WORTH IT -33

59 7 2
                                    

"CHYRA...! ALDER...!!! BUKA PINTUNYA, INI AUNTY!!" Teriak Nana mengetuk pintu rumah Alder dengan keras.

Chyra yang mendengar panggilan itu langsung berlari menuruni tangga. "Iya aunty, bentaaar..."

Chyra membuka pintu, yang ia lihat adalah Nana yang memasang wajah panik, matanya sembab. Kemungkinan besar wanita ini telah menangis.

"What happened, aunty? " Chyra langsung merangkul bahu Nana.

"RUDY BIADAB!" Umpatnya, perempuan itu menangis di pelukan keponakannya.

Chyra terdiam, ada apa dengan Rudy, kenapa Nana bisa sampai mengumpat dengan nada yang begitu benci? Padahal Nana sangat mencintai suaminya.

Alder yang penasaran pun segera turun untuk menemui Nana dan istrinya.

"Kenapa, aunty? "

"Rudy... Dia..." Nana tersengal-sengal oleh tangisannya.

"Masuk dulu, aunty. Tenangkan dulu pikiran aunty..." Chyra membawa Nana masuk.

Nana kini mulai tenang setelah Chyra memberinya teh hangat. Kini Nana terdiam dengan tatapan kosong.

"Selama ini Rudy memiliki perjanjian dengan seorang jalang..." Lirih Nana pelan, air matanya kembali terjatuh.

"Selain itu, Rudy juga menghamburkan uang perusahaan Gardanish Company dengan berjudi di sebuah diskotik, seluruh uang habis tanpa sisa. Perusahaan bangkrut, Chyra..." Nana memegangi lengan baju Chyra. "Maafin aunty..."

"Perjanjian dengan jalang maksudnya gimana, aunt?" Chyra masih belum paham dengan ucapan Nana.

"Jalang itu  terus memeras Rudy, hingga menyebabkan perusahaan berhutang kepada Alder... Sebenarnya saat itu perusahaan aman-aman saja. Tapi Rudy yang memanipulasi bahwa perusahaan memilih penurunan, padahal uangnya ia pakai untuk jalang itu"

Chyra terdiam, ia kembali merasakan kesakitan saat Nana berkata soal hutangnya kepada Alder.

"Satu lagi, sayang. Rudy telah merubah sertifikat tanah dan rumah menjadi atas nama dirinya."

"Aunty tahu dari mana?" Tanya Alder.

"Rudy terang-terangan mengaku dan dia membawa jalang itu ke rumah, Rudy juga mengusir kami berdua."

"Apa yang dilakukan om Rudy, kayaknya bukan semata-mata bermaksiat. Mungkin ada dendam dalam dirinya..." Lirih Alder menghela nafas berat.

Chyra terdiam, Bang Ragadh!-- Chyra ingin bertemu dengan kakaknya, jangan sampai Ragadh pulang ke tempat Rudy dan melihat kebejatannya. Hal itu berbahaya bagi kesehatannya, apalagi Ragadh baru saja selesai operasi.

"Bang Ragadh kuliah, aunt?"

"Iya, Ragadh masih di kampus."

Chyra langsung berdiri dan mengambil kunci mobil dan berlari ke luar. Setelah itu terdengar raungan mesin mobil.

"Aunty, apa om Rudy punya masalah?" Tanya Alder menatap mata Nana.

"Aunty tidak tahu persis, Rudy tampak baik-baik saja. Tapi aunty pernah mendengar Rudy berkata soal dendam saat ia menelpon."

"Aunty tenang saja, Alder akan bantu aunty. Masalah tempat tinggal, aunty sama bang Ragadh tinggal di sini aja. Alder ke atas dulu kalo gitu."

"Iya, sayang. Terima kasih ya, nak."

Alder mengangguk lalu pergi ke kamarnya. Ia rasa kini keluarganya dalam masalah.

Mana mungkin Rudy berbuat bejat hanya untuk maksiat. Apalagi sampai menghancurkan perusahaan Gardanish Company yang begitu besar. Mungkin ada sesuatu di balik semua ini.

Alder menyalakan kamera cctv di setiap ruang dan sisi rumah. Takutnya ada penyelinap. Atau Rudy mengincar Nana untuk dibunuh karena takut kebejatannya dilaporkan ke polisi.

***

Chyra menghentikan mobilnya di depan gerbang kampus Ragadh. Ia langsung masuk saja dan menyusuri koridor untuk mencari kelas kakaknya.

Sepanjang jalan istri Alder itu menjadi pusat perhatian, ini bukan kali pertama ia ke kampus, sebagian orang juga sudah mengetahui bahwa Chyra adalah adiknya Ragadh. Ragadh memang dikenal sebagai senior yang ramah dan tegas. Jangan lupakan parasnya yang menawan menjadi buah bibir mahasiswi di kampusnya.

Chyra menemukan pintu kelas Ragadh, namun pintunya tertutup dan sedang ada dosen yang mengajar di sana.

Chyra berdiri di dekat jendela dan melambaikan tangannya, sebagian mahasiswa menoleh ke arah Chyra. Begitu pula dengan Ragadh, laki-laki itu merasa heran. Kenapa Chyra di sini.

"Maaf, pak."

"Ya, Eragadh?"

"Saya izin keluar..."

"Silakan."

Ragadh langsung keluar dari kelasnya, ia langsung menemui adiknya.

"Kenapa, dek?"

"Pulang sekarang bang."

"Belum beres kelasnya, dek. Baru aja masuk..."

"Ini penting, bang."

"Tas gue masih di kelas, gaenak ngambilnya."

"Nanti aja suruh temen bawain..."

"Iya sayang, iyaaa..." Ragadh mengacak rambut adiknya.

Bukannya langsung pulang, Chyra malah mengajak kakaknya ke taman.

Ragadh tak mengerti, ia hanya menurut saja pada adiknya. Ragadh melihat wajah Chyra yang memerah menahan tangis.

"Kenapa?"

Diam. Chyra hanya terdiam dengan air mata meluruh perlahan.

"Hey, berantem sama Alder?" Ragadh memegang kedua bahu adiknya.

"Bukan, bang."

"So? Adek kenapa, hm?"

"Om Rudy pake uang perusahaan buat main gila sama jalang. Dia juga bohong, sebenernya perusahaan baik-baik aja. Cuma uangnya sengaja ia abisin dan bikin utang sama Alder..."

Ragadh terdiam, ia mulai bergeming karena tak percaya pada ucapan adiknya.

"Yang jadi korban, gue... Kalo om Rudy ga bikin utang, gue gamungkin early wedding, kehilangan masa muda, ama terikat pernikahan..."

"Gue ga nyangka..." Lirih Ragadh, ia mengusap punggung Chyra yang bergetar karena tangisan.

"Yang paling bikin gue sakit, mama sempat bertengkar sama aunty..." Chyra teringat saat Seona mati-matian membela Chyra, dan menolak perjodohannya dengan Alder.

"Lo nyesel nikah sama Alder?"

Deg! Chyra merasa jantungnya dipukul dengan keras. Pertanyaan apa ini? Kenapa rasanya semakin membuat Chyra sakit. Sejauh ini Chyra bahagia bersama suaminya, ia juga mulai menyadari perasaannya. Tapi kenapa, jika teringat pada utang itu Chyra ingin lari dari Alder, Chyra juga ingat pada rundungan yang sempat menimpanya.

"Dek, lo nyesel?"

Chyra menggeleng lemah, "sekarang gue udah sayang sama Alder. Tapi kenapa cara kita bertemu sangat hina?"

Ragadh membiarkan Chyra menangis dalam pelukannya, laki-laki itu juga menitikkan air matanya. Andai gue ga sakit, mungkin waktu itu bisa bayar utang. Karena uangnya abis buat gue check up dan operasi.
Eragadh Gardanish, idup lo ga guna banget! Kenapa lo ga mati aja, biar lo ga nyusahin keluarga lo! Biar lo ga nyusahin adik lo! -- makinya dalam hati pada diri sendiri, laki-laki itu benar-benar merasa hidupnya tidak berguna.

***
Sejauh ini, cerita umin gimana?

Mau denger dong pendapat kalian...

Gapapa jujur aja...
Komen jelek juga gapapa...
Itung-itung buat koreksi 😊

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now