Bab 01 Bungkus Kontrasepsi di Kantor Suamiku

38.2K 121 2
                                    

"Emm ... ach ...," suara manja yang ke luar dari mulut seorang lelaki terdengar se-isi ruang kantor. Di saat jam istirahat telah tiba, aktivitas demikian sering terjadi dan sudah beberapa kali belakangan ini.

Wanita yang kala itu berdiri di depan pintu pun berhenti. Dia menatap kanan dan kiri seraya merapikan rambutnya, ini adalah pertama kalinya dia mendengar suara tersebut dari ruangan suaminya—Reno Adiwijaya. Seorang pria yang sangat baik hati, dan selalu membuat karyawan memuji sikapnya yang begitu menyenangkan.

Seketika wanita itu mengetuk pintu dengan sangat lembut dari luar, suaranya pun dapat memudarkan semua perasaan yang telah klimaks di alami oleh pasangan laki-laki dan perempuan di dalam ruangan.

"Ada orang, cepat pakai bajumu!" seru seorang bos perusahaan itu.

"Siapa yang datang, Bos?" tanya wanita itu, dengan napas yang sangat ngos-ngosan ditimpali keringat begitu deras membahasi seluruh badannya.

"Kau tunggu di sini, dan sebentar lagi aku akan kembali. Ingat, Sri, jangan ke mana-mana. Kalau kau berani ke luar, aku gak akan segan-segan pecat kamu!" seru pria itu lagi.

Dengan anggukan yang sangat elegan, lelaki berjas hitam itu pun berjalan dari koridor ruangan dan segera menemui siapa yang mengetuk pintu di luar. Di sepanjang jalan, Reno pun memasang wajah yang sangat semringah bagai tidak ada beban sama sekali dia alami. Lelaki berjuta pesona itu selalu saja menjadi idaman dikalau sedang tersenyum manis.

Wajahnya juga sangat baby face, menbuat siapa pun yang menatap akan terpana begitu saja. Setibanya dia di ambang pintu, kemudian dia menatap seorang wanita yang tak lain adalah Julia—istrinya sendiri. Seraya menatap heran, Reno pun langsung tercengang dan bergeming tanpa suara.

Wanita dengan blazzer hitam dan rok pendek itu datang di saat yang tepat. Namun, dia tidak ada perasaan curiga sama sekali pada suaminya. Lalu, Reno dengan gagahnya memegang tangan sang istri dan memeluk begitu penuh kelembutan.

"Sayang, kamu ngapain datang ke kantor Mas?" tanya Reno sangat manis.

"Ak-aku ... aku gak tahu mau ngapa-ngapain, Mas. Di rumah juga sunyi, mama udah pulang sejak tadi pagi," jawabnya seraya menoleh se-isi ruangan.

Julia hanya sekadar memastikan saja, suara yang dia dengar tadi benar ada atau hanya halusinasi saja. Apalagi dia sedang sakit, dan baru saja boleh pulang dari rumah sakit karena terlalu lelah. Ini adalah kesekian kalinya dia datang ke kantor sang suami, sangat rapi dan tak ada yang mencurigakan.

Sang suami yang kala itu terdiam, sampai lupa mengajar Julia untuk masuk. Kemudian, wanita berambut sepinggang itu pun berjalan sendirian dan memasuki ruangan.

"Silakan duduk sayang, kamu mau minum apa biar Mas panggilkan OB buat bawa ke sini?" tanya Reno sambil merapikan sebuah dokumen.

"Aku hanya ingin duduk aja, Mas, karena udah lama gak ke kantor kamu. Sayang ... kata dokter, aku harus banyak istirahat. Bagaimana kalau aku istirahat di sini, sambil lihat suami yang lagi kerja," ujarnya meminta penuh harap.

"Sayang ... kamu gak boleh tidur di sini. Banyak debu. Sebaiknya, kamu tidur di rumah yang penuh AC dan layak untuk di buat santai," jelas Reno, lalu dia menoleh kanan sebuah ruang kecil.

Julia yang kala itu berada di dalam ruangan, mendapatkan telpon tiba-tiba dari seseorang. Kemudian dia mengangkat dan langsung bangkit berjalan menemui sebuah ruangan dengan gorden telah tertutup, lalu dia berdiri di situ seraya menempelkan badan di tembok ruangan.

Sambil berbincang serius, Reno pun mulai gemetar hebat dan tidak ada tandingannya. Bagaimana tidak jantungan, karena dia sedang menyimpan seorang karyawan baru bernama—Sri di dalam ruangan. Sri adalah mantan kekasihnya pada saat SMA, akan tetapi sekarang bertemu kembali di perusahaan dan menjabat sebagai asisten sementara menggantikan sahabatnya—Dimas yang sakit.

