Chapter CMXXI

655 126 28
                                    

Bibir Sachi terkatup rapat. Ia sama sekali tak bisa berkata-kata disaat wajah lelaki di depannya itu, merupakan wajah dari seseorang yang sangat dikenalnya.

“Aku sudah lama menunggumu. Kau akhirnya datang, Sachi,” ucap laki-laki tadi dengan senyum yang begitu hangat diterima Sachi.

“Apa kau benar Tsubaki Kazuma?”

Lelaki itu beranjak. Senyum masih melekat di bibirnya kala ia sudah berdiri tepat di depan Sachi, “itu benar. Apa salah satu anak buah Basil yang memberitahumu?”

“Apa alasanmu menyembunyikan semua ini dariku, Danur? Apa yang sebenarnya kau inginkan?” tanya Sachi, suaranya sedikit gemetar oleh bercampurnya emosi di dalam benaknya.

“Jangan menatapku seperti aku ini seorang pembohong,” jawabnya seraya berjalan melewati Sachi lalu menarik bangku yang ada di belakang Sachi, “duduklah dulu! Kau terlihat lelah.”

“Aku tidak memiliki niat untuk menyakitimu, Miyuki!” lanjutnya ketika wajah Sachi menyiratkan keraguan atas permintaannya, “duduklah! Setelahnya, akan kujawab semua pertanyaan yang kau berikan.”

Sachi baru berjalan maju lalu menduduki kursi tadi setelah laki-laki tersebut mengangguk, kembali menyakinkan ucapannya. Wajah Sachi mendongak, tatkala lelaki itu sudah berdiri tepat di depannya, “apa yang kau lakukan? Kau tahu aku sudah menikah, kan?” tukas Sachi tatkala tangan laki-laki tadi membelai kepalanya.

“Maafkan aku, Miyuki!” tuturnya, matanya yang membalas tatapan Sachi itu terlihat merah, “aku gagal menyelamatkanmu saat itu.”

Kedua mata Sachi turut memanas sesaat mendengar ucapannya, “aku dengar dari Ibu Panti kalau kau ditemukan di tempat yang sama di mana aku diserang. Bukankah kau sudah pulang saat itu? Kenapa kau kembali?”

“Kau kembali ke sana?” Dia balas bertanya.

“Saat aku tertidur sebelum kegelapan datang, aku terbangun dari koma.”

“Kau masih belum menjawab pertanyaanku,” sambung Sachi atas ucapannya barusan.

“Kenapa aku kembali?”

“Aku melakukannya karenamu,” lanjutnya diikuti senyum getir di bibirnya, “aku menyukaimu, kurasa alasan tersebut sudah cukup untuk menjawabnya.”

“Namun saat aku mengira aku sudah mati, aku justru terlahir kembali menjadi seorang Pangeran,” ungkapnya, ia menarik tangannya yang ada di kepala Sachi untuk menggaruk kepalanya sendiri, “saat pertama kali kita bertemu. Kau ingat, kan? Saat itu Kaisar memanggil seluruh Pangeran dan Putri di seluruh penjuru Kekaisaran,” ucapnya lagi sembari melangkah lalu duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki.

“Awalnya sihir milik Kou yang ada di tubuhmu membuatku tertarik, akan tetapi saat aku melihat ke dalam matamu … Entah kenapa, ingatanku denganmu di kehidupan sebelumnya tiba-tiba muncul.”

“Saat kita sudah masuk ke dalam hutan, di situ aku masih diliputi keraguan … Apakah dia benar Miyuki Sakura yang aku kenal ataukah dia hanya imajinasiku saja? Namun, aku sempat tak sengaja mendengarmu bercerita tentang Orihime dan Hikoboshi padanya, aku semakin yakin dengan apa yang kupikirkan saat itu.”

“Kalau kau sudah menyadarinya sejak awal, kenapa tidak memberitahukanku?”

“Saat kau mendengar gadis yang kau cintai di kehidupan sebelumnya tiba-tiba sudah bertunangan, dan kau melihat secara langsung bagaimana akrabnya mereka … Aku pikir, itu akan sedikit sulit untuk diutarakan.”

Sachi membuang pandangan sambil menggigit kuat bibirnya, “bagaimana kau mengenal Basil? Apa hubunganmu dengannya?” Tanpa mengulur waktu, Sachi mempertanyakannya.

Danurdara menghela napas tatkala Sachi melempar pertanyaan tanpa menoleh ke arahnya, “seperti saat kau mempersilahkanku berbicara dengan Kou, hal yang sama dilakukannya ketika kita masih di dalam Hutan Terlarang. Basil memberitahukanku perihal Robur Spei miliknya yang sengaja dititipkannya pada Kaisar telah menghilang, Robur Spei yang nyatanya terlahir kembali dari jiwa asing yang bukan berasal dari Dunia ini.”

“Usia Basil jauh lebih tua dibanding Kou, jadi Basil lebih mengetahui banyak sekali sihir di Dunia ini terutama sihir terlarang yang dimiliki oleh Elf,” tutur Danurdara, ucapannya tadi membuat Sachi mau tak mau menatapnya, “karena keegoisan mereka … Kau dipaksa untuk ikut andil dalam Dunia ini, kan?” lanjutnya, kali ini pandangannya begitu sendu memandang Sachi.

“Saat Miyuki menceritakan adik-adiknya yang hidup bersamanya di Panti Asuhan, dia terlihat sangat cantik di mataku … Dan aku, ingin sekali melihat senyum itu lagi,” sambung Danurdara dengan senyum di bibirnya.

“Ketika mendengar semua kebenaran itu dari Basil, aku akhirnya memutuskan untuk menjadi rekannya.Tujuan kami sama … Kami sama-sama berniat untuk menghancurkan Robur Spei. Aku ingin kau terbebas dari Dunia ini, Dunia yang tak memberikanmu kesempatan untuk memilih.”

“Omong kosong!” bantah Sachi seraya beranjak dari tempat duduknya, “kau tidak tahu seper….”

Kata-kata Sachi terhenti. Ia tersungkur sambil terbatuk-batuk. Entah apa yang terjadi, dadanya terasa begitu sesak serta … seluruh anggota tubuhnya tiba-tiba mati rasa, dan tidak dapat digerakkannya dalam sekejap.

“Ruangan ini sudah dipenuhi oleh kutukan dari salah satu anak buah Basil,” ucap Danurdara turut beranjak lalu berjongkok di dekat Sachi yang menelungkup tak berdaya, “aku sudah paham benar seperti apa Kou menyembuhkanmu. Jangan takut! Aku tidak berniat membunuhmu sekarang,” ucapnya lagi seraya mengangkat Sachi ke gendongannya.

“Miyuki, apa kau tahu pengorbananku selama ini agar tujuanku dapat tercapai?” ujar Danurdara yang berjalan meninggalkan ruangan dengan membawa Sachi, “aku harus mengikuti tradisi mereka. Aku bahkan terpaksa berpura-pura menikah karena perempuan itu berlutut, memohon kepadaku agar dia tidak dieksekusi.”

“Aku bahkan harus berpura-pura bahagia menunggu kelahiran seorang anak yang bukan darah dagingku sendiri. Aku menyuruhnya untuk memilih pasangan dari salah satu pengawalku , dan kau tahu? Ketika aku mengajukan ide gila itu, dia hanya setuju-setuju saja tanpa memiliki niat untuk membantahnya.”

Danurdara menarik napasnya sangat panjang. Ia terdiam setelah ucapan-ucapan tadi … Hanya langkah kakinya saja yang terdengar memenuhi telinga. “Apa kau bahagia dengan pernikahanmu? Aku dengar kalau Zeki sempat memiliki anak dari wanita lain. Apa itu benar?” Dia tiba-tiba kembali bersuara sembari menjatuhkan lagi pandangannya pada Sachi.

“Bukan aku yang merencanakan hal tersebut, akan tetapi Ayahmulah yang melakukannya,” tuturnya kembali yang lagi-lagi membuang tatapannya ke depan tatkala mereka sudah sampai di depan ruangan dengan pintu yang telah terbuka, “saat aku berusaha menyelamatkanmu, pembunuh itu sempat mengucapkan kata-kata ini, aku akan membunuhnya! Akan kubawa jiwanya bersamaku … Di sana aku akan menikahinya, lalu membangun keluarga bahagia bersamanya.”

“Dia Zeki, kan? Orang yang sudah membunuhmu di Minimarket … Dia Zeki, kan?” Pandangan yang ia jatuhkan ke Sachi terlihat begitu kesal, “akan kutanyakan sekali lagi, apa kau bahagia dengan pernikahanmu?” Danurdara mengatakannya tatkala dia sudah membaringkan Sachi di ranjang yang ada di dalam ruangan yang baru saja mereka masuki.

“Esok hari efek kutukannya akan memudar, kau akan bisa bergerak lagi setelahnya. Namun sebelum itu, beristirahatlah, Miyuki!”

Our Queen : Carpe DiemOnde histórias criam vida. Descubra agora