih tangan kiri Sachi lalu meletakkan coklat berbentuk kotak di sana.

“Kalau kalian tidak berkerja sama dengan Basil, aku justru akan sangat bahagia hidup di sini. Aku justru tidak akan hidup dalam ketakutan.”

“Benarkah?” jawab Danurdara untuk ucapan Sachi, “justru bila tanpaku atau Ayahmu yang menjadi Kaisar, tidak akan ada lagi Manusia yang hidup di Dunia ini sejak lama. Kita manusia, hanyalah ladang makanan bagi mereka.”

“Apa kau pikir, kau bisa menemukan Kou berkat usahamu sendiri?”

Danurdara mendekatkan wajahnya ke telinga Sachi, “Kaisarlah yang pertama kali merasakan adanya Naga lain di Dunia ini. Dia membawa kalian ke hutan tersebut agar kau bisa menemukannya. Dia ingin agar jika kau menemukannya, Naga tersebut dapat menjagamu dari kejaran Basil. Ingatlah ini Miyuki, tanpa campur tangan kami berdua pun, kau akan tetap menjadi sasaran Basil … Karena kau, membawa sihir Robur Spei yang sangat diinginkannya,” bisik Danurdara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Our Queen : Carpe DiemWhere stories live. Discover now