Saat Reno menatap ke bagian bawah gorden, terlihat pula telapak kaki Sri yang sedang bergerak sedikit demi sedikit. Lelaki berdasi hitam itu pun menekan kening dan menarik napas panjang. Di dalam jantungnya sudah sangat bergejolak, lalu dia menatap ke bawah lantai dan hatinya berkata-kata.

'Sri ... kamu kenapa enggak bisa diam, sih. Jangan bergerak, nanti istriku tahu kalau kamu ada di dalam sana. Sri ... aku mohon, kamu jangan bergerak lagi!' kata Reno sambil menggumam.

Terlihat jelas bahwa Julia pun ingin memasuki ruangan kecil milik sang suami. Pintu ruangan yang terbuat dari kaca sangat bening itu memerlihatkan gorden yang bergerak sedari tadi. Seraya memejamkan kedua mata, Reno pun menebak kalau istrinya akan kepo dan masuk ke dalam sana.

Satu langkah telah Julia tapakki, kemudian dia membuka pintu itu.

Ceklek!

Dengan sangat sigap, Reno membangkitkan badan dan dia pun berlari menemui sang istri yang masih dalam keadaan menelepon. Lalu dia pun menyentuh punggung tangan istrinya sangat lembut.

"Sayang-sayang, kamu mau ke mana? Jangan masuk, di dalam ruangan ini baru saja aku perbaiki, dan banyak benda-benda yang gak baik untuk kamu hirup," ujar Reno mengingatkan.

Julia pun berhenti, lalu dia menjawab, "Mas, aku hanya mau lihat-lihat aja dari balkon. Kok, kamu gerogi gitu. Emangnya ada apa, sih, di dalam sini?"

Lelaki berjas itu pun salah tingkah, lalu dia menekan mulutnya dengan sangat khawatir. "Gak ada apa-apa sayang, di sini hanya ada suami kamu. Itu ruangan baru di renovasi, kamu gak boleh ke situ akan membahayakan."

"Ah, kamu ini, Mas. Khawatir banget sama aku, lagian kalau renovasi pasti aku tahulah. Kan, dari luar gak kelihatan ada yang berbahaya," pungkasnya sambil membuka pintu kaca itu.

Sambil mondar-mandir, Reno pun menyentuh keningnya lagi. 'Mampus aku ... jangan sampai ketahuan kalau Sri ada di dalam, kalau itu terjadi bisa hancur rumah tanggaku dengan Julia.'

Setibanya di dalam ruangan kecil bertumpuk dokumen, Julia pun melihat ada hal ganjil di sana. Lalu dia menjongkokkan badan seraya menatap benda tersebut di bawah meja sang suami, sebuah plastik kecil berwarna merah. Kemudian, Julia mengambilnya dan langsung menatapnya.

'Bungkus kontrasepsi laki-laki, kenapa ada di ruamgan suamiku. Siapa yang pakai benda seperti ini, karena suamiku gak mungkin beli benda beginian?' tamya Julia dari dalam hati.

Tiba-tiba, Reno pun datang dan langsung menemui istrinya yang sedang jongkok itu. "Sayang, mama tadi udah chat aku, katamya dia mau datang ke rumah jenguk kamu."

"Mama kenapa gak chat aku, Mas. Biasanya kalau mau datang telepon dulu kasih kabar?" tanya Julia penasaran.

"Gak tahu, Yank. Namanya orangtua, kalau mau datang gak harus kabarin juga gak masalah, kan?" tanya sang suami sambil tersenyum.

"Oh gitu, kalau begitu aku mau pulang dulu, Mas. Tapi, ada satu pertanyaan yang mau aku tanya sama Mas. Jawab jujur dan jangan ada lagi yang kamu sembunyikan."

"Kamu mau bertanya apa, sih, Sayang? Sekarang tanya aja, Mas akan selalu jawab untuk istri tercinta," rayu Reno sambil melipat kedua tangan di belakang badannya.

"Mas, kenapa bungkus ini ada di bawah meja kerja Mas, ya? Emangnya ... siapa yang pakai di sini, Mas? Aku sering ke ruangan ini, baru sekarang menemukan benda aneh berwarna merah ini." Julia pun menunjukkan bungkus merah pada sang suami.

Bersambung ...

3 Miliyar Sekali EntotWhere stories live. Discover now