WORTH IT-21

56 8 0
                                    

Pukul Dua belas, saat matahari tepat berada di atas ubun-ubun, yang menyengat dengan ganas di ibukota.

Sudah tiga puluh menit lebih mereka berdiri dan  berjemur di rooftop. Lain dari biasanya, kali ini Alder mendapatkan hukuman yaitu berjemur di rooftop selama Dua jam. Baru seperempat saja rasanya sudah seperti dicabut nyawa.

Mereka hanya berdua disana, namun mereka diawasi oleh kamera cctv dan dipantau oleh burik. Disana juga ada speaker dan bisa mendengar bu Rika, ucapan mereka juga bisa terdengar ke ruang cctv.

Chyra dan Alder berjarak sekitar satu setengah meter dan berdiri saling berhadapan.

Alder tak tega melihat istrinya yang berdiri tertunduk karena terik matahari membuatnya terlalu silau dan pusing. Rambut Chyra sudah berantakan menutupi sedikit wajahnya, anak rambutnya sudah lengket di kening karena peluh yang keluar di keningnya. Kulit Chyra juga sudah memerah. Gadis itu tetap terpejam menahan panas matahari yang membuatnya hampir terkapar. Sialnya hari ini cuaca begitu panas.

"Chyra..." Panggil Alder dengan suara lemas

"Hm..." Balas Chyra hanya berdeham pelan, nafasnya mulai naik-turun karena merasa pusing, kepalanya serasa akan pecah.

"Kuat?"

Chyra mengangguk dengan air mata meluruh di pipinya yang terasa sangat panas. Sebenarnya ia sudah tidak kuat. Namun mereka bisa apa?

Kaki Chyra seperti mati rasa, tubuhnya seperti pohon di terpa angin, hampir terjorok ke depan, namun gadis itu tetap bertahan agar tidak jatuh.

"Chyra..!"

"Alder, gue ga kuat..." Lagi-lagi gadis itu menjatuhkan air matanya, ia sudah sangat pusing. Jika boleh lebih baik ia lompat dari rooftop, namun ia tak segila itu.

Alder mendekat dan berdiri untuk menghalangi Chyra dari terik yang menyengat, karena ia lebih tinggi dari istrinya. Alder juga membuka kemeja sekolahnya dan mengalih fungsikan menjadi peneduh bagi istrinya. Laki-laki itu kini hanya memakai kaos putih yang sudah banjir keringat, Untung saja ia selalu wangi.

"Der, emang burik ga marah kalo lo gini ke gue..."

"Gue ga peduli. Lo itu bini gue, lo lebih penting. Lagian tuh burik pasti ketiduran ngawasin kita, orang dia pelor gitu!"

" Dasar!"

"KALDERA! APA-APAAN KAMU?! JANGAN SOK PAHLAWAN ATAU SAYA TAMBAHKAN WAKTUNYA!?" Suara burik menggelegar dari pengeras suara. Bayangkan, di siang hari, di  jemur, tambah lagi mendengar suara burik yang keras, lengkap sudah penderitaan mereka siang ini.

Alder tak menggubris teriakan burik, ia tetap menjadi peneduh untuk istrinya.

"Der, lo ngejauh aja ya, gue gamau kalo harus nambah waktu. Gue udah pusing Banget der, plis lo mundur lagi..." Suara Chyra pelan dan terbata-bata.

"Sorry, gara-gara gue lo ikutan di hukum..."

"Wajar, mereka gatau hubungan kita..." Ketiga kalinya Chyra mengucurkan air mata, kali ini ia mendengar dengungan kuat di telinganya. Gadis itu memegangi pelipisnya dan meringis.

"Raa..." Alder memegang tangan istrinya, dan burik semakin teriak di dalam sana. Namun Alder seolah tak mendengar jeritan keras dari speaker.

Saat itu juga tubuh Chyra terhuyung dan terjatuh pingsan pada pelukan Alder, Alder langsung menahan tubuh Chyra. Alder kini sangat panik. Ia langsung mengangkat tubuh Chyra dan membawanya ke tempat teduh, ia lalu duduk dan membiarkan Chyra berada di pangkuannya. Tak mungkin ia membawanya turun karena pintu ke rooftop di kunci oleh burik.

Ia sangat khawatir melihat wajah Chyra yang merah padam namun bibirnya pucat. Ia mencari sesuatu yang bisa dijadikan kipas, namun tak ada. Hingga akhirnya ia melihat sebuah buku komik tergeletak tak jauh dari ia yang sedang duduk dengan Chyra yang pingsan di pangkuan.

Dengan susah payah ia pun meraih komik itu, langsung saja ia mengipasi wajah Chyra, berharap istrinya itu sadar. Namun nihil, Chyra sama sekali tidak bergerak walau hanya kelopak matanya saja. Yang membuat Alder panik adalah hidung Chyra sedikit berdarah, Alder mengelapnya sebelum Chyra benar-benar mimisan.

"ANJING!!! BURIK!!! CEPET BUKA PINTU ROOFTOP!! INI BINI GUE PINGSAN, BEGOOO....!!!" Alder berteriak kesetanan karena terlalu kesal, laki-laki itu juga sampai menjatuhkan air matanya karena belum ada yang menghampiri mereka untuk menolong,ia sampai mengumpat keras.

Alder mengusap air matanya kasar, ia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel, ia lalu menelpon Neon.

"Ke rooftop sekarang, Ambil kuncinya di burik. Cepet, bini gue pingsan..."

"Bini?"

Alder memicingkan matanya, saking paniknya ia sampai keceplosan.

"Maksud gue Chyra, CEPET ANJING!!"

Panggilan itu terputus, Alder melempar ponselnya karena kesal. Ia berteriak gusar.

"GURU BIADAB!!! INI ADA MURID PINGSAN MANA ADA YANG PEDULI ANJING!!!"

Begitulah Kaldera saat marah, sesuai dengan namanya, kawah. Ya, ia adalah Kaldera yang sedang meletuskan yang lahar emosinya.

Alder mengisak pelan, mendekap Chyra terkulai tak berdaya. Ia terus mengipasi wajah Chyra walau tangannya sudah seperti mati rasa. Yang sebelah menyangga tubuh Chyra dan yang sebelahnya mengipasi nya, alder juga sampai meniup-niup wajah Chyra.

Alder semakin panik saat darah segar mengalir dari lubang hidung Chyra, dan sialnya belum ada yang membuka pintu.

Brak!
Pintu terbuka lalu tiga orang berlari menghampiri mereka. Neon, burik dan pak Bayu selaku wali kelas mereka.

Alder menatap nanar pada bu Rika yang tampak pucat melihat kondisi Chyra.

"BISA GA BEDAIN MANA MENGHUKUM MANA NYIKSA? LIAT SEKARANG KONDISI CHYRA!!! PUAS BU?!!!" Teriak Alder, bu guru yang dikenal galak itu langsung terdiam.

"Sabar, Alder. Tolong bicara dengan sopan..." Pak Bayu angkat bicara dengan nada kalemnya.

"Udah bapak jangan bela dia! Tolong Neon lo angkat Chyra lalu bawa ke mobil gue!"

Neon mengangguk, ia langsung mengangkat tubuh Chyra dan membawanya pergi sesuai permintaan Alder. Tanpa pamit pada guru yang tengah terdiam, entah itu sedang berpikir atau merenung.

Di jalan mereka menjadi pusat perhatian para murid, namun mereka tak peduli.

Alder dan neon langsung pulang membawa Chyra, neon yang mengemudi karena Alder sedang tidak stabil.

Neon mulai overthinking saat Alder memintanya pulang namun dengan alamat yang berbeda, ia juga tak bisa melupakan Alder yang berkata 'bini gue' saat di telpon. Sebenarnya ini ada apa?

***

Cis dulu abang Neon📸

Cis dulu abang Neon📸

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
WORTH IT [END]Where stories live. Discover now