WORTH IT -25

67 11 3
                                    

Rasa penasaran di hati Gadish semakin kuat setiap kali melihat Chyra dan Alder jika sedang asik berdua, sedari tadi mata Gadish terus menatap ke arah Chyra dan Alder yang sedang bermain gulat jempol sambil tertawa.

Gurau manis selalu terjalin di antara mereka, setiap kali di kelas bangku mereka lah yang paling rame. Apalagi jika jamkos, tak ada yang bisa mengganggu keharmonisan rumah tangga mereka.

"Heh!" Tegur Neon menepuk bahu Gadish.

Gadish terkejut, ia menghela nafas karena kaget. Ia lalu menoleh ke arah samping, ingin rasanya ia menampar wajah Neon karena kesal.

"Mau kawin juga?" Wajah'semakin tengil saat meledek.

"Gak ah, ribet."

Neon terdiam menatap gadis sebangkunya. "Gue penasaran deh, Dish. Kenapa si Monyot bisa kawin muda?"

Gadish menoleh pada Neon,"gue juga gak terlalu tau soal itu. Alder emang udah dijodohin dari dulu, dari ia kelas delapan. Cuma waktu itu dia ga kawin..."

"Kelas delapan?!!" Mata Neon membulat mendengar ucapan Gadish.

Gadish mengangguk

"Bocil? Emang umur segitu udah tau lobang?! Kalo salah masuk gimana?! Hahaha...." Neon tertawa seraya memukuli mejanya.

Gadish juga merasa terpancing ingin tertawa oleh ucapan Neon. Gadish sampai mendekap mulutnya sendiri dengan wajah memerah menahan tawanya. Sia-sia saja, tawa itu tetap pecah. Penghuni bangku itu sudah seperti kesurupan karena tertawa terbahak-bahak.

"Gila lo, Neon! Lo tau kan si Alder kayak gimana? Siapa tau, Alder jadi berubah setelah kawin"

"Lumayan berubah si sekarang, udah gasuka nyamperin nona di bar."

Memang benar, neon rasa kini Alder telah berubah. Alder kini jauh lebih soft bahkan saat di markas, padahal dulu Alder adalah si paling 'esmosi' dan pembawa sesat. Alder yang suka mengajak teman-temannya untuk bermain ke bar dan berujung maksiat.

Pasutri itu sama sekali tidak sadar jika mereka baru saja dighibahkan oleh dua sahabat laknat, Gadish dan Neon. Keduanya sangat pandai dalam hal 'perghibahan' sehingga terjadi suatu kecocokan.

Jam istirahat telah tiba, ditandai dengan bunyinya lonceng yang berdering mengguncang seantero SMA perwira.

Permainan gulat jempol mereka pun terhenti.

"Bohlam, markas kuy!"

"Hayuk!" Neon langsung semangat, urusan markas memang paling depan baginya, karena Neon sangat kerasan berada di sana.

"Nitip bini gue ya, dek." Alder tersenyum sok manis pada sang sepupu.

"Giliran ada maunya aja panggil gue adek..." Sarkas Gadish memalingkan wajahnya.

Chyra, Alder dan Neon tertawa melihat ekspresi Gadish.

"Sepupu kampret emang Alder..." Ucap Neon sok tahu, tapi benar.

"Apaan lo, bohlam. Kagak ngomong ama lu!" Sewot Alder pada sahabatnya.

"Udeh, pergi sono lo berdua! Ribut mulu..." Chyra mendorong tubuh Alder.

"Jangan rindu ya sayang..." Alder berkedip genit pada istrinya.

"Najis, pergi sono!"

Gadish terpingkal oleh sikap pasutri yang  romantis itu, karena terlalu romantis sampai-sampai Chyra mengeluarkan kata-kata toxic dan sarkasme nya.

"Napa senyum-senyum?" Chyra menatap Gadish curiga.

"Kaga, hehe... Cuma gemes aja. Lo beneran kawin ama Alder?" Gadish berpindah tempat ke samping Chyra.

"Pertanyaan konyol, emang menurut lo kita gimana, Dish?"

"Lo ama Alder kayak orang prenjon, manggilnya lo-gue, kocak, tapi romantis"

Chyra tertawa hambar. Sianying, ketemu lagi ama kata prenjon...--
"Sebenernya ada hal besar yang menjadikan kita bersatu..."

