WORTH IT -41

48 5 0
                                    

"Gue kesini mau minta maaf, Ra. Sumpah gue gak sengaja, gue refleks tadi." Tutur Neon pada Chyra yang dari tadi terdiam.

Kini mereka tengah berada di rooftop rumah, Neon tak  mau urusannya kini diketahui oleh para orang tua.

"Dimaafin gak Neon nya? Kasian loh dia jauh-jauh dateng kesini buat minta maaf, bawa lanting Jogja kesukaan kamu juga." Ucap Alder sambil mengusap rambut Chyra. Sshhh... Suami idaman memang Alder ini.

"Dimaafin." Jawabnya datar dengan suara pelan.

"Gue juga minta maaf, Ra. Tadi gue keburu takut makannya gue langsung kabur dan bikin lo gaenak. Gue cuma takut lo sama Alder pisah, lo maafin gue kan?" Gadish menggenggam kedua tangan Chyra dan menatapnya lembut.

"Iya, Dish. Maafin gue juga ya, gue gabakal ninggalin Alder kok. Mana mungkin tulang rusuk pergi dari raga pemiliknya." Chyra mengangguk dan menarik sahabatnya kedalam pelukan.

"Srepettt....! Bini lo pinter gombal juga ya, ampe pake perumpamaan." Heboh Neon sambil menyikut lengan Alder. Suami dari Chyra itu hanya tersenyum dengan perasaan melayang.

"Berani ngomong langsung sini ke gue, masak nikah sama gue gombalnya sama Gadish." Goda Alder dengan wajah ngeselin, kalau tak ada Neon dan Gadish sudah pasti Chyra cium.

"Idih, ampe gumoh gue gombalin lo!" Ledek Chyra memeletkan lidahnya pada sang suami.

Beberapa saat mereka terdiam, menatap suasana kota dari ketinggian rooftop. Langit terlihat mendung, membuat suhu udara tidak begitu panas akibat sengatan matahari.

"Ra, mama sama papa mau berapa hari di Indonesia?" Tanya Gadish setelah suasana senyap beberapa saat.

"Minggu depan katanya mau terbang lagi ke Korea, sepi lagi deh rumah..." Chyra menunduk mengerucutkan bibirnya.

"Kok sepi? Kan ada bang Ragadh sama aunty Nana." Kening Gadish mengkerut.

"Papa udah beli rumah baru buat Abang sama aunty, jadi gue cuma berdua deh sama Alder."

"Kan nanti ada babby, atau Gadish suruh nginep lama disini."

"Dih kok gue?!" Semprot Gadish saat namanya lagi-lagi terucap oleh sang kakak sepupu.

"Kasian Gadish, dia juga punya kehidupan sendiri. Seenak jidat lo suruh dia nginep!" Chyra mengusap bahu Gadish dengan ekspresi kasihan ala-ala gemas. "Tapi gue pengen si ditemenin elo." Ujar Chyra menatap sahabatnya.

"Iya nanti gue nginep deh kapan-kapan." Gadish tersenyum dan langsung diacungi jempol oleh Chyra.

"Lo berdua jan pulang dulu, gue mau disaksikan buat..." Ucap Alder menggantung kalimatnya.

Semua yang ada di sana mengernyitkan dahi karena heran, tak biasanya Alder begitu.

"Gue mau buang semua miras gue." Pungkasnya membuat Chyra terkesiap.

Apalagi Gadish dan Neon yang benar-benar tak percaya, tapi dari wajah Alder sepertinya ia serius.

"Ayo ikut gue ke bawah!" Ucapnya langsung pergi, langkahnya diikuti oleh sang istri, sepupu, dan sahabatnya. Alder terus melangkah hingga mereka tiba di taman samping, disana sudah terkumpul beberapa botol minuman beralkohol dengan beberapa jenis merk yang berbeda.

Di sana juga ada lobang yang dibuat dengan cangkul, tentunya bukan galian Alder. Ia menyuruh pak satpam yang menggalinya. Disana juga ada tong besi yang sudah bolong tempat membakar sampah. Entah kapan Alder menyiapkan ini semua.

Gadish tersenyum haru seolah sudah paham maksud Alder.

"Kalian semua pasti udah tau kan alasan gue suka menenggak minuman syaiton ini," ucap Alder memulai ritualnya.

WORTH IT [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant