.89. (12) . ۝ ͒ SEASON [5]

Start from the beginning
                                    

Setelah mendekat Radi pun duduk di kursi di depan Zahra
"Bunda" ucap Radi pada Zahra

Zahra yang awalnya tengah menunduk mengusap2 perut buncitnya pun mendongakkan wajahnya

Nampak Radi sudah duduk di kursi di depan nya
"Eh, Ayah" balas Zahra

"Bunda kemana aja? Ayah tadi nyariin bunda" Tanya Radi pada Zahra lembut

"Em, Ke rumah Bu RT"
"Nganterin kue yang semalam bunda buat" balas Zahra

Radi menghela nafas,
"Bunda"
"Bunda Kan bisa minta tolong sama ayah buat ngantar bunda kesana naik motor"
"Bunda jangan jalan kaki, nanti bunda kecapekan kasihan calon dede bayi nya" ucap Radi pada Zahra

"Kasian sama calon Dede bayinya doang?" Tanya Zahra pada Radi

"Eh, eng'enggak, kasian sama Bunda juga maksud ayah" balas Radi

Zahra pun mengangguk mengerti,
"Iya iya, lain kali Bunda bilang dulu deh sama Ayah"
"Soalnya tadi ayah lagi mandi, udah di tunggu lama banget eh ndak keluar2" balas Zahra

"Suara kran mungkin Bun"
"Yasudah, lain kali ditunggu sampai ayah keluar dulu ya" pinta Radi pada Zahra

Zahra mengangguk,

Zahra pun mengalihkan, pandangannya ke arah pelanggan yang sudah mulai berdatangan di caffe nya

"Ayah"

"Iya Bun?"

"Rame banget" ucap Zahra

Radi juga mengalihkan pandangannya ke arah pengunjung caffe
"Iya juga ya Bun"
"Biasanya Ndak se-rame ini, padahal ini masih pagi banget" ucap Radi

Zahra tersenyum
"Rejeki ayah"

"Itu Rejeki kita" balas Radi, senyum

Dari kejauhan, nampak Hesti, salah satu karyawan Radi terlihat tak enak badan, sesekali ia memegangi pelipisnya untuk sekedar memijat pelan
"Itu Hesti kan yah?" Tanya Zahra pada Radi

Radi mengangguk
"Iya"

"Kenapa Bun?" Tanya Radi

"Dia kayak lemes gitu, apa dia lagi sakit" ucap Zahra pada Radi

"Kayaknya iya deh Bun"
"Bentar ya, ayah samperin dia dulu, ayah suruh dia istirahat dulu kalo memang Ndak enak badan" ucap Radi pada Zahra

Zahra mengangguk
"Iya"

Radi berjalan ke arah Hesti di bar Coffee

"Hesti" panggil Radi pada salah satu karyawan nya

Hesti dengan terkejut pun menoleh ke sumber suara tersebut ternyata adalah Radi
"Eh, i'iya pak?" Tanya Hesti gugup

"Kamu sakit?" Tanya Radi pada Hesti

Hesti hanya menggeleng, ia takut kalo ia memaksakan keadaannya, membuat Radi menyuruhnya pulang, dan hari ia ia tidak mendapatkan uang

Padahal ia sangat membutuhkan uang tersebut untuk membiayai kebutuhan keluarganya

Radi menghela nafas,
"Hesti"
"Kalo kamu memang lagi Ndak enak badan, kamu boleh ijin dari rumah lewat ponsel kamu" ucap Radi pada Hesti

Hesti mengangguk mengerti
"I'iya Pak, saya-- mengerti"

"Yasudah, kamu istirahat saja dulu, tunggu pusingnya mereda, kamu boleh kembali lagi bekerja, kalo saja memang masih pusing, saya ijinkan kamu pulang" ucap Radi pada Hesti

Mau tidak mau, Hesti pun mengangguk, ia duduk tak jauh di kursi belakang Bar Coffee

Radi memanggil Tama (salah satu karyawan Radi juga, satu sif dengan Hesti) untuk mengambil alih Jatah meracik Kopi nya

Dan Tama menyanggupinya,

Karena pengunjung yang tengah membludak, Radi juga ikut turun tangan untuk membantu tugas Tama dan juga Wulan karena sementara waktu Hesti tengah sakit

Hesti, Tama dan Wulan adalah satu sif, sementara itu

Alfian, Rika dan Agus adalah lawan sif mereka

Ketika Hesti tengah duduk sembari memijat pelipisnya

Tiba2

"Hesti"
"Diminum ya teh nya" ucap seseorang yang baru saja muncul dari pintu rumah

Ternyata adalah Zahra, ia meletakkan satu gelas teh hangat di meja di dekat Hesti duduk

Hesti terkejut dengan keberadaan Zahra saat itu,

Ia berpikir bahwa Istri dari bos nya adalah tripikal istri yang tidak memperdulikan karyawannya

"Eh, B'bu Zahra, t'terima kasih" ucap Hesti

Zahra duduk di kursi sebelahnya

"M'maaf, saya-- sudah merepotkan ibu" ucap Hesti pada Zahra

Zahra sedikit tersenyum,
"Ndak apa2 ko Hesti"
"Saya belum pernah ada diposisi kamu, saya menghargai kamu sebagai karyawan saya juga" ucap Zahra pada Hesti

Hesti pun meraih teh hangat buatan Zahra, dan meminumnya

Setelah itu ia kembali meletakkannya di meja sebelahnya

Ternyata
Bu Zahra baik juga ya

Sempat kepikiran kalo dia bakal galak sama gue dan karyawan lainnya

Ternyata ngga juga

Aduh!
Malu gue, jadi canggung gini

Gumam Hesti dalam hati

"Gimana? Udah enakan belum?" Tanya Zahra pada Hesti

Hesti mengangguk senyum,
"Em, L'lumayan Bu"
"Udah ngga kaya tadi pagi, kepala saya berasa pusing banget"

Zahra tersenyum,
"Yasudah, kamu istirahat saja disini"

"Teh nya dihabisin ya" pinta Zahra pada Hesti

Hesti mengangguk senyum,
"Iya Bu"
"Sekali lagi terimakasih"

°°

NEXT••

Ada komentar?

Ada komentar?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Suamiku Adalah Adik KelaskuWhere stories live. Discover now