WORTH IT - 40

53 4 0
                                    

"N-neon?!" Chyra terbelalak saat melihat siapa yang membawanya pergi.

Laki-laki itu menatap Chyra dingin. Bagaimana bisa si bohlam sangat sigap seperti ninja? Entahlah, jangan pernah meremehkan seseorang intinya.

"Neon, lo-! "

"Gue gasuka liat dia pegang perut lo, plis lo hargain perasaan Alder meski gaada dia di dekat lo." Ucap Neon mengutarakan isi hatinya, ia memang memiliki jiwa friendship yang kuat, paling tak terima jika teman-temannya tersakiti, apalagi Alder.

"Dia temen gue, masalah lo apa?!" Chyra mendongkak menatap Neon tidak suka. Apalagi tadi Neon dan Gadish menguping pembicaraannya.

"Inget, Ra! Lo itu punya suami, lagi hamil pula! Gausah gatel ke cowok lain!" Refleks Neon bernada tinggi. Tak ayal, bahu lebarnya naik-turun.

Chyra tersentak, gadis itu mengusap perutnya dengan mata berkaca-kaca. Baru kali ini ia melihat Neon marah, padahal Neon itu sangat lembut dan humoris, kenapa bisa segarang ini. Air matanya meluruh seketika, baru kali ini rasanya dibentak sampai sesakit ini.

"Sorry, Ra-"  Neon baru menyadari bahwa nada bicaranya sangat tinggi, tangannya terulur untuk menyentuh bahu Chyra, namun segera di tepis oleh sang empu.

Chyra menatap Neon nyalang dengan netra nya yang berkaca-kaca, tenggorokannya terasa kelu. Istri kecil itu menggeleng dua kali.

"Sorry, Ra. Gue refleks, jan nangis yaa. Gue anter ke nyokap lo yuk." bujuk Neon merasa bersalah.

"Gue takut sama lo, Neon. Hiks..." Chyra langsung berbalik lalu pergi. Entah kenapa ia yang selalu berani dan tak mempan di bentak itupun merasa sakit karena orang yang membentaknya adalah orang yang selama ini baik dan hangat. Terasa menyakitkan memang jika orang bersikap lain dari biasanya.

Neon meraup wajahnya kasar, ia takut jika nanti terjadi salah paham, Alder akan menghajarnya, atau Chyra dan Alder justru yang bertengkar. Dan ia takut jika Gadish melaporkan pembicaraan yang tadi sempat mereka kuping, bahkan Gadish diam-diam merekamnya.

Chyra langsung menuju ke parkiran dan meminta Seona untuk segera pulang, ia merasa cemas tak menentu dan ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

***

Alder terdiam mengusap rambut Chyra, sulit juga ternyata menghentikan tangisan istrinya disaat sensi seperti ini. Sudah cukup lama Chyra menangis sambil memeluk pinggang Alder.

"Kenapa Neon marah, hm?" Tanya Alder kesekian kalinya yang tak kunjung dijawab oleh sang istri.

"Aerzam..."

"Aerzam?" Heran Alder menyeritkan kening.

"Maaf..."

"Iya, tapi Kenapa si bohlam bisa marah sama mbin?" Alder menghela nafas agar lebih sabar menghadapi Chyra.

"Gue ketemu Aerzam, kita pelukan karena kangen."

Alder mengepalkan tangannya hingga urat nadinya tercetak jelas, tapi ia tidak bisa marah pada istrinya.

"Tapi lo gabakal ninggalin gue, kan? Setelah apa yang lo sama mama Seona bicarain tadi." Alder langsung menggigit bibirnya sendiri karena keceplosan, ia harus waspada jika Chyra akan semakin histeris atau mencubitnya kuat.

"Huaaa...! Lo tau dari mana?!! Apa si bohlam lagi yang laporin?!!"

"Intinya gue tau pembicaraan lo tadi, tapi lo gak akan tinggalin gue kan?" Tanya Alder memastikan, yang ia takutkan adalah Chyra akan pergi meninggalkan dirinya setelah utang itu lunas.

Chyra mengangguk, "maaf ya, tadi gue pelukan sama Aerzam." Cicitnya pelan sambil memilin baju yang Alder kenakan. Alder hanya mengangguk, meski bara api di hatinya mulai muncul atas pengakuan istrinya. Alder menghargai sikap Chyra yang jujur dan selalu melaporkan apapun yang terjadi pada dirinya, meski kadang itu menyakitkan. Seperti, ia pernah memeluk Neon saat ada katak melompat ke arahnya, digoda oleh pak Gerald si kepala sekolah jones, dan dikedipi oleh abang tukang soto yang masih muda yang biasa berjualan keliling komplek. Ada-ada saja memang. Tidak apa, Alder menyukainya. Dimatanya Chyra itu lucu.

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now