Chapter DCCCXCVIII

851 311 46
                                    

Sachi begitu lama menarik napasnya, sebelum akhirnya ia mengetuk pintu kayu di hadapannya. “Apa Ayah ada di dalam?” tanya Sachi kepada perempuan yang baru saja membukakan pintu untuknya.

“Ayah berada di lantai atas. Lurus saja ke arah kiri, di sana ada tangga untuk ke atas!” sahut Amanda dengan mengangkat salah satu tangannya.

“Kau sudah kembali?”

Sachi yang hendak masuk, segera menghentikan niatnya sambil menoleh pada Amanda yang lagi-lagi membuka suaranya, “aku memang sudah kembali. Apa di lantai atas ada orang lain selain Ayah?”

Bola mata Sachi melirik ke sisi kiri paling sudut matanya, “Lux, jangan biarkan seorang pun mendekati lantai atas!” perintah Sachi, seraya melanjutkan lagi langkahnya setelah ia sempat menjatuhkan tatapan ke pundak kirinya.

Sachi mempercepat kakinya menaiki tangga tatkala Lux terbang menjauh, menjawab perintahnya. Ia terus saja berjalan, sambil sesekali akan berhenti lalu mengetuk pintu demi pintu dengan tak lupa untuk memanggil Ayahnya, Kudou. “Ayah, ini Sachi! Apa aku boleh masuk ke dalam?” seru Sachi, di pintu terakhir yang belum ia ketuk.

“Sachi? Masuklah, Putriku!” sahut suara laki-laki tersebut, menjawab panggilan Sachi.

Tanpa ragu, Sachi mulai membuka pintu di depannya. “Bagaimana keadaan Ayah? Maaf, aku baru bisa menemui Ayah sekarang,” ungkap Sachi dengan kembali menutup pintu tadi.

“Ayah baik-baik saja. Haruki dan Istrinya merawat Ayah dengan baik di sini. Ayah dengar kalau kau pergi melakukan sesuatu akhir-akhir ini, apa yang kau lakukan?” tanya Kudou, disaat putrinya itu tengah berjalan semakin mendekati ranjang, tempatnya bersandar.

“Ayah!” Sachi memanggil namanya sesaat dia sudah berdiri di dekat ujung kaki Kudou, “apa kematianku membuat Ayah bahagia?”

“Apa yang kau maksudkan, Putriku? Bagaimana mungkin Ayah bahagia atas kematian putrinya sendiri?” Kudou balas bertanya setelah mereka berdua diliputi keheningan.

“Lalu apa maksudnya Sora menyimpan inti sihir dari Naga Kaisar di Bukit yang hanya boleh dikunjugi oleh Keluarga Kerajaan? Apa Ayah bisa menjelaskannya kepadaku?”

“Inti sihir? Ayah tidak mengerti dengan apa yang kau maksudkan! Apakah itu batu yang ada di sana? Ayah mendapatkannya, bersamaan dengan datangnya kabar kematian kalian tempo lalu. Ayah menyimpannya, tidak lain karena Ayah pikir … Batu itu merupakan barang kalian, karena dia datang bersamaan dengan barang-barang yang sempat kalian bawa dari Sora ke Kekaisaran.”

“Alasan yang terdengar tidak masuk akal seperti itu, terdengar sulit sekali untuk aku terima!”

“Baiklah!” seru Sachi melanjutkan lagi ucapannya, “aku akan mengganti pertanyaanku,” sambungnya dengan menggigit kuat bibirnya sendiri.

“Kenapa? Kenapa selama ini Ayah begitu berusaha untuk menahanku melakukan perjalanan?”

“Kenapa? Aku merasa kalau Ayah sangatlah tidak ingin, kalau aku bertemu dengan Kaisar!”

“Tentu saja karena Ayah menyayangimu! Ayah tidak ingin, kalau terjadi sesuatu kepadamu akibat berseteru dengan Kaisar. Apa salah kalau seorang Ayah mengkhawatirkan Putrinya?”

“Aku dengar kalau Ayah merupakan Adik Kandung Kaisar. Apa itu benar?”

“Itu benar. Ayah tidak ada niat menyembunyikannya, karena petinggi di Sora pun sudah lama mengetahuinya.”

“Apa Ayah bisa memberitahukanku seperti apa Kaisar itu?” ungkap Sachi, yang dengan cepat menimpali perkataan Ayahnya, Kudou.

“Kenapa kau begitu tertarik mengejar Kaisar? Kau sudah memiliki Keluarga … Apa lagi yang ingin kau capai dengan mengejar Kaisar?”

“Apa yang akan kau lakukan setelah bertemu dengannya? Kalau kau dapat menjelaskannya kepada Ayah, Ayah akan berusaha untuk menjawab tiap pertanyaan yang kau beri!”

“Aku hanya ingin menarik Kaisar untuk mati bersamaku! Aku ingin anak-anakku hidup tanpa memiliki ketakutan yang Kaisar berikan pada mere-”

“Ketakutan membuat seseorang menjadi kuat, Sachi!” sergah Kudou sebelum putrinya itu sempat menyelesaikan ucapannya.

“Kematian, tidak membuat semuanya serta-merta berakhir. Kematian, bukanlah jalan akhir untuk menyelesaikan suatu masalah.”

“Walau Kaisar nantinya mati di tanganmu. Itu tidak memberi jaminan, bahwasanya semua hewan miliknya akan ikut mati bersama Kaisar.”

Kudou menyeringai, disaat ucapannya itu membuat rasa bingung tersirat di wajah Sachi, “kenapa kau tidak coba untuk menyerah saja lalu lupakan semuanya!”

“Jalani saja kehidupanmu sebagaimana mestinya, dan lupakan niat baikmu untuk memberontak pada Kaisar!”

“Apa yang Ayah mak-”

“Coba pikirkan kembali! Berapa banyak kesempatan yang dimiliki oleh pasukan Kaisar untuk menyentuh dan menyakitimu, tapi mereka sama sekali tidak melakukannya! Apa Naga Kaisar pernah terbang melewatimu tapi dia membiarkanmu saja, padahal kalau dipikir dengan memakanmu dia bisa memenangkan semuanya. Menurutmu, kenapa hal itu bisa terjadi?”

“Aku mengatur penculikanmu saat di Yadgar. Aku mengganti ramuan pencegah kehamilan milikmu dengan tujuan agar kau hamil dan melupakan pemberontakan. Tapi kenapa? Kenapa kau tidak bisa berhenti mengejar Kaisar?!”

“Apa keuntungan yang kau dapatkan dari melakukannya?!”

Sachi terdiam, ia benar-benar membisu setelah mendengar Kudou berbicara panjang-lebar untuk kali pertama di hadapannya. “Apa karena Haruki dan Izumi? Apa karena ingin diterima oleh mereka berdua kau jadi melakukannya?!” Kudou kembali bertanya untuk kesekian kalinya.

“Apa yang Ayah maksudkan? Kenapa membawa nama mereka berdua?”

“Karena kau selalu menghalangi jalanku untuk menghabisi mereka! Karena Putriku selalu melindungi mereka dari bahaya! Kudou dan keturunannya, tidak pantas bahagia di Dunia yang aku kuasai!”

“Kudou dan keturunannya?” ucap Sachi, lagi-lagi menimpali ungkapan laki-laki yang duduk sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang itu.

“Ayahmulah, yang telah menghabisi orangtua mereka! Kaisar yang kau cari … Akulah orangnya!”

“Kenapa kau diam? Bukankah ini saat-saat yang sangat kau tunggu?”

“Kau, Kaisar?”

“Itu benar.”

Sachi tertunduk dengan mengepal kuat kedua tangannya sendiri. Ia sangat mencoba untuk mencerna semua pernyataan mendadak yang ia terima di dalam kepalanya. “Apa aku dan Ryuzaki?” Sachi menghentikan kata-katanya sesaat ia merasakan sihir Ryuzaki mendekati mereka.

“Benar, kalian berdua anak-anakku, sedang mereka anak-anaknya Kudou,” jawabnya tepat disaat Ryuzaki muncul dari dalam gerbang akar buatannya.

“Bayangkan kalau mereka mengetahuinya, apa mereka masih menganggap kalian saudara?”

“Hentikan bualanmu it-”

“Apa aku terlihat membual?” sahutnya, memotong cepat kata-kata Ryuzaki, “Kudou dan aku merupakan saudara kembar. Aku menyingkirkannya dari Kekaisaran, karena dia licik seperti putranya, Haruki.”

“Dia berusaha merebut apa yang aku miliki dengan kebaikan dan kebijaksanaan yang sengaja ia tunjukkan pada semua orang … Memperlakukanku seperti manusia jahat di depan semuanya. Dia bahkan menyimpan buku-buku kuno dan mengajari putranya bahasa kuno untuk mengejar ambisinya itu!”

“Aku membunuhnya merupakan langkah yang tepat! Aku dengan sengaja mengundangnya ke Kekaisaran saat itu, lalu membunuhnya di sana. Setelah dia mati, aku berpura-pura menjadi dirinya lalu pergi ke Sora. Di saat itu jugalah, aku bertemu Ardella … Dan berkat Ardella juga, aku bisa mendekati anak-anak Kudou tanpa mengalami kesulitan berarti.”

“Tapi tidak kusangka, makhluk bodoh itu justru memberikanku anak yang merupakan wujud lain dari Robur Spei,” sambungnya, dengan tak berpaling pada Sachi yang terus menatapnya.

Our Queen : Carpe DiemWhere stories live. Discover now