WORTH IT -45

52 4 0
                                    

"kira-kira daerah mana lagi yang harus kita cari, seluruh Jogja udah kita ubek-ubek, Jakarta apa lagi. Kita udah jajah semuanya." Ucap Neon sambil berpikir keras. Ia meraup wajahnya merasa ikut khawatir pada Chyra.

"Daerah Sunda? Gimana kalo ke daerah Sunda?" Usul Ricco sambil bermain rubik.

"Masak iya Chyra kabur ke sana? Dia gapunya sodara di daerah Sunda." Alder mengacak rambutnya frustasi.

"Kali aja, Der. Chyra pasti lagi kalap banget, mana bisa ia berpikir sejernih orang yang lagi santai." Alba mengusap bahu Alder.

"Iya juga yaa..."

"Yaudah cari yuk! Ke daerah Sunda sekarang!" Ucap Revan semangat.

Lima orang laki-laki itu langsung keluar rumah dan pergi membawa mobil masing-masing, menuju ke daerah Sunda yang cukup jauh dari Jakarta. Di tempat yang telah mereka tentukan sebelumnya, mereka berhenti untuk berbagi tugas. Neon yang mengaturnya sejak awal karena kondisi Alder tidak stabil.

Alder mengendarai mobilnya ke jalanan yang tidak begitu lebar, ia terus melakukannya pelan sambil memperhatikan sekelilingnya. Hingga ponselnya berdering,  ternyata yang menelponnya polisi. Alder pun mengangkatnya.

"Hallo, selamat siang, pak."

Selamat siang, saudara Kaldera. Mohon maaf sebelumnya, kami dari pihak kepolisian tidak dapat menemukan keberadaan istri anda -

"Yaudah, kalo gamau cari biar saja yang cari!" Potongnya langsung melempar ponselnya ke kabin belakang. Nafas Alder naik-turun mendengar ucapan polisi itu.

Lava pijar mulai mendidih dalam diri Kaldera, sebelum benar-benar mengepulkan asap dan akhirnya menyemburkan amarahnya pada polisi tak bersalah itu. Ia lebih baik mengakhiri panggilannya. Dan Meredam amarahnya.

Alder terus mengendarai mobilnya memasuki gang yang masih bisa dilewati dengan mobilnya, namun sayang, mobilnya tak bisa maju karena ada sekelompok ibu-ibu yang sedang meriung gerobak sayur. Bukan sekedar belanja, mereka pasti sedang menggosip. Beberapa pasang mata itu menyorot heran pada mobil yang ditumpangi Alder.  Mereka saling bisik sesuatu yang sudah pasti membicarakan mobil Alder dan siapa yang mengemudikannya.

Alder pun lebih baik turun untuk bertanya sesuatu kepada mereka. Langkahnya terayun mendekati ibu-ibu dan seorang laki-laki penjual sayur itu. Mereka semua dibuat melotot melihat sosok Alder yang tampak tampan meski mengenakan kaos polos hitam dan celana jeans sebawah lutut.

"Permisi, ibu-ibu..." Tutur Alder seperti mantra yang menyihir mereka.

"Ya Allah, meni kasep pisan..."¹

"Enya Gusti... Meni bodas kitu, jigana tamah mandina oge make kapur lain ku cai."²

"Ya Allah, Biwirna ge meni aluss...."³

"Irungna tempo! Meni persis  kawas sosorodotan budak..."⁴

Heboh para wanita itu membuat Alder terdiam Karena tidak paham ucapan mereka. Namun, Alder bisa menebaknya bahwa mereka tengah memuji parasnya.

*¹: ya Allah ganteng banget.

*²: iya, ya Allah... Sangat putih begitu, kayaknya dia mah mandinya juga pakai kapur bukan pakai air.

*³: Ya Allah, bibirnya juga sangat bagus.

*⁴: hidungnya lihat, sangat persis seperti perosotan anak.

Alder menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Maaf, saya mau numpang tanya..." Ucap alder semoga mereka diberikan kesadaran.

"Ari si Aa, mau numpang makan juga hayuk. Ini rumah eneng disini..." Seorang wanita paling muda tersenyum tak sadarkan diri melihat ketampanan Alder.

Alder tersenyum gagap melihat gadis yang bertingkah genit padanya, ia tak tahu harus berbuat apa.

"B-bukan, mbak. Saya mau cari-"

"Si Aa mah gemesin, mau cari calon istri mah eneng juga siap!"

Ingin rasanya Alder menyumpal Mulut gadis ganjen itu dengan sepatu atau kaos kaki bau agar bulannya terhenti.

Untunglah, seorang ibu-ibu menyingkirkan gadis itu dan mendekat untuk membantu Alder. " Maafkan dia ya, ujang. Diamah memang rempong." Ucapnya diangguki oleh Alder.

"Kampung kita akhir-akhir ini aneh, kemarin-kemarin juga ada mobil mewah kesini, udahmah bawanya ugal-ugalan dan langsung ditinggal pemiliknya. Ucap seorang ibu-ibu sambil memilih sayuran.

Chyra! Alder langsung teringat pada istrinya. Jantungnya langsung berdetak lebih cepat.

"Warna apa ya ibu mobilnya?"

"Lupa saya, jang. Udah pikunnn..." Jawabnya.

"Saya ingat! Mobilnya warna pink, yang bawanya perempuan, dia langsung lari karena dikejar orang." Ucap ibu-ibu yang menyingkirkan gadis centil tadi.

Mata Alder membulat, entah perasaannya seperti apa saat ini? Berbaur tak menentu dalam satu waktu.

"Mobilnya di gang kecil yang tepat sejajar dengan mobil ujang berhenti, lihat saja coba." Saran ibu itu.

Alder menoleh pada arah yang dimaksud ibu itu, mobilnya berhenti tepat di depan gang kacil. Ia menggigit bibirnya, lagi-lagi membuat para wanita ini kehebohan.

"Emang Aa lagi cari siapa?" Tanya gadis centil tadi kembali menerobos ke depan Alder.

"Saya lagi cari istri saya yang sedang hamil. Terima kasih ya ibu-ibu, saya pamit, permisi." Jawabnya tanpa memikirkan perasaan gadis itu. Bodo amat. Toh, memang kenyataannya begitu.

Gubrak! Gadis tadi kini terjatuh pingsan mendengar jawaban Alder. Bagi kita tentunya itu sangat lebay, tapi baginya ini kenyataan pahit yang menohoknya hingga terjatuh pingsan. Pelajaran yang bisa kita ambil dari perempuan centil itu, jangan berharap lebih pada orang yang baru kali ini kita jumpai. Apalagi sudah terlihat beda kasta, true?

Alder mendapati mobil Chyra. Ya, benar-benar milik Chyra. Karena Alder bisa melihat tanda pemilik yaitu sebuah tulisan 'Moon Chyra' yang tertera di dekat lampu belakang, sangat kecil. Hingga tak banyak orang yang menyadarinya. Untunglah Alder tahu tentang itu.

Mobilnya kini terlihat sangat usang, permukaan cantiknya telah dipenuhi oleh debu. 'Mobil aing', 'Gugun love Sifa', dan beberapa coretan yang sepertinya dibuat oleh anak-anak kampung di permukaan mobil Chee-Ra.

Chyra dikejar-kejar, pasti dia berlari untuk menghindarinya. Bagaimana kondisinya? Kondisi baby yang dibawa berlari oleh ibunya? Beberapa saat Alder menangis tanpa suara sambil menatap sendu mobil Chyra. Setelah itu ia kembali ke mobil dan mengambil ponselnya yang tadi ia lempar.

"Neon, kalian berhenti cari Chyra. Gue udah nemuin mobil dia. Biar nanti kita rundingan lagi."

Mobilnya udah ketemu?

"Iya, kita ketemuan lagi di tempat tadi."

Oke, Der. Kalo gitu gue mau kasih tau yang lainnya yaa...

"Iya." Pungkasnya langsung menutup telponnya. Alder membenamkan wajahnya pada lipatan tangan yang bertumpu di atas stir mobil.  Ia kini tak kuasa menahan tangisnya, biarlah ia mengendarai mobilnya dengan air mata yang enggan ia seka.

Sepanjang jalan ia mengisak, tak peduli jika seluruh dunia mengatakan dirinya lemah. Memang benar, Alder merasa lemah tanpa Chyra. Sandaran satu-satunya itu memiliki peran penting dalam kehidupan seorang Kaldera Ranggi Lazuardi. Bagaimana keadaan bumi jika tidak ada mentari? Mungkin sama tak berdayanya dengan hidup Alder tanpa istrinya.

Alder harus kuat, ia harus bisa menemukan keberadaan Chyra. Ia yakin, bahwa Chyra masih hidup dalam keadaan baik-baik saja.

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now