"Apaan Ra?" Pertanyaannya hanya dibalas dengan gelengan lemah dari Chyra.

Sorot mata Chyra meredup setiap kali teringat pada utang itu, dan teringat pada pernikahannya yang terjadi karena utang tersebut.

"Ra?" Tegur Gadish mengguncang bahu Chyra, gadis itu mulai terhanyutkan oleh deras arus pikirannya.

"Cerita ke gue, Ra! Gue gamau lo terpuruk... Lo kok gitu si, Ra? Lo anggap gue sahabat lo kan?" Cerca Gadish dengan intonasi sangat khawatir.

"Bisa ngomongin ini di tempat lain? Gue gabisa kalo harus buka aib gue disini."

Chyra benar, di kelas sangat ramai. Sangat tidak mungkin mereka membahasnya disini.

"Gimana kalo di taman?" Saran Gadish.

"Yaudah..." Chyra ikut saja.

Karena rasa penasaran yang semakin mendorong, mereka pun menuju ke taman sekolah. Gadish harus tahu apa yang membuatnya sangat penasaran. Chyra juga membutuhkan tempat untuk bercerita, ia sangat lelah memendamnya sendiri. Tak salah juga ia bercerita kepada Gadish, karena ia sahabatnya.

Dua gadis itu kini telah duduk manis di sebuah bangku taman, sangat mendukung sekali karena kini taman sedang sepi, hanya ada mereka berdua.

Chyra memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Namun, empedu di hatinya sudah pecah, segala yang ada dalam pikirannya kini terasa sangat pahit.

"Sorry, if I dig up your pain, bestie..." Gadish merasa bersalah karena kini Chyra terlihat sendu setelah ia bertanya soal pernikahannya.

"It's okay, Dish. Thanks lo Udah care" Chyra berusaha mengucapkannya dengan nada yang riang, tapi tetap saja terdengarlah getir di telinga Nirgadish.

"Perusahaan keluarga  gue punya utang ama perusahaan Alder, perusahaan gue down. Bang Ragadh tiap bulan perlu check up, dan mau operasi... Dia gagal ginjal akut..." Chyra menghela nafas berat.

Sedangkan Gadish tertegun, tak percaya atas musibah yang menimpa keluarga Chyra.

"Uang perusahaan gatau kemana, gue sama sekali gak ngerti. Seluruh kekayaan akan habis jika dipake bayar utang itu, kalo uang gaada, gimana kita hidup? Gimana ama kondisi abang gue? Secara bang Ragadh gaboleh capek." Air matanya meluruh perlahan, Chyra mengatur nafasnya.

"Gue pun nurut sama aunty dan om yang bilang kalo gue dijodohin, gue gabisa ngebantah karena situasi dan kebaikan mereka. Terpaksa gue relain masa muda gue demi ini semua, dan, kayaknya gue emang di tugaskan tuhan untuk merubah sifat Alder."

"Iya, Ra. Semangat ya! Gue yakin Alder pasti luluh sama lo. Alder kalo keinginannya terpenuhi pasti jadi baik. Dia kan pen kawin, sekarang udah kesampean, Godbless you ya, bestie..."

"Iya, Dish. Thanks. Btw, gue kaget bet dulu pas dijemput Alder, ampe di rumahnya dia langsung ngadi-ngadi."

"Kenapa dia?!" Gadish bahkan sudah tertawa sebelum Chyra bercerita.

"Parah banget tuh orang, lo inget kan leher gue yang memar-memar tuh..."

"Iya inget, dah gue duga pasti karya Alder" Gadish semakin terpingkal. Dasar Gadish, yang seperti itu disebut 'karya'.

"Semenjak Alder kurang ajar, gue langsung pasrah ama perjodohannya ini. Kalo bisa buru-buru aja halalin, sebelum harga diri gue jatoh sebelum waktunya." Chyra terdiam, ia merasa lega setelah bercerita kepada sahabatnya.

"Sekarang gue udah sah jadi bininya Alder, utang itu udah lunas. Gue tinggal jalanin aja semuanya... Apa gue termasuk cewek murahan, Dish?" Chyra dan Gadish beradu pandang.

"YA MURAH BANGET LAH, BEGO!" Sahut seseorang membuat dua gadis ini terkejut.












WORTH IT [END]Where stories live. Discover now