WORTH IT -38

54 6 8
                                    

Huek... Hueek..!

Sabar, harus benar-benar memiliki kesabaran ekstra. Apalagi pada waktu sarapan pagi Chyra terus muntah-muntah karena aroma makanan yang tidak disukai oleh si jabang bayi.

Ragadh tersenyum melas, laki-laki tampan itu memijat pangkal hidungnya. Jujur, ia sangat ingin marah karena Chyra menghancurkan selera makannya. Namun, tentunya ia sangat memaklumi karena adiknya sedang dilanda morning sickness. Lagipula ia sadar bahwa ia sedang menumpang di rumah Alder, tak enak saja dan merasa segan untuk melakukan sesuatu. Apalagi memarahi sang adik.

Huek! Chyra mendekap mulutnya, "maaf..." Cicitnya pelan sambil menunduk menatap piring makannya.

"Sayang, makannya sama sup bening aja ya. Jangan makan steak kalo enek mah." Nana mengusap bahu Chyra sayang.

"Udah terlanjur, aunty. Masak makanan Chyra dibuang?" Calon ibu gemoy itu mengerucutkan bibirnya.

"Sini gue makan," Alder menarik piring Chyra ke hadapannya. "Cobain dulu makanannya pake sendok, kalo mual jangan." Tatapan Alder penuh dengan vibes suamiable, pantas sudah ingin menikah.

Chyra tersenyum, ada rasa gemas sekaligus melting pada suaminya. "Pantesan dari tadi  lo belum ngambil nasi." Istri Alder itu terkekeh sendiri.

"Iyalah, gue kan suami siaga. Udah kebayang juga bakal kayak gini kejadiannya." Alder mengacak rambut Chyra gemas. Saking gemasnya sampai cepolan rambut Chyra melonggar dan sang empu meringis karena rambutnya tertarik.

"Alder, jeday gue jadi longgar. Benerin!" Cebik sang istri merajuk pada suaminya.

"Yaudah sini, bumil. Jangan teriak-teriak kasian babby di dalam perut." Alder membetulkan rambut istrinya.

Nana dan Ragadh tak bisa untuk tidak tergelak melihat gelagat pasutri muda itu.

Chyra masih menarik senyumannya, bumil dibawah umur itu mencicipi sup bening, untunglah menu yang satu itu bisa dikonfirmasi oleh si utun. Sehingga ia bisa sarapan dengan aman, tak ada lagi yang namanya gumoh, tanpa menghancurkan mood makan orang-orang di sekitarnya. Merekapun akhirnya bisa makan dengan tenang.

Seusai sarapan pagi, Ragadh harus pergi ke kampus. Sempat terjadi sebuah drama juga dengan sang bumil.

"Abang gausah ke kampus, temenin Chia makan macaron aja, kan kue kesukaan abang." Chyra memegangi Hoodie yang dikenakan oleh sang kakak dari belakang, seperti anak kecil yang tak mau ditinggal ayahnya saja.

"Gue ada rapat komunitas, adik. Lagian kalo mau bolos gausah ajakin gue." Ragadh berbalik dan memegang kedua bahu adiknya.

Chyra mengembuskan nafasnya panjang, tak lepas juga dengan ekspresi manjanya.

Ternyata Alder melihat kakak beradik itu dari balkon, laki-laki itu sedikit cemburu. Namun ia tidak bisa marah pada istrinya, meski rada bersikap tak benar namun Alder sadar diri bahwa ia pencemburu. Ia juga sadar, bego jika cemburu pada adik dan kakak. Bahu lebarnya mengedik acuh lalu masuk ke dalam kamar.

"Chyra mainnya sama Alder aja, abang mau ngampus. Ya? " Bujuknya seperti membujuk anak kecil yang sedang manja-manjanya.

"Yaudah..." Chyra menunduk dengan bibir mencebik seperti anak kecil.

Ragadh tersenyum, si ganteng kuadrat itu mengusap rambut adiknya sebelum memasuki mobilnya, setelah itu langsung melesat menuju ke kampus karena takut terlambat.

Chyra langsung mengirimkan pesan kepada sang suami, memintanya untuk menemani ia bermain.

Kegiatan pagi ini cukup sangat santai, Nana sedang membuat kue bersama Mbak Marni , Alder yang sedang selonjoran di kasur sambil ngerjain tugas kantor pun terpaksa harus turun ke teras rumah untuk menemani istrinya yang sedang bermain di taman depan.

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now