BAB 21 : Pa..car?? Sa..yang???

Mulai dari awal
                                    

"Baru sampai atau sudah mau pulang Mba?" tanya Lily yang saat ini sudah berdiri di luar meja.

Nayara dan Arsen hanya diam saja memperhatikan interaksi ketiga orang itu.

"Baru sampai. Ehh, kita gabung di sini aja boleh? Sepertinya sudah tidak ada meja kosong lagi"

Refleks, Lily langsung melihat ke seluruh sudut restoran dan benar, sudah tidak ada meja kosong lagi.

"Oh, boleh Mba. Silahkan"

Akhirnya mereka bertiga, Lily – Astrid – Nadia, duduk di kursi kosong yang masih tersedia di meja. Posisi duduk mereka sekarang ini, Lily duduk dengan Astrid di sampingnya dan di depan mereka para anak muda, Nayara – Arsen – Nadia.

Mereka semua melihat-lihat menu kembali dan mulai memesan makanan. Saat sedang menunggu pesanan mereka semua datang, Astrid membuka percakapan dengan Arsen.

"Hai, Arsen. Apa kabar?" sapa Astrid dengan senyum yang cukup lebar.

"Baik, Tante" balas Arsen singkat dan diikuti dengan senyum dibibirnya. Bukan, bukan senyum cukup lebar seperti Astrid. Hanya senyum kecil khas Arsen si pelit senyum.

"Kamu gak tanya kabar Nadia, Ar?" tanya Astrid memancing Arsen agar menanyakan kabar putrinya.

Arsen terdiam sebentar. Sejujurnya Arsen tidak mau menanggapi pertanyaan Astrid ini. Tapi karna ia masih memiliki sopan santun dan tidak mau mempermalukan ibunya, akhirnya iya menuruti kemauan tersirat Astrid.

"Kamu apa kabar Nad?" tanya Arsen dengan nada yang sangat datar. Sangat terlihat terpaksa. Tetapi Astrid, matanya seperti tertutup kain hitam tebal, tidak melihat itu semua. Astrid hanya menganggap seperti itulah normalnya Arsen.

"Kabar aku baik" jawab Nadia.

"Bohong itu, Ar. Nadia nggak baik-baik aja. Dia uring-uringan karna beberapa hari ini gak ketemu kamu" Astrid membantah jawaban anaknya.

"Maa.." sahut Nadia berusaha menghentikan ibunya.

"Gak usah malu, Nad. Jujur aja"

Untung saja setelah itu pelayan datang dan membawa makanan pesanan mereka dan membuat semuanya mengubah fokus mereka ke makanan. Seketika perdebatan tadi hilang, menguap entah kemana dan mereka mulai makan.

Disela-sela makan, Arsen berbicara ke Nayara.

"Ara, saya gak suka sayuran, buat kamu yah?" tanya Arsen yang tidak peduli Nayara menolak atau tidak, karna ia sudah memindahkan sayuran di atas piring ke piring Nayara tepat setelah bertanya.

"Ck, udah tau gak suka sayuran, kenapa pesan menu yang ada sayurannya?" sungut Nayara.

"Saya suka menunya tapi gak suka sayurannya" jawab Arsen yang membela dirinya.

"Arsen gk suka sayuran? Sama kayak Nadia dong? Dia juga susah banget kalau disuruh makan sayur"

Arsen mengabaikan ucapan Astrid barusan. Lily yang melihat itu mengambil alih, menggantikan Arsen membalas ucapan Astrid.

"Iya mba, Arsen gak suka sayuran. Itu karna salah aku juga dulu pernah maksa dia makan sayur. Alhasil sampai sekarang gak mau makan sayur"

"Owalah. Sama Nadia juga. Kalau jodoh emang gitu kali yah. Banyak miripnya"

Kali ini Lily hanya membalas dengan tertawa kecil.

Arsen sudah memindahkan semua sayur di piringnya ke piring Nayara. Nayara pasrah saja. Dia malas ribut seperti tadi siang. Apalagi saat ini di depannya ada Lily dan dua orang lainnya.

Suasana di meja kembali hening tapi tidak bertahan lama karna Astrid kembali mengajak bicara Arsen.

"Oh iya, Ar, lusa Nadia mau ke Malang. Katanya mau refreshing dari penatnya pekerjaan. Kamu mau ikut? Tante liat kamu terlalu sibuk kerja. Jadi coba ikut Nadia aja, refresing, 3 hari aja, iya kan Ly?" tanya Astrid meminta persetujuan dari Lily.

"Hah? Oh, kalau aku sih terserah Arsen aja Mba" jawab Lily menyerahkan keputusan pada anaknya.

"Gimana, Ar? Mau ikut?" tanya Astrid lagi. Kali ini langsung ke Arsen.

Nadia hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan ibunya. Salahnya juga yang belum memberi tahu kalau dirinya menyerah mendekati Arsen.

"Maaf, Tante. Saya gak bisa. Saya harus menemani wanita di samping saya"

Gw?

Refleks, Nayara menolehkan kepalanya ke Arsen. Ekspresi Nayara saat ini gabungan dari terkejut dan bingung karna dirinya dibawa-bawa ke dalam percakapan mereka padahal sedari tadi dia hanya diam saja.

"Oh? Maaf, saya baru sadar. Selamat malam. Nama kamu siapa? Temannya Arsen yah?" tanya Astrid pada Nayara. Nayara tau itu hanya basa-basi saja. Bilang tidak sadar, tapi beberapa kali Nayara memergoki Astrid mencuri pandang ke arahnya.

Badan gw segede ini masa gak sadar gw duduk di sini dari tadi.

"Malam Tante. Nama saya Nayara. Saya te-.." balas Nayara sambil tersenyum sopan. Namun, belum selesai Nayara bicara, Arsen sudah memotongnya.

"Pacar saya, Tante"

Mata Nayara seperti ingin keluar dari rongganya mendengar ucapan Arsen.

Apa dia bilang? Pa..car?

"Pacar?" tanya Astrid memastikan kalau telinganya tidak salah dengar.

"Iya, Nayara pacar saya" Arsen kembali mengulang ucapannya dengan lebih jelas dengan menyertakan nama Nayara.

"Oh.. Sejak kapan?" Astrid kembali bertanya. Dirinya masih tidak percaya Arsen sudah memiliki pacar. Karna setaunya Arsen masih sendiri, makanya ia bersemangat sekali menjodohkan Nadia dengan Arsen.

"Sejak seminggu yang lalu" jawab Arsen sambil tersenyum manis dan mengelus lembut kepala Nayara.

Bukannya tersipu malu diperlakukan sangat manis oleh Arsen, Nayara malah menunjukkan raut muka ingin mencekik Arsen saat ini juga. Sungguh Nayara ingin sekali mencekik Arsen. Beruntung kewarasan masih menguasai otaknya. Nayara segera menepis tangan Arsen yang masih berada di atas kepalanya.

"Aw, sakit sayang"

SA..YANG?!? EMANG BENER-BENER MINTA DICEKIK NIH ORANG.

Nayara kembali menatap Arsen. Kali ini bukan tatapan ingin mencekik tapi tatapan ingin menenggelamkan Arsen ke Segitiga Bermuda. Biar tidak usah balik lagi.

Nayara memejamkan matanya, lalu menarik napas dalam sebelum menghembuskannya perlahan, berusaha menurunkan kadar emosi di dadanya. Setelah lumayan tenang, Nayara segera menatap Astrid dan membantah ucapan Arsen yang mengaku-ngaku sebagai pacarnya.

"Maaf, Tante Astrid. Arsen buk-.."

"Kamu masih ngambek sama aku?"

Lagi-lagi ucapan Nayara dipotong oleh Arsen. Nayara mengepalkan kedua tangannya yang berada di pangkuannya dan menggeram pelan. Sumpah, rasanya kepala Nayara sudah ingin meledak saking emosinya.

SIAPA YANG NGAMBEK SIH?!? GW MARAH BUKAN NGAMBEK!

"Oke, besok-besok aku nurut sama kamu untuk makan sayur"

Wah, dia gila.

"Udah jangan ngambek lagi. Muka kamu memang cantik kalau lagi ngambek. Tapi lebih cantik lagi kalau tersenyum" ucap Arsen dengan senyum terlebar miliknya, yang tidak pernah diberikan kepada siapapun, kecuali Nayara.

Mulut Nayara ternganga mendengar ucapan Arsen dan melihat senyum super lebar Arsen.

ARSEN BENER-BENER GILAAAAAA!!!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Enchanté, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang