WORTH IT-27

60 8 0
                                    

Tangis Chyra meledak sejadi-jadinya, sesampainya di rumah Chyra tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.

Chyra memeluk lututnya dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, kondisinya terlihat sangat kacau.

Alder hanya menatap istrinya iba, laki-laki itu menghela nafas panjang lalu menghembuskannya pelan.

"Udah, jan nangis terus... Lo juga harus makan, kasian tubuh lo cape." Alder mendekat lalu memeluk istrinya.

"Makan ya, gue udah pesenin tom yum pedes level ajajil favorit lo"  bujuk Alder namun nihil, tidak berpengaruh apa-apa pada istrinya. Padahal Chyra suka tertawa setiap kali Alder berkata 'level ajajil' pada makanan pedas.

"Aaa... Chyra... Udah dong nangisnya..." Alder mengeratkan pelukannya, ia sudah kehabisan akal untuk membujuk istrinya. "Udah, sayang. Omongan mereka jan di dengerin..."

"Apa gue murahan, Der?" Akhirnya Chyra membuka suara.

"Enggak, Ra. Lo itu sosok paling berharga di hidup gue. Lo bini gue, harta ter- worth it gue."

"Tapi ucapan mereka bener, Der. Gue cuma barang tebusan."

Alder terdiam, laki-laki itu melepas pelukannya lalu menatap mata sayu Chyra.

"Jan ngomong gitu..."

"Gue cuma payung hitam buat keluarga gue, gue ini jelas-jelas jadi istri lo karena keluarga gue punya utang ama lo..."

"Chyra please-"

"Izinkan gue buat bayar utang itu! Gue akan bayar itu, Der. Utang duit ya dibayar pake duit bukan sama pernikahan."

"Tapi hal itu sah kok Dimata agama... Jadi gausah dibayar, gue ikhlas."

"Tetep aja gue ngerasa rendah! Aaaarrghh...!!!" Pekik Chyra, emosinya sedang  tidak stabil. Kini gadis itu semakin meraung dengan tangisan yang terdengar pilu.

Alder kembali mendekap istrinya, ia bisa memahami posisi Chyra saat ini. Wajar saja Chyra menangis, gadis itu tak biasa di rendahkan dan di olok-olok oleh orang lain.

"Tapi lo ga akan ninggalin gue kan, Ra?" Alder menepuk-nepuk punggung Chyra masih dalam pelukannya.

"Gue ga ngejual diri, gue ini tetep milik lo selama lo pegang janji suci lo buat gue. Kecuali ada kata talak dari bibir lo..."

Mendengar itu Alder tersenyum, kini tangannya mengusap belakang kepala Chyra. "Maafin gue ya..."

"Minta maaf buat apa?"

"Gue gabisa jagain lo..."

***

Hari Sabtu, untunglah hari ini tidak sekolah. Chyra tak lagi mendengar hinaan dari para penggemar berat Alder.
Ia kini sudah bisa tersenyum seperti biasa.

"Ra, hape lo bunyi nih..." Alder keluar dari kamar, laki-laki itu mendekat memberikan ponsel milik istrinya.

Chyra kini sedang berada di balkon kamar, sedang menenangkan pikiran.

"Bang Ragadh nelpon..." Chyra tersenyum sumringah melihat nama kakaknya yang bertengger.

"Hallo, abang. Aaa...! Chia kangennnn..." Mode manja Chyra aktif, Alder sedikit cemburu karena Chyra belum pernah semanja itu padanya.

"Abang juga kangen, sayang. Chia apa kabar?"

"Baik, abang sendiri?"

Alder lebih baik masuk ke kamar, daripada hatinya gosong karena Chyra dan kakaknya.

Setelah bertukar kabar dan basa-basi, kini mereka masih berkomunikasi di via video call, mereka mengalihkan panggilan suara jadi panggilan video.

"Besok abang mau operasi, doain Abang ya..."

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now