Chapter DCCCXLII

1K 367 42
                                    

“Kak Ihsan!”

Ihsan yang duduk, menahan napasnya di dalam air, segera beranjak lalu berbalik menjawab panggilan dari suara perempuan itu. “Miyu? Ada apa kau ke sini?” tanya Ihsan sambil berjalan membelah sungai ke arahnya yang berdiri di tepian.

“Aku ingin mandi, Kak,” jawab Miyu dengan lirikan yang sengaja ia buang ke samping, “Ibu sendiri sedang menjaga Kak Hikaru yang saat ini sedang tidak sehat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Aku ingin mandi, Kak,” jawab Miyu dengan lirikan yang sengaja ia buang ke samping, “Ibu sendiri sedang menjaga Kak Hikaru yang saat ini sedang tidak sehat.”

“Kau ingin aku mengawasi sekitar saat kau membersihkan tubuh?” celetuk Ihsan, ketika dia membungkuk meraih bajunya yang ketika itu tergeletak tak terlalu jauh dari Miyu, “bersihkanlah tubuhmu! Aku akan berdiri di sini menjagamu,” sambung pemuda itu, seraya mengenakan baju berwarna cokelat ke tubuhnya.

Ihsan segera berbalik, membelakangi Miyu yang saat itu masih memandangnya, “terima kasih, Kak!”

“Tidak perlu berterima kasih. Kau sudah seperti Adikku sendiri,” jawab Ihsan yang membuat Miyu hanya bisa tersenyum kecil.

“Apa penyakit Hikaru kambuh lagi?” Ihsan membuka suaranya, setelah sebelumnya keheningan sempat menyapa mereka.

Miyu berjalan masuk ke dalam sungai, setelah meninggalkan pakaian yang ia tanggalkan pada salah satu bebatuan di tepi, “penyakitnya memang selalu kambuh. Dia memang sulit diandalkan sebagai Kakak-”

“Miyu!” Ihsan memanggil namanya, hingga membuat ucapan gadis tadi terpotong, “tidak ada Kakak, yang ingin menjadi beban untuk Adiknya. Jika saja aku mendengar Huri mengucapkan kata-kata barusan … Aku pasti tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.”

“Kak Ihsan, aku dengar dari Ibu, bahwa ada Elf yang mendatangi Paman Ryuzaki. Mereka ingin melamarmu untuk Putri mereka yang tidak bisa berjalan … Kau tidak menerima tawaran tersebut, kan?” tutur Miyu, berusaha mengalihkan pembicaraan di antara mereka.

“Ada 2 wanita yang aku tunggu kepulangannya. Aku tidak akan menerima wanita mana pun, sebelum kepulangan mereka. Bukan berarti aku menolaknya, karena dia tidak bisa berjalan. Hanya, aku berkeinginan untuk menikahi perempuan pilihan Ibuku saja.”

_____________.

Ihsan berjalan mengiringi langkah Miyu di depannya. Sesekali, pemuda itu mengangguk kala gadis di depannya beberapa kali melontarkan ajakan kepadanya. Ihsan mempercepat langkahnya, dia segera berlari ke arah laki-laki dari Bangsa Elf yang ketika itu sedang berdiri membelakangi Sema dan Anka, Adik Kembarnya.

“Kakek Buyut, apa terjadi se-”

Pemuda itu terdiam. Tamparan keras di pipi yang baru saja ia dapatkan, membuatnya menghentikan ucapan. “Aku mengizinkanmu tinggal di sini, hanya dengan syarat menjaga mereka berdua. Apa begitu susah untukmu melakukannya?!” bentakan yang Ihsan terima, terasa seperti sebuah cubitan di dadanya.

“Aku memintamu mengawasi mereka! Tapi kau justru membiarkan mereka bermain ke tempat yang tidak seharusnya! Jika bukan karena cucuku, aku tidak akan mungkin membiarkan Manusia Asing sepertimu untuk tinggal di sini!” Pemuda itu menggigit kuat bibirnya, sesaat perkataan itu memasuki telinganya.

Our Queen : Carpe DiemWhere stories live. Discover now