WORTH IT -6

90 14 1
                                    

Seusai bertemu dengan keluarga Lazuardi, Chyra merasa pikirannya semakin kacau, gadis itu berbaring dengan mata terpejam. Namun jauh dalam otak nya ia tengah memikirkan rencana perjodohannya itu.

Kaldera Ranggi Lazuardi, ya Chyra ingat betul saat bertemu Alder beberapa hari lalu. apakah pertemuan singkat dan aneh itu sebuah isyarat untuknya? Entahlah, biarkan tuhan yang mengatur alur hikayatnya.

Apapun yang terjadi Chyra harus menerima perjodohan ini,  posisinya kini ia seperti payung yang melindungi keluarganya, terlebih kesehatan Ragadh yang selalu di nomor satukan, Ragadh menderita penyakit ginjal dan harus rutin kontrol setiap bulan dan terapi Empat bulan sekali, jika tidak? Tentunya Chyra tak mau kondisi Ragadh memburuk, belum lagi jika seluruh kekayaannya habis karena utang itu, miskin? putus sekolah? pemulung? Gelandangan?.

Aaaa...! Chyra mengkeret saat  mem- bayang bayangkan semuanya.

Jangan sampe! Jan sampe itu terjadi. Gue sayang abang, gue sayang uncle- aunty...Gue gamau mereka menderita gara-gara gue nolak perjodohan ini-- Batinnya dengan tangan meremas sprei putihnya.

Tok tok tok... Lamunan Chyra membuyar oleh dentuman ruas jari yang mengetuk pintu kamarnya.

"Boleh gue masuk dek??"

"Masuk aje, bang. Kagak di kunci kok" sahutnya dengan tubuh berganti posisi menjadi duduk berselonjor.

Pintu kamarnya terbuka  laki-laki tersayangnya lalu masuk dan duduk di tepi ranjang.

"Aaaa... Ini kaki gue lo dudukin setan. Tega bener lu ngab!" Chyra mendorong tubuh Ragadh agar tak menduduki kakinya.

Ragadh tertawa menggesarkan kaki Chyra lalu duduk. Kakak beradik itu saling tatap, mereka saling diam.

Chyra menelan salivanya saat melihat Ragadh yang kini bermode serius.

"Lo korbanin masa muda lo..." Mata Ragadh membiaskan kesedihan, begitu juga dengan Chyra, gadis itu merasa tertampar oleh ucapan kakaknya.

"Lo bisa bedain mana ngorbanin masa muda ama nyelametin masa depan kan bang?" Tangan Chyra menggenggam tangan besar Ragadh.

"Gue cuma mau Lo sembuh bang... Gimana nasib keluarga kita?"

Bungkam, tak ada Satupun huruf yang lepas dari mulut Ragadh. Laki-laki itu menyentuh belakang kepala sang adik dan menariknya kedalam pelukan.

Dalam dekapannya Chyra menitikan air mata, ia sendiri tak tahu apakah tindakannya itu benar atau salah. Mengorbankan masa muda...Hh, kedengarannya sangat tidak enak dan berkesan jahat, namun ini adalah sebuah pilihan yang  harus di ambil.

"Chyra gak kayak bahan belian kan bang, yang biasa di jadiin tebusan ?" Tangis Chyra terisak perlahan.

Mendengar itu Ragadh semakin sesak,  air matanya ikut meluruh, inilah yang Ragadh takutkan. Tentunya ia tahu dan sudah mengira perasaan adiknya saat ini, sedikit banyaknya Chyra pasti merasa rendah bahkan seperti tak berharga yang bisa dijadikan barang tebusan.

Beberapa saat hanya ada isakan yang terdengar, Ragadh pun tak kuasa menahan tangisnya, melihat sang adik yang ceria dan selalu menebar kebahagiaan, tak pernah lelah membantu dirinya dan selalu menjadi penyemangat untuknya sembuh. Kini gadis itu harus menanggung beban keluarga yang jelas bukan tanggung jawabnya, gadis itu seharusnya sedang berada dalam fase manja dan aktif bersekolah. Bukannya menikah untuk melunasi utang perusahaan yang jelas bukan urusannya.

Chyra melepaskan pelukan kakaknya dan tersenyum seraya menyeka air matanya, tawa Chyra terdengar miris.

"Dahlah bang, santai aja kali. Alder itu seumuran gue jadi nanti juga kayak orang pacaran. Toh dia sekelasan gue"

Ragadh menyeka air matanya, matanya tak bisa berpaling dari wajah sang adik yang kini tengah berpura-pura baik, rasa sayangnya semakin dalam melihat betapa sayang Chyra padanya, pada keluarganya.

"Gue mau tidur bang, besok sekolah..."

"Yaudah good night ya adek" Ragadh mencium puncak kepala Chyra

"Iye, good night too. Have a nice dream ya bang"

Keduanya tergelak saat mereka sok manis selayaknya adik-kakak yang selalu akur, padahal keduanya seperti Tom and Jerry. 

***

Seeu next part

Umin       

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now