WORTH IT -47

57 5 0
                                    

"Biar polisi yang cari Chyra, Der. Gue juga sebagai sahabatnya ngerasa cemas." Bujuk Gadish pada kakak sepupunya, ia mengusap bahu Alder, menguatkannya.

"Ayo makan ya, susah banget si mau makan. Kasian tubuh lo, pasti butuh tenaga." Gadish menarik tangan Alder dan mengusapnya.

"Makan aja sama lo, Dish. Abang lo ini gak laper, gue cuma mau disini ada Chyra."

Gadish berdecak lelah, sangat sulit memang membujuk Alder. Apalagi sekarang sudah menikah, karena segala kendali telah beralih pada istrinya, Chyra.

"Lo makan dulu, Der. Plisss... Kita gamau lo sakit." Neon ikut membujuk.

"KALO BINI GUE BELUM MAKAN GIMANA...?!! HAHH...!!!!" Urat leher Alder sampai terlihat saat berteriak pada Neon.

Neon hanya memejamkan matanya, jujur, ia merasa takut saat Alder bersikap seperti ini.

Gadish mengusap punggung Alder untuk menenangkannya, mereka harus bersabar menghadapi Alder.

"Gue juga kehilangan Chyra, coba lo makan dikit aja. Biar nanti kalo Chyra pulang dia gak khawatir karena lo baik-baik aja..." Bujuk Gadish menepuk-nepuk pundak Alder. Laki-laki itu menunduk dengan air mata berjatuhan, mereka terdiam di kursi teras depan. Dengan sepiring nasi dan segelas air putih yang sama sekali tidak ingin Alder sentuh.

Atensi mereka teralihkan pada suara deruman mobil Jeep yang memasuki halaman rumah Alder.

"Enon cantiiik..." Sapa pak satpam dengan nada riang.

Alder dan dua orang bersamanya langsung terkesiap dan berdiri menyongsong siapa yang datang.

Chyra menyembulkan kepalanya di jendela mobil, menatap tiga orang itu dengan senyuman manisnya. Sebenarnya ia sangat ingin menangis, tapi ia tahan. Chyra membuka pintu mobil dan turun, ia berdiri di dekat mobil dan memandang suaminya yang kini sedang berkaca-kaca.

Alder menatap seluruh tubuh Chyra, pakaiannya masih sama seperti pagi itu, pagi yang terakhir kali ia melihat istrinya. Dimana ia berpamitan pergi ke kantor, istrinya itu memakai dress hitam yang kini ia kenakan.

Alder langsung berlari menghambur pada pelukan Chyra, menenggelamkan wajahnya dengan bahu berguncang. "Mbinn... Hiks, kangen mbin..." Alder meledakkan tangisnya, tak kuasa lagi berpura-pura kuat. Ia ingin melepaskan seluruh tangisannya kepada Chyra.

Keduanya rapat dalam pelukan, air mata Chyra sampai menganak sungai membanjiri bahu suaminya. Begitu pula Alder yang air matanya sampai menghujani Chyra.

Alder melepas pelukannya, "baby..." Lirihnya dengan tangan bergetar mengusap perut Chyra, suami muda itu lalu mencium perut istrinya bertubi-tubi.

Chyra mengusap kepala Alder yang sedang memeluk perutnya dengan penuh rasa sayang.

"Mami... So sweet banget..." Lirih Gadish menyeka air matanya, si paling baper memang dia ini.

Neon tersenyum memperhatikan Gadish yang sedari tadi tak henti menitikkan air matanya.

"Apa lo liat liat?!" Cebik Gadish menyadari Neon terus memperhatikannya.

"Seneng aja liat lo nangis." Jawabnya asal.

"Aiishh... Dasar lo!"

"Ekhem!" Suara Aerzam membuyarkan suasana. Chyra dan Alder melepas pelukannya.

"Bestie gue gedenya kecepetan, masih bayi aja udah mau punya bayi..." Aerzam terkekeh.

Chyra hanya tersenyum.

Alder dan Aerzam saling beradu pandang, tapi tak ada satupun yang berbicara.

"Der, kenalin. Ini Aerzam, temen gue." Ucap Chyra pada suaminya. "Zam, ini suami gue, Alder."  Chyra bermaksud untuk mengenalkan mereka berdua.

WORTH IT [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora