"Bunda tau kamu belum sepenuhnya nerima dia ada lagi di hidup kamu. Tapi kamu perlu inget, seseorang yang datang itu pasti ada alasannya Bar, mungkin bakal ada sesuatu setelah ini?"

"Aku gamau Bun"

Zahra menggeleng. "Bukan soal percintaan lagi sayang. Mungkin kalian bisa berdamai lagi? Mungkin bakal ada cerita baru?"

"Barra ngga boleh jahat sama Alisha ya nak. Gimana pun dia orang baik, dia termasuk orang yang ngeliat usaha kamu, yang apresiasi kamu, yang selalu ada buat kamu. Dulu atau sekarang itu ngga penting Bar" nasehat Zahra. Ia tau bagaimana perasaan anaknya. Zahra juga tau alasan mereka putus.

"Lagian kalian kan bukan anak SMA lagi ya, yang apa-apa diributin, apa-apa dibikin masalah, bunda yakin kok kalian berdua sama-sama tau apa yang harus dilakuin"

Barra mengangguk. "Nanti aku bilang sama dia,"

Zahra mengangguk. Ia berdiri, memeluk Barra sebelum anaknya itu kembali kerja. Saat Barra sudah masuk mobil dan mobil itu menghilang, Zahra tersenyum senang. Semoga nasehat itu didengar.







Barra sampai di kantor hari ini saat makan siang. Ia langsung menuju ruangannya, jadwalnya hari ini tidak terlalu padat, makannya ia bisa menjenguk bundanya lebih lama.

Pintu ruangannya diketuk saat ia baru saja menduduki kursinya. Barra mempersilahkan orang itu masuk.



"Darimana aja lo" tanya Fredo ketus. Barra melirik.


"Udah bisa ngomongnya?"

Fredo mengangguk. "Gara-gara jadwal les ditambah, jadi tambah lancar"

Barra sedikit terkekeh. Ia sengaja menambah jadwal les bahasa Fredo dan mengurangi jam kerjanya supaya pria itu lancar berbahasa Indonesia.

"Kenapa kesini?" Tanya Barra.

Fredo memberikan iPad kepada Barra, Barra melihatnya.

"Meeting sama pak Alex hari ini jam tujuh malam. Semua pihak yang bekerja sama disuruh datang, gimana kira-kira?"

Barra mengambil ponselnya. Benar, papahnya sudah mengirim pesan kalau jadwal meeting dimajukan.

"Sudah hubungi pak Mario?" Tanya Barra.

Fredo mengangguk. "Tidak ada balasan. Kata sekertaris kantornya, pak Mario sedang di Bogor hari ini. Gue mau telepon Alisha tapi ngga ada nomornya"


"Dia ngga ngasih di data dirinya?"


Fredo menggeleng. "Masih nomor humas yang lama. Mungkin lo masih ada nomornya?"

Barra menggeleng. "Minta aja ke sekertaris kantornya"

"Sudah, belum dikirim. Lagian kenapa lo ngga punya?"

Barra menatap Fredo membuat pria itu mengedikan bahu. "Cuman nanya"


"Shaqila dimana?" Tanya Barra.

"Loh" Fredo menatapnya. "Gue kira sama lo. Dia ngga keliatan dari pagi"

Barra mengerutkan keningnya. "Ngga kerja maksud lo?"

"Ya mana gue tau. Mungkin gue terlalu banyak di ruangan jadinya ngga ngeliat Shaqila"

Barra membuka ponselnya untuk menelpon Shaqila.


🌼🌼🌼

"Berkas yang kemarin sudah saya taruh di meja bapak, sekarang berkas dari perusahaan Abdi Jaya lagi saya cek. Dan nanti akan ada informasi soal perekrutan karyawan. Benar begini pak jadwalnya?"

About Barra 2 [TAMAT]Where stories live. Discover now