49. Diktair Chapter Empat Puluh Sembilan : Happy Birthday Airsya

Start from the beginning
                                    

"Tuhan nanti marah, Ca."

"Gue gak peduli, Tuhan aja gak pernah sedikit aja ngasih gue kebahagiaan."

Lagi-lagi Airsya berbicara seperti itu, membuat mata Dikta berair. Ya, Dikta merasa gagal karena tidak pernah bisa membuat Airsya percaya akan keajaiban Tuhan.

"Emang gue bukan kebahagian lo ya, Ca?" Dikta menghembuskan nafasnya dengan pelan. "Jangan pernah bilang lo gak pernah bahagia, gue nanti ngerasa gagal, karena apa yang gue lakuin buat lo gak pernah buat lo bahagia."

Airsya diam, ia mencoba mencerna kata demi kata yang Dikta lontarkan.

"Maaf, kalau gue nggak pernah bisa bikin lo bahagia. Tapi, gue janji gue akan buat lo terus ngerasa bahagia," ujar Dikta.

Airsya memeluk Dikta, ia sudah tidak tahan lagi mendengar suaranya Dikta. Sekarang ia paham, Dikta adalah sumber kebahagiannya.

"Ca, jangan peluk gue. Nanti kue nya jatoh, nanti baju gue kotor, kesihan perawatnya bersihin baju gue mulu." Dikta terkekeh.

Sebisa mungkin Dikta tidak boleh membuat Airsya kasihan terhadapnya.

Airsya melepaskan pelekukannya. "Apa sih receh banget, udah tau gue lagi sedih!"

"Jun, pegangin kuenya." Pinta Dikta pada Juno. "Sekalian kado nya, mana Jun?"

Dikta memberikan sisa potongan kue itu pada Juno, Juno juga memberikan kado pada Dikta, yang dititipkan padanya.

"Nih," ujar Juno.

Dikta tersenyum menatap ke arah Airsya dengan intens, walaupun Dikta tidak bisa melihat, tetapi ia yakin kalau saat ini yang berada di hadapannya adalah Airsya.

"Ini dari gue, maaf gue gak bisa ngasih hal yang spesial buat lo, gue gak bisa ngasih pesta kayak tahun-tahun sebelumnya, gue-"

"Ini lebih dari cukup buat gue," timpal Airsya, ia mengambil kado kecil yang berada di tangan Dikta.

"Buka, gue mau pakein."

Airsya membuka kadonya, ternyata kado itu berisi sebuah kalung yang liontinnya berinisial namanya dan nama Dikta, A&D.

Airsya mengambil kalung tersebut dengan perlahan, seraya memberikannya lagi pada Dikta.

Dikta memakaikan kalung tersebut pada leher Airsya, dengan arahan Gerri yang berada disampingnya.

"Gimana, suka kado dari gue?" tanya Dikta setelah selesai memakaikannya kalung.

Ya, Dikta sengaja memilih kalung sebagai hadiah ulang tahun Airsya, agar hubungan mereka tidak akan pernah renggang seperti kalung yang terus melingkar.

Airsya mengangguk pelan. "Gue suka banget, makasih Dik, selalu punya cara buat gue senyum."

Dikta tersenyum penuh kebahagiaan.

Sebenernya Dikta telah mempersiapkan kado ulang tahun Airsya sebulan sebelum hari ulang tahun Airsya, rencananya Dikta mau menyatakan perasaannya pada Airsya, tetapi rencanya gagal ketika ia tahu kalau ia dengan Airsya adalah saudara.

"Tapi, Gue maunya lo yang jadi kado buat gue Dikta." ujar Airsya dengan lantang.

"Kan, gue udah ada," balas Dikta.

"Gue mau lo selalu ada, bukan jadi saudara, tapi pendamping hidup buat gue."

"Ca, gak harus jadi pacar, gak harus nikah buat jagain lo, dengan gue jadi adek lo juga bisa. Gue bisa setiap hari jagain lo, setiap hari nemenin lo, ada buat lo dua puluh empat jam, gue janji."

DIKTAIR Where stories live. Discover now