lagi jenuh katanya

Začít od začátku
                                    

Maudy menoleh. "Sama. Gue juga takut dah"

"Yakan. Ya walaupun selama jadi temen lo gue beban, egois, maunya apa-apa dingertiin. Tapi lo gapernah marah ke gue"

"Ya untung lo nyadar sih perlakuan lo kayak gitu" balas Maudy membuat keduanya terkekeh.

Obrolan random kadang-kadang sering membawa obrolan ke arah yang lebih serius. Entahlah mau masih bersahabat atau tidak nantinya dengan Maudy, tapi Alisha tetap tidak akan melupakan Maudy. Kayaknya Maudy masuk ke orang terbaik yang Alisha temuin. Padahal pertamanya, gadis itu melihat Maudy cukup sombong karena tidak mau memberi jawaban. Namun sekarang malah sahabatan. Seperti kata Maudy tadi, kita gapernah tau apa yang bakal kita rasain kedepannya.

🌼🌼🌼

"Lomba kamu dimajuin jadi akhir Desember. Apakah siap?" Tanya pak Hendra.

"Kalo boleh tau tanggal berapa, pak?" Tanya Barra.

"Sekitar 27"

"Boleh saya minta waktu, pak?"

"Silahkan. Bapak tunggu jawaban kamu besok ya"

Barra mengangguk. Memundurkan kursi dan keluar dari kantor. Ia melihat kelas Alisha yang masih tertutup. Bayangannya...

Mata itu.

"WOI!"

Pundak Barra sedikit terangkat menandakan pria itu terkejut dengan suara di depannya. "Lo bengong aja, mikirin Alisha ya?" Tanya Herry.

"Ngapain lo?"

"Galak banget. Gue mau ke kelas Alisha nih, nitip salam ga?"

Barra menggeleng lalu meninggalkan Herry. Herry mengedikan bahu lalu pergi. Barra belok bukan ke arah kelasnya. Ia melangkah masuk ke toilet laki-laki. Melihat dirinya di cermin dan berusaha membuang apa yang ia pikirkan saat ini.

Ia memejamkan mata.

Flashback on

Lama bertatapan membuat pengendara lain membunyikan klakson dari belakang. Barra langsung mengambil jalur lain dan pergi meninggalkan perempuan yang masih di aspal membuat beberapa orang berteriak kepadanya.

Ia merasakan keringat dingin yang mengucur di kepalanya. Bahkan sampai sekolah pun ia belum bisa menguasai diri hingga bertemu Darren dan Biel.

Flashback off

"Bar, jangan tidur disini oi" seru murid lain.

Barra membuka matanya. Membasuh wajahnya dengan air dan menarik nafas. Menutup pintu kamar mandi lalu kembali ke kelas.

"Lo ngga lagi sakit kan?" Tanya Chandra.

"Engga. Tadi agak panas dingin aja"

Tania jalan ke meja Barra. "Apa kata pak Hendra?"

"Olim gue dimajuin. Akhir Desember ini"

"Hah? Serius?" Tanya Tania.

Barra mengangguk.

"Apa engga terlalu kecepetan?" Sahut pria yang duduk di depan Barra.

"Gue masih mikirin sih"

"Gila. Lo latihan olim aja belom juga ada dua Minggu, kita juga Desember perlu libur kali.  Masa iya mau dipake buat olim juga" Kata Tania dengan nada kesalnya.

"Lo aset Pelita sih, jadi apa-apa dianggep bisa. Semua guru naro ekspetasi ke elo" cetuk pria di depan tadi.

Tania diam. Ya benar sih. Walupun sering olim berdua tapi tetap saja Barra masih berada di atas Tania sehingga pria itu dijuluki sebagai 'Aset Pelita' maka tak heran kemarin Bu Auli menyuruh Alisha putus, karena memang sebaik itu citra Barra disini.

About Barra 2 [TAMAT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat