WORTH IT -44

47 5 0
                                    

"APAA..!" Pekik Nana, Seona dan Ragadh bersamaan setelah mendengar ucapan Alder yang memberi tahu bahwa Chyra hilang.

"Chyra kabur setelah bunuh om Rudy membawa mobilnya, jadi Alder gabisa lacak keberadaan dia, maafin Alder..." Laki-laki itu merupakan menunduk, merasa bersalah tapi ini bukan salahnya.

"Ini bukan salah kamu, jangan salahin diri. Kita bisa cari sama-sama." Seona mengusap bagu Alder.

"Temen-temen Alder lagi cari dia, ma. Semoga cepat ketemu." Ucapannya diangguki oleh tiga orang bersamanya.

"Kita ini keluarga, Der. Kita harus yakin kalo Chyra gapapa, dia pasti kembali." Ragadh menepuk bahu Alder untuk menyalurkan kekuatan.

"Iya, bang."

"Kamu istirahat ya, nak. Aunty sudah masak, kamu harus makan dan istirahat. Nanti aunty tanya ke keluarga yang di Jogja, siapa tau Chyra kabur kesana." Bujuk Nana.

Alder mengangguk, setelah itu ia minta diri untuk pulang. Walau tak yakin sampai di rumahnya ia bisa menyuapkan sesendok nasi dan memicingkan matanya untuk tidur.

Di bawah naungan sinar rembulan, Alder mengemudikan black Ferrari miliknya dengan pelan. Perasaan hampa membuatnya tak sadar mengendarai mobil dengan pacuan pelan, ia merasa khawatir pada istrinya. Dimana Chyra? Bagaimana kondisinya? Apa dia sudah makan? Apa dia baik-baik saja? Apa kandungannya baik-baik saja? Pertanyaan itu terus menerus menusuk pikirannya.

Di ujung gelisah, ia menggigit lunula-nya. Menahan isak tangis yang kini mencekiknya, membuatnya sesak dan air mata yang telah membasahi pipinya.
"Kamu dimana, mbin? Pulang dong... Aku kangen, kamu gak kasian aku khawatirin kamu, khawatirin baby?" Lirihnya dengan isakan yang tertahan di tenggorokannya.

***

Chyra mulai bisa beradaptasi dengan suasana kampung yang serba natural, masih mengandalkan sumber daya alam yang baik, ekosistem yang masih terjaga, dan udara yang masih terasa sangat sejuk bahkan terasa sangat dingin bagi Chyra.

Ia sedang duduk di beranda rumah, di sebuah kursi santai yang terbuat dari bambu. Netra nya enggan beralih dari induk ayam yang sedang menggiring anak-anaknya. Cicitan anak ayam itu tampak terdengar bahagia bersama sang induk, Chyra melihat satu ekor anak ayam tertinggal. Terdengar sangat kasihan cicitannya itu, seolah berteriak pada sang induk agar tidak meninggalkannya. Namun, anak ayam itu bisa berlari mengejar dan kembali bersama dengan induk dan anak ayam yang lainnya.

Chyra tersenyum seolah memahami arti kebersamaan dalam keluarga ayam tersebut, meski tidak ada ayam jantan sebagai ayah, induk ayam itu tampak hebat menjaga anak-anaknya.

Atensi Chyra teralihkan pada suara pintu yang terbuka, Panji keluar rumah dan tersenyum pada Chyra. Chyra pun membalasnya dengan senyuman manis.

"Lagi ngapain?" Tanya Panji sambil mendudukkan diri di samping Chyra.

"Lagi liat ayam." Jawabnya kembali menatap ke arah semula. "Hebat ya ayam, bisa menghidupi anak-anaknya walau tanpa ayah." Ucap Chyra tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kan udah diatur sama Gusti Allah, neng." Timpal Panji sedikit terkekeh dengan tuturan Chyra. Apa karena tak biasa melihat suasana seperti ini sampai-sampai ayam beranak saja di pikirkan.

"Neng, ikut Aa yuk!" Ajaknya pada Chyra.

"Kemana?"

"Nguseup." Jawabnya antusias.

*Nguseup: memancing ikan.

Kening Chyra berkerut, "nguseup itu apa ya, A?" Beo nya karena tidak mengerti.

"Eeu... Naon nyah ngarana teh?!" Geram Panji mengingat apa bahasa Indonesianya nguseup.

*Euu... Apa ya namanya itu?

WORTH IT [END]Where stories live. Discover now