"Apa tidak sebaiknya donor jantung dok?" Tanya Alex.

Dokter menggeleng. "Saya katakan hanya gangguan kecil pak Alex. Tidak perlu khawatir berlebih"

Alex diam. Keduanya keluar setelah mendapat resep obat. Kemungkinan Barra akan sadar nanti malam, tapi kemungkinan itu masih kecil sebab tubuhnya belum siap.

"Mas boleh aku ngomong?"

Alex menoleh menatap istrinya.

"Mas minta maaf ya sama apa yang udah mas lakuin ke Alisha" pinta Gia, nadanya lembut sekali. "Alisha bawa pengaruh besar mas di hidup Barra, apa mas ngga sadar?"

"Lagipula mereka bukan anak SMA lagi mas,"

Alex hanya diam. Bayangannya muncul pada saat ia mengancam perempuan tak bersalah itu. Alex sadar ia salah, tapi waktu itu apakah jika kalian ditempatkan di posisi Alex tidak melakukan hal yang sama? Atau ambisi Alex terlalu menggebu-gebu?

Pikirannya enam tahun lalu itu karena ia takut jika tidak cukup umur membiayai Barra sekolah. Jika tiba-tiba semua aset yang ia miliki hilang, ia takut. Jalan Tuhan tidak pernah bisa ditebak. Apalagi Barra satu-satunya harapan Alex untuk meneruskan semuanya.

"Loh Tania kenapa disini?" Gia bertanya saat melihat Tania keluar dari ruangan yang lain.

"Eh Tante...itu Alisha pingsan tadi"

"Pingsan??"

Tania mengangguk. "Sampe sekarang belum sadar, kayaknya kecapean"

Gia mengajak Alex untuk melihat gadis itu. Benar. Alisha pingsan.



Alex mendekat sendiri ke arah Alisha. "Cepat sadar, saya ingin memohon maaf"




🌼🌼🌼

Kabar buruknya hingga malam Barra belum juga sadar. Sementara Alisha sudah terisi tenaganya tapi Alex masih sungkan untuk berbicara. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tau kan sekarang darimana gengsi Barra datang?

Shaqila juga masih disini. Keduanya canggung. Karena mereka tidak dekat lebih dari urusan pekerjaan dan pasti sekarang Alisha merasa dirinya tidak pantas disini. Tetapi nasib baik karena Tania yang menemaninya, jadi kemana-mana dengan Tania.

Tadi sore Gabriel datang bersama Ferra lalu kembali pulang karena anaknya rewel. Sementara Darren juga belum bisa menjenguk karena pesanan kue dan beberapa urusan pernikahan harus dipenuhi.

Akhirnya Alisha meminta Maudy datang untuk menemaninya. Sebab Tania ingin pulang untuk mandi lalu balik lagi. Supaya tidak terasa mencekam, Alisha menyuruh Maudy datang. Sahabatnya itu memang terbaik, selalu mau.

Tapi saat Tania sudah keluar, Maudy belum datang. Sampai Shaqila membuka suara.



"Hai" sapanya. "Kenapa kita jadi canggung banget ya?"

Alisha terkekeh. "Ngga enak aja kali ya hehe...he.."

"Sekarang masih kerja di perusahaan pak Mario?"

Alisha mengangguk.

"Sorry bikin lo ngga nyaman pas kerja di tempat kita ya" Shaqila mengelus pundak Alisha, lagi-lagi Alisha hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Ia bingung harus menjawab apa.



"Btw mau disini sampe kapan? Lo ngga cape?"


Kan.

Alisha harus jawab apa??

"Ya tapi gapapa juga sih mau disini" lanjut Shaqila seolah tau kalau Alisha tak mempunyai jawaban.






"Lo tau ngga seberapa Barra cinta sama lo?"

About Barra 2 [TAMAT]Where stories live. Discover now