Chapter CMIV

813 288 13
                                    

"Syarat? Apa syaratnya ?"

"Syaratnya, kau hanya harus menyerah pada Manusia yang kau kenal! Tinggalkan mereka untuk menjalani kehidupan mereka sendiri, sedang kau ... Hanya fokuskan diri untuk menggapai tujuanmu! Kalau kau dapat menyanggupinya, maka Ayah akan memberitahukanmu semua yang Ayah ketahui."

"Kalau aku menolaknya, apa yang akan terjadi?" Sachi balas bertanya kepadanya.

"Anak-anakmu yang akan berada dalam bahaya, terutama cucuku, Huri!" Sachi mengepal kuat salah satu tangannya kala mendengar nama putrinya disebut dalam pembicaraan mereka.

"Dia dapat memurnikan Robur Spei, jadi ada kemungkinan besar Basil akan menjadikannya tahanan setelah ia sudah selesai melahapmu. Huri, akan menanggung derita akibat apa yang tidak Ibunya selesaikan."

"Walau Nagamu berpindah Tuan, tapi dia tidak akan serta-merta kuat setelah ia kehilangan Tuan sebelumnya. Saat itulah, ke mana pun Huri disembunyikan ... Basil akan selalu bisa mengejarnya. Kemungkinan terburuk, Basil akan menjadikannya pasangan, karena Huri bukanlah Manusia Murni yang menjadi makanannya selama ini!"

"Dia pasti tertarik pada sihir kuat yang dimiliki Cucuku itu, selain Bibit Robur Spei yang tumbuh bersama jiwamu."

"Sachi!"

"Sachi!"

Sachi terperanjat. Lamunan tentang pembicaraan diantara dia dan ayahnya tadi segera terbang, terbawa oleh suara yang terus-menarus memanggil namanya itu, "Kakek?" tukas Sachi, yang menemukan sosok Kakeknya tatkala dia mengangkat wajahnya.

"Kau sudah ingin pulang? Berikan Zehra pada Kakek! Kakek akan menggendongnya," sahut Kakek sambil menjulurkan kedua tangannya.

Sachi yang melihat kedua tangan Kakeknya itu, segera mengangkat Zehra, yang ketika itu terjaga sambil menyesap tangannya sendiri. "Apa aku sudah cukup lama berada di sana?" tanya Sachi setelah Zehra sudah berpindah di gendongan Kakek Buyutnya.

"Tidak terlalu," jawab Kakek begitu singkat sesaat Sachi sudah berjalan, mulai meninggalkannya di belakang.

"Apa kalian sudah selesai berbicara?" Kakek kali ini melempar pertanyaan, ketika Sachi sudah menggerakkan kedua kakinya, yang sedikit mempercepat langkah kakinya.

"Kakek, aku ingin menyelamatkan keluargaku!" tutur Sachi, begitu datar dengan tatapan kosong ke depan, "aku tidak ingin anak-anakku menanggung apa yang seharusnya menjadi tanggung-jawabku!"

"Apa yang ingin kau lakukan selanjutnya? Apa kau berkeinginan untuk menyanggupi syarat yang ia berikan?"

"Entahlah, Kakek! Cucumu ini masih memikirkannya!"

____________.

"Sema dan Anka menceritakan apa yang terjadi hari ini padaku. Apa kau baik-baik saja?"

Sachi mengangguk, dengan mata yang masih belum ia lepaskan pada Zehra yang baru saja terlelap selepas ia sapih. "Tidak ada yang perlu kau risaukan! Huri mungkin sudah selesai menyiapkan makan malam, kau turunlah dan makan bersama mereka!" tutur Sachi yang beranjak dari ranjang lalu berjalan mendekati tempat tidur milik Zehra sendiri.

"Aku tidak lapar! Kau saja yang turun dan makan bersama mereka!"

"Aku pun tidak lapar," sahut Sachi sembari menepuk paha Zehra, selepas ia membaringkan putri bungsunya itu, "Ze...."

Sachi mengurungkan niatnya untuk memanggil Zeki. Lirikannya segera cepat berpaling, pada suara perempuan yang ia dengar dari balik pintu ... Memanggil-manggil mereka berdua. "Ada apa, Huri?" Sachi membuka suaranya setelah ketukan demi ketukan di pintu menyeruak, bersambut dengan panggilan tadi.

Our Queen : Carpe DiemWhere stories live. Discover now