-121- SEASON 8 (1)

Start from the beginning
                                    

"Em"
"Untuk tuan Welly beliau sedang pergi ke kantor, ada meeting besar bersama para karyawan dan client, tetapi A' Radi sama Non Zahra jangan khawatir, masih ada nyonya Sari-- beliau ada di dalam" jelas penjaga tersebut

Radi mengangguk mengerti,
"Baik pak terimakasih sudah memberitahu kami"

"Em, kalo begitu-- silahkan masuk" ucap kedua penjaga tersebut kepada Radi

Radi pun mengangguk senyum,
"Terimakasih"
Bersama dengan Zahira, Zahra dan Rendi ia masuk ke dalam halaman rumah dari Welly

°°

-Halaman Rumah Mamah/Papah

Dan setelah memarkirkan mobilnya, Zahra, Radi beserta kedua anaknya pun keluar dari mobil

Kedua pasang mata Zahra tertuju ke sekeliling rumah kecilnya dulu

Sampai di mana, kedua matanya sedikit berkaca-kaca, melihat air mancur yang berdiri tepat di halaman rumah kecil Zahra yang masih sama seperti dulu

Dimana dulu, Zahra kecil pernah bermain-main di sekitar air mancur tersebut hingga sampai lupa waktu

Ia mengingat betul kejadian tersebut, namun hal itu tidak akan pernah terjadi lagi untuk kedua kalinya

Karena dirinya yang sekarang sudah jauh berbeda dengan dirinya yang dulu

Sementara itu,
Zahira yang sedari tadi seperti bertanya-tanya, jelas ia nampak kebingungan, kenapa ayah dan ibunya mengajaknya kesini,

Ia berpikir, halaman rumah siapa yang ia injaki saat ini

Zahira berjalan mendekat ke arah bunda,
"Bunda" panggil Zahira pada sang ibu

Zahra pun mengalihkan pandangannya ke arah Zahira,
"Iya sayang"

"Em, Ini-- rumah siapa ya Bun?" Tanya Zahira pada Zahra

Wajar saja Zahira bertanya, karena ia memang tidak tau,

Zahra yang mendengar hal itu pun sedikit tersenyum,
"Ini dulu-- rumah Bunda nak" balas Zahra pada Zahira

Karena terkejut, Zahira membelalakkan kedua matanya ke arah Zahra,
"A'apa?"
"B'bunda-- sedang bercanda kan? Rumah bunda itu rumah yang bunda tinggali selama ini kan? K'kapan bunda punya rumah sebesar ini?" Tanya Zahira pada Zahra, ia seperti tak percaya bahwa sang ibu mengatakan sebuah kebenaran di masa lalu

Karena tak percaya, Zahira pun mengalihkan pandangannya ke arah Radi, sang ayah,
"A'ayah"
"Apa-- yang dikatakan bunda itu-- benar? Apa ini benar dulu rumah bunda??"

Radi menghela nafas dan mengangguk dengan sedikit senyumnya,
"Iya"
"Itu benar" balas Radi pada Zahira

Seakan masih tak percaya, Zahira pun memegangi pelipisnya, ia benar-benar tidak habis pikir

Sebenarnya ia memang tidak tau apa-apa tentang masa lalu kedua orangtuanya

"Zahira" Panggil sang ibu lagi pada Zahira

Zahira kembali mengalihkan pandangannya ke arah sang ibu,
"Ini adalah rumah bunda waktu kecil dulu, jauh sebelum bunda mengenal ayah kamu, dan menikah dengan ayah kamu"
"Dan di sana" ucap Zahra sembari menunjuk ke arah air mancur di tengah halaman

"Kamu lihat kan?" Tanya Zahra pada Zahira

Zahira mengangguk,

"Ada sebuah air mancur yang indah, disana adalah tempat dimana dulu bunda pernah bermain, menikmati masa kecil bunda" jelas Zahra pada Zahira

"Zahira"
"Maafin bunda, bunda baru memberi tahu hal ini sama kamu sekarang, di saat kamu sudah mengerti segalanya"

"Dan rumah besar ini, adalah tempat dimana, kakek dan nenekmu tinggal, tempat dimana bunda di besarkan adalah di rumah ini" jelas Zahra pada Zahira

Pelan-pelan air mata Zahira menetes membasahi ralung pipinya,

Ia baru mengetahui fakta yang sebenarnya dari sang ibu, yaitu masa lalu sang ibu

Zahra kembali mengalihkan pandangannya ke rumah nya di masa lalu,

Ia sedikit tersenyum, rasa haru dan rindu, bercampur aduk menjadi satu,

Zahra tau, ia tidak bisa kembali ke masa lalu, karena itu sesuatu yang tidak mungkin

Akan tetapi, setidaknya, dengan kehadirannya disini bersama dengan keluarga barunya, bisa mengobati rasa rindu nya dengan rumah lamanya,

Zahra menghela nafas panjangnya,
"Rumah ini ya, sama sekali ndak berubah, masih sama seperti dulu, cantik, indah, megah, asri, dan tetap terlihat nyaman"
"Tapi-- kalo seandainya bunda masih tinggal disini hingga sampai sekarang, bunda pasti memiliki segalanya, termasuk harta, benda dan sesuatu yang berharga, termasuk kesombongan yang pernah melekat di diri bunda sendiri"

"Tapi bunda sadar, semenjak bunda bertemu dengan ayah kamu, kehidupan bunda berubah"
"Bahwa kekayaan sebesar apapun akan kalah dengan kehidupan sederhana yang harmonis"

"Bunda mengatakan hal itu karena memang pada dasarnya Kakek kamu adalah orang yang sangat kaya raya"
"Akan tetapi-- beliau jarang pulang ke rumah, jarang ada waktu buat kelurga, bahkan ulang tahun bunda pun kakek kamu lupa, karena beliau sangat sibuk dengan pekerjaannya"

"Bunda sangat memaklumi hal itu, karena beliau bekerja juga buat bunda, tetapi ada satu hal yang Ndak bisa bunda hapus dari ingatan bunda"
"Yaitu, di saat nenek kalian sakit, dan di waktu itu kakek kalian malah pergi ke pesta makan malam teman-teman nya, entah kapan beliau pulang padahal beribu pesan sudah bunda berikan lewat ponsel kepada Kakek kalian"
"Ndak ada satupun pesan terjawab dari beliau"
"Di saat itu bunda masih kecil, dan Ndak berani membantah apapun, bunda hanya menunggu kepulangan kakek kalian di samping nenek kalian yang terbaring lemah di tempat tidur" jelas Zahra pada Zahira

Zahira pun berjalan mendekat ke arah Zahra, ia memeluk bunda, ia menangis sesenggukan memeluk sang ibu

"Hiks"
"Hiks, kenapa?"
"Kenapa bunda baru mengatakan hal itu sekarang? Hiks" tanya Zahira pada Zahra

Zahra mengusap2 rambut Zahira,
"Maaf"
"Zahira"
"Bunda-- benar-benar meminta maaf baru memberitahu sekarang kepadamu Zahira" ucap Zahra pada Zahira

°°

Ada komentar?

Suamiku Adalah Adik KelaskuWhere stories live. Discover now