WORTH IT -42

45 3 0
                                    

Rumah besar itu terasa sangat sepi, Alder sedang pergi ke kantor karena ada urusan. Di hari Minggu begini Chyra merasa kesepian, Nana dan Ragadh sudah tinggal di rumah barunya, Gadish sedang mengantar Leni pergi ke Bandung, Gadish itu keponakan kesayangan Leni memang. Mbak Marni juga sudah pulang karena pekerjaan rumah sudah selesai, ia hanya sendirian sekarang.

Chyra terdiam menatap layar yang sedang menayangkan film Mulan, sekali-kali ia menyuapkan lanting Jogja pemberian Neon. Ia sangat menyukai cemilan itu.

Sebelumnya Chyra juga pernah ngidam lanting Jogja, dan membuat Alder mati-matian mencarinya. Demi menenangkan Chyra yang terus-terusan merengek menginginkannya, demi mengembalikan lekukan indah di bibir manisnya, Alder sampai berkeliling mencarinya. Chyra mengambil kunci mobil dan menggigit gantungan kuncinya sebagai pelampiasannya rasa greget saat menonton filmnya.

Di tengah asyiknya menonton, atensinya teralihkan pada suara bell rumah yang berdenting. Chyra menoleh, andai ada mbak Marni, ia tak usah membukakan pintu. Dengan malas ia berdiri dan menuju ke pintu utama untuk melihat siapa yang bertamu di jam sesibuk ini. Oh iya, ini kan hari Minggu.

Chyra membuka pintu dan melihat ke segala arah, tak ada siapapun disana.

"Hello, siapa yaa? Gue lagi nonton nih, lain kali jangan ganggu ya. Atau gue banting ke Arab." Ucapnya sebal, bumil itu mendengus sebal.

Chyra tersentak kaget saat sebuah tangan mencengkeram hasta mulusnya, Chyra menoleh, dan ternyata itu Rudy.

"Hallo, Chia sayang. Ikut Om yuk!" Ajaknya dengan nada manis.

Dengan kasar Chyra melepaskan tangan Rudy, "Elo rupanya, jangan pegang-pegang ya, najis. Kan babi itu najis Paling berat."

"Kurang ajar! Anak biadab!" Umpatnya penuh penekanan dengan gigi gemertak. Rudy hendak memukul Chyra, untunglah ia cepat menghindar. Kedua kalinya Rudy hendak memukul, Chyra langsung menakisnya kuat dan membekuk tengkuk Rudy, laki-laki itu mengerang kesakitan karena memiliki luka yang belum sembuh di area itu. Bekas operasi kelenjar yang kini di cengkeram kuat oleh Chyra hingga berdarah akibat tekanan kuku panjang Chyra. Tanpa belas kasihan, Chyra mendorong Rudy dan menghantamkan kepala biadab itu pada kaca jendela rumah. Bertubi-tubi, hingga kacanya pecah melukai kepala Rudy dengan pecahannya.

Entah terbuat dari apa hati Chyra, saat ia kesal ia bisa saja membunuhnya seperti sekarang ini. Nuraninya tenggelam, kasih sayangnya menguap, dan hanya tersisa kebengisan dalam dirinya. Jangan-jangan karena ia terlalu menyenangi film psikopat.

Chyra menatap sayu tubuh Rudy yang bersimbah darah, air matanya meluruh.

"Maafin Chia ya om baik, makasih udah jagain Chia sama abang Agad." Lirih Chyra lalu menginjak punggung Rudy. Laki-laki itu kesakitan, tapi Chyra tak peduli.

Chyra langsung bergegas menuju ke gerasi dan pergi membawa mobil pink kesayangannya. Dengan cepat ia mengendarai mobilnya, tujuannya saat ini adalah menyusul Alder ke kantor. Ia ingin dipeluk oleh suaminya.

Untuk sesaat ia merasa cukup tenang. Namun, setelah ia merasakan dua unit mobil hitam menguntitnya ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat, dan rasa takut mulai menyelubunginya.

Ia menginjak pedal gas lebih dalam, dan mobil di belakangnya juga mengikutinya. Chyra menggigit bibirnya penuh rasa cemas. "Rudy sialan! Sudah sekarat saja masih berlaga ngejar gue!" Umpatnya, ia berteriak frustasi, dengan perasaan semakin takut.

Chyra tak tahu kini ia berada di mana, terlalu kalap sampai ia melajukan mobilnya pada daerah yang ia tidak tahu. Beberapa jam ia melajukan mobilnya, hingga ia menyadari bahwa ini berada di daerah Sunda. Ia melihat beberapa tulisan dan gada gada berbahasa Sunda, Chyra menjatuhkan air matanya saat bahan bakar mobilnya semakin sedikit. Ia akhirnya melajukannya pada sebuah gang kecil yang masih bisa dimasuki mobilnya yang berukuran kecil. Ia menghembuskan nafas lega setelah mobil itu tak lagi mengejarnya.

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now