WORTH IT-39

48 7 10
                                    

Chyra menatap lurus pada keramaian yang terjadi di sekitarnya, ia kini sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan, Seona yang mengajaknya berbelanja dan bermain untuk melepas rindu pada putrinya.

"Chia lelah?" tanya sang ibu melihat wajah anaknya yang tidak terlalu bersemangat, Chyra akhir-akhir ini tidak suka keramaian. Apalagi di mall yang bising akibat suara musik bercampur dengan obrolan dari orang-orang. Semua itu membuatnya cepat lelah dan mood menurun.

"Kita istirahat dulu yuk! Kamu pasti capek, kasian baby-nya." Ajak seona karena tak mendapat jawaban dari sang putri, entah itu tak terdengar atau tak mood untuk menjawab, seperti yang pernah Alder katakan pada Seona, bahwa Chyra seperti enggan untuk berbicara. Mungkin karena bawaan si jabang bayi.

"Chia mau minum apa?"

"Air putih aja, ma." Jawab Chyra mengusap perutnya, perlakuannya tak lepas dari pandangan sang ibu. Seona tersenyum haru melihat anak yang seharusnya sedang sibuk sekolah, bermain dan bersuka ria bersama temannya justru sedang mengandung anaknya, hidupnya kini telah disangkut-pautkan dengan perihal orang dewasa di usianya yang masih belia.

Yang paling membuat Seona khawatir, apakah Chyra kuat menghadapi gelombang hidupnya? Apakah pikirannya sanggup melewati rumitnya ikatan pernikahan? Apalagi ia akan menjadi seorang ibu.

"Ma?" Tegur Chyra karena ibunya terdiam cukup lama.

"Ah, iya, sayang. Kenapa?" Jawab Seona sedikit tersentak, dunianya sempat hening sejenak. Wanita itu memang memiliki arus pikiran yang kuat, sehingga mampu menghanyutkannya dalam keadaan ramai sekalipun.

"Chia mau makan barbeque, boleh kan, ma?" Pinta Chyra dengan mimik manja.

"Iya, boleh." Seona tersenyum, wanita itu langsung memanggil pelayan untuk memesan menu.

Tanpa mereka sadari, ternyata Gadish dan Neon juga tengah berada di sekitar mereka. Mungkin karena terlalu asyik, sampai tidak menyadari keberadaannya. Begitu pula dengan Gadish dan Neon, mereka tak ingin mengganggu kebersamaan ibu dan anak yang baru bersua itu.

"Buset, emaknya Chyra cakep bener, Dish." Ujar Neon sedikit berbisik, ia berdecak kagum pada kecantikan Seona yang pertama kali ia lihat. Dimata Neon, Seona seperti tante-tante yang biasa ia lihat di Drakor. Wanita penolak tua.

"Anaknya juga cantik, ya kalo bukan dari emaknya dari siapa lagi?" Timpal Gadish lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Ada apa gerangan Neon dan Gadish bisa berada di mall ini, duduk berdua di meja yang sama? Dan makan dengan menu yang sama pula? Mereka tidak berkencan kan? Tidak, Neon memiliki janji untuk mentraktirnya makan setelah Gadish menyanggupi untuk mabar mobile legends bersamanya, sangat gila. Apalagi hari ini seharusnya mereka sekolah, justru malah nongki di mall dengan busana bebas.

"Bapaknya ganteng kagak?" Tanya Neon dengan ekspresi seperti orang sinting.

"Ganteng banget, mirip bang Ragadh dikit."

"Masalahnya gue gatau abangnya kek gimana, ogeb!" Neon menoyorkan kepala Gadish gemas.

"Elo yang bego, dia famous gitu lo kagak kenal!" Cebik Gadish mengusap keningnya yang sedikit ngilu akibat ulah Neon.

Obrolan mereka terjeda dan kembali fokus pada makanan, hingga keduanya hening  saat Chyra dan Seona mengobrol cukup serius.

"Apa Chia mau bebas?" Tanya Seona menatap anaknya yang tengah memotong daging dengan anggun.

"Bebas gimana, ma? Chia gak ngerti." Gadis itu semakin menundukkan wajahnya, ia sebenarnya faham kemana arah pembicaraan Seona

"Utang itu kan udah lunas, apa Chia mau kembali bebas?"

Neon dan Gadish kompak mendekap mulutnya sendiri, mereka sama-sama was-was mendengar penuturan Seona yang seolah-olah menawarkan perceraian untuk Chyra dan Alder.

"Kan mama sendiri yang minta Chia buat stay sama Alder, kok mama nanya gitu?" Mata Chyra kini mulai berkaca-kaca.

"Maksud mama, euhh..." Seona menghela nafasnya, jangan sampai ia salah bicara.

"Mama tahu persis seperti apa kamu, mungkin aja kamu ingin kuliah di luar negeri dan mengejar cita-cita kamu dengan bebas."

"Jadi janda maksudnya, ma?" Chyra memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Chi- Chia, maksudnya-"

"Udah terlanjur, ma. Udah ada nyawa lain di rahim Chia, dan dia anaknya Alder." Chyra mengusap perutnya, lagi-lagi ia terbayang serendah apa dirinya, dan sehancur apa mimpinya yang bahkan belum terwujud.

Seona terdiam, wanita itu mengangguk.

"Lupain itu, ma. Sampe kapanpun, Chia emang gak berharga." Ia kembali pada makanannya walau sudah tak berselera.

"Emaknya nyuruh Chyra cerai?" Tanya Neon sangat pelan.

"Enggak, dia cuma nawarin." Jawab Gadish dengan tatapan kosong, dalam keadaan ini ia sangat takut jika suatu saat Chyra akan pergi meninggalkan Alder. Gadish langsung bangkit lalu meninggalkan Neon pergi.

"Dish, mau kemana woy?! Tungguin gue!" Heboh Neon langsung mengejarnya.

Deg!
Mata Chyra terbelalak, apa gadis sama Neon disini dari tadi? Apa mereka denger pembicaraan gue sama mama?-- paniknya setelah menyadari mejanya dan meja Gadish sangat dekat.

"Kenapa, sayang?"

"Gapapa, ma." Chyra memicingkan matanya, ia sangat takut jika nanti terjadi salah paham.

***

"Loh, Chyra?!" Seru laki-laki dengan suara yang sangat Chyra kenali, juga ia rindukan.

Chyra mendongkak, "Aerzam?"

"Kemana aja lo?! Kenapa sosmed lo kagak ada yang aktif, nomor lo mati, hah?!" Aerzam langsung memeluknya erat, laki-laki itu teramat sangat merindukannya.

Chyra tak kuasa menjawab itu semua, ia memang sengaja melakukan itu agar Aerzam tidak mengetahui keberadaannya, apalagi statusnya yang telah menjadi istri seseorang. Ia merasa tidak siap saja dengan tanggapan Aerzam nanti, padahal sama kejamnya dengan menghilang seperti ini. Setelah berjumpa, apakah tidak jauh menyakiti?

"Sorry, Aerzam. Gue emang bodoh." Lirih Chyra menahan tangisnya.

"Iye lo bodoh! Kenapa gak langsung ngilang aja dari bumi!" Pekik laki-laki itu, ia tak kuasa menahan air matanya. "Bilang sama gue salah gue dimana? Ampe lo bisa ngilang kayak gini? Apa karena alesan klasik yang gue ucapin ke lo?! Apa karena kita korban friendzone?! Apa karena ki-"

"Stop, Aerzam!" Potong Chyra cepat, ia lalu melepas pelukannya dan menatap mata Aerzam yang memerah dan berbias.

"Ini terpaksa, Zam. Gue janji gabakal ngilang lagi, lo mau kan maafin gue?"

Aerzam terdiam, laki-laki itu lalu menunduk. "Iya, gue maafin lo."

Chyra langsung menarik Aerzam ke tempat yang sedikit sepi, karena mereka tadi menghalanginya orang-orang untuk melintas.

"Gue dijodohin, Zam. Dan gue lagi hamil."

Pandangan Aerzam langsung turun pada perut Chyra yang tampak masih rata. Tangannya lalu mengusap perut Chyra yang sedang mengandung anak seseorang.

"Padahal gue berharap ada darah daging gue disini, ternyata gue bukan jodoh lo." Lirihnya tersenyum kecut dengan tangan masih mengusap perut Chyra.

"Harapan kita sama, Zam. Tapi takdir berkata lain, gue harap lo dapat yang lebih dari gue."

Aerzam mengangguk, namun tiba-tiba ada yang menghantam rahangnya keras hingga ia terlepas dari Chyra, saat ia melihat ternyata Chyra sudah tak ada di dekatnya.

Kemana Chyra? Kenapa bisa secepat itu Chyra dibawa pergi?

"Aerzam!" Teriak Tifannie kakak perempuannya, sambil melambaikan tangan kearahnya. Kasihan sekali gadis itu dari tadi mencari adiknya yang suka menghilang.

Aerzam pun langsung berlari untuk menghampiri sang kakak yang berwajah merah menahan kesal.

***
Nahloh, Kemana Chyra?
Siapa yang bawa dia dari Aerzam?

WORTH IT [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon