Chapter DCCCLX

1K 360 39
                                    

“Aku akan mengajak Huri menemui Kou dan yang lain. Dan tolong jaga mereka bertiga yang ikut denganmu,” tutur Sachi sambil memandang satu per satu Kesatria yang berjalan masuk ke dalam gerbang es buatan Kou.

“Aku mengerti. Jangan langsung kembali nanti! Tunggu kami menjemput kalian berdua di rumah yang dulu pernah kita tempati. Apa aku diizinkan untuk mencium keningmu saat ini?”

Sachi tertawa kecil diikuti telunjuk yang terangkat menggaruk ujung alisnya sendiri, “kau masih memikirkan ucapanku sebelumnya? Aku Istrimu, apa kau lupa? Kau bisa menciumku, kapan pun yang kau inginkan,” sambung Sachi sambil menjijit lalu mengecup pipi Zeki yang berdiri di dekatnya.

“Pergilah! Bawakan makanan yang banyak untuk kami! Aku sangatlah lapar saat ini … Dan juga, mereka sudah terlihat tidak sabar, terlebih saat kau memberikan pisau kecil pada mereka berdua,” lanjut Sachi lagi yang kali ini melemparkan lirikannya pada Sema dan Anka.

“Baiklah,” sahut Zeki, menyentuh kedua pipi Sachi lalu balas mengecup kening istrinya itu, “aku akan segera kembali.”

Sachi mengangguk … Matanya turut bergerak, sulit melepaskan perhatian pada Zeki yang berjalan menjauh di belakang ketiga putra mereka. “Kau tidak tulus untuk menolong mereka, bukan?” Sachi teralihkan. Matanya segera berusaha mencari arah suara yang baru saja ia dengar.

“Lupakan manusia yang lain! Ajak saja keluargamu untuk tinggal di sini. Apa kau tidak bisa melakukannya?”

“Kau bahkan tadi tidak berkata jujur pada mereka! Kau membohongi mereka dengan memberikan informasi yang salah … Waktu di Dunia Kou berjalan lebih cepat dibanding waktu di Dunia Manusia. Sedang Para Manticore, mustahil mengabaikan perintahmu dan juga Kou. Hanya seperti itu saja sudah membuktikan bahwa kau tidak mempercayai mereka sepenuhnya.”

“Sachi!” suara yang berasal di dalam kepalanya itu kembali memanggil namanya, “sihirku telah kembali. Mungkin hal ini dikarenakan kau berhasil terlahir kembali setelah kegelapan … Jadi sihirku ikut pulih karenanya.”

“Para Elf, tidak akan bisa menumbuhkan tanaman lagi di sana. Walaupun tumbuh … Semua tanaman itu akan layu kembali dalam beberapa hitungan saja. Berbeda dengan peri … Kami tidak menciptakan tapi kami mengobati.”

“Aku bisa membuat tanah yang kau pijak kembali subur. Namun, aku tidak akan melakukannya, karena manusia telah terlalu banyak menyakitimu … Aku sangatlah membenci manusia, dan perasaan tersebut tidak akan berubah sejak dahulu hingga sekarang.”

“Lux!” Sachi membalas suara laki-laki yang berada di dalam kepalanya itu, “apa yang kau katakan itu benar … Aku tidak mempercayai mereka sepenuhnya.”

“Saat Dante dan Istrinya mengetahui ciri-ciriku sebagai Ratu Yadgar, aku sudah sadar bahwa pengkhianat selalu berada dekat denganku, atau mungkin dia merupakan orang yang paling dekat denganku.”

“Kaisar mengetahui benar kelemahanku … Dia tidak terang-terangan menghancurkanku, tapi dia selalu mengincar semua orang yang menjadi kelemahanku itu sendiri. Namun, apa dengan hanya alasan tersebut, aku harus mengabaikan mereka yang sama sekali tidak bersalah?”

“Aku ingin mencari tahu siapa yang berkhianat itu, walau tak dipungkiri aku juga takut kalau saja rencanaku nanti akan menjadi sia-sia lagi seperti sebelumnya. Di sisi lain, aku tidak bisa melarikan diri dari kewajibanku sebagai Ratu … Aku tidak tahu, apa yang seharusnya aku la-”

“Bodoh!” Kali ini suara perempuan yang menyahut di dalam kepala Sachi, “kau terlalu baik, karena itu kau tidak akan bisa menang.”

“Di kehidupan yang lalu! Di kehidupan sekarang! Atau di kehidupan mendatang pun … Kau tidak akan bisa menang karena hatimu terlalu lemah!”

“Berkali-kali kau kecewa dan menangis oleh perlakuan Manusia-manusia yang berada di sekitarmu, tapi kau selalu memberikan kesempatan dan celah maaf untuk mereka. Hatimu terlalu lembut untuk memperjuangkan keadilan! Jadi mundur saja dan lupakan semuanya!”

“Mereka bukan lagi Manusia! Mereka bahkan tidak merasa bersalah karena sudah memakan Ayah, Ibu, Saudara atau anak-anak mereka sendiri hanya untuk memenuhi rasa lapar. Tinggalkan saja Dunia tersebut! Biarkan mereka menanggung semua hasil dari perbuatan mereka.”

“Kau akhirnya berbicara padaku setelah sekian lama sangatlah hening, Uki!” seru Sachi, menyergah suara yang ia dengar di kepala, “kudengar bahwa kau menolak untuk menolong manusia lagi!”

“Jadi, jika nanti keempat anakku terluka … Apa kau tidak ingin menolong mereka? Karena keempat anakku juga merupakan manusia.”

“Kalian terlalu memukul rata segala sesuatu! Sama seperti hewan-hewan milik Kaisar yang menganggap semua manusia merupakan makanan, tapi mereka sendiri lupa bahwa Tuan yang mereka layani merupakan Manusia juga.”

“Di kehidupan lamaku, Ibu Panti selalu memberikan kami nasihat seperti ini … Jangan terlalu berfokus pada setitik tinta yang jatuh di atas selembar kertas putih! Nasihat yang begit naif memang, terlebih jika digunakan untuk situasi seperti sekarang.”

Sachi tertunduk sambil diikuti dengan helaan napas yang begitu dalam, “kalian benar! Apa yang kalian katakan memang benar adanya. Untuk apa aku berada di sini, karena memang sudah tidak ada lagi yang perlu aku perjuangkan … Semuanya telah hancur, dimakan oleh kegelapan itu sendiri.”

“My Lord!” seruan Kou, mengikuti pembicaraan mereka, “aku bisa memakan Manusia, kapan pun yang aku inginkan. Namun aku tidak melakukannya, karena aku begitu menghormatimu.”

“Memang benar, beberapa dari mereka memberikanmu kebahagiaan. Namun Manusia yang sudah menyakitimu lebih banyak dibanding Manusia yang memberikanmu kebahagiaan. Saat kau hampir mati oleh kutukan dulu … Aku tidak ingin menyerah, membujukmu untuk melakukan kontrak denganku. Aku begitu tidak ingin kehilanganmu, karena itu aku melakukannya.”

“My Lord!” Lagi-lagi Kou memanggil Tuannya, “Manusia tidak akan mati, hanya karena mereka tidak mengikuti perintahmu! Manusia mungkin masih bisa melanjutkan hidupnya, walau orang yang sangat ia kasihi telah pergi! Usia Manusia begitu pendek … Walau mereka terluka pun, mereka tidak akan merasakannya dalam hitungan yang lama.”

“Namun berbeda dengan kami … Usia kami begitu panjang, terlebih kami diwariskan kepada Putrimu kelak. Kami akan merasa sangat terluka dan kesepian, kalau sampai kau akhirnya pergi meninggalkan kami.”

“Kalau bisa, aku tidak ingin usiamu bertambah. Karena semakin usiamu bertambah … Semakin itu juga, perpisahan di antara kita semakin mendekat. Namun di sisi lain, aku juga sangat ingin mendukung Tuanku di usianya yang tidak terlalu panjang itu!”

“Maaf, My Lord, untuk kali ini aku menyetujui perkataan mereka! Bukan karena aku tidak bisa melindungimu dari peliharaan Kaisar … Aku tidak ingin, usiamu dihabiskan untuk membantu Manusia yang bisa mencampakkanmu kapan pun saat mereka sudah tidak lagi membutuhkanmu. Atau, kepada Manusia yang bahkan tidak tahu bahwa kau sudah mati-matian berjuang untuk hidup mereka.”

“Setiap kali Manusia menyakitimu! Setiap kali kau bersedih oleh mereka, kami juga merasakan hal yang sama!” cetus Kei, menimpali ucapan Kou sambil berjalan memasuki gerbang, melewati Sachi begitu saja, “yang membuat kebencian kami kepada Manusia semakin tinggi, tidak lain dan tidak bukan, karena dirimu sendiri!”

Our Queen : Carpe DiemWhere stories live. Discover now