1. Diktair Chapter Satu : Dasi di kepala

99.2K 7.1K 655
                                    

"Walaupun lo gak ganteng, tenang gue masih mau kok temenan sama lo."

-Airsya Febrianti-

****

Suasana kelas dua belas IPS Dua telihat sangat ramai sekali, Ada si hitam manis Gerri yang sedang menyanyi menggunakan sapu seolah-olah itu gitar, ada juga si keriting Juno yang sedang bermain tik-tok.

Selain itu ada juga beberapa murid yang lebih memilih mengerjakan tugas kalau lagi freeclass seperti ini. Salah satunya Sindy, siswi yang tidak pernah sekalipun membuat masalah, kerjaannya hanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

"Hai Sindy," sapa seorang siswa yang bernama Radikta Prayoga, terlihat di Nametagnya.

Dikta duduk disebelah Sindy.

Sindy tidak menjawab, ia lebih memilih menggeser kursiya dan kembali melanjutkan aktifitasnya mengerjakan tugas.

Melihat Dikta yang tidak diberi respon oleh Sindy, ia ditertawakan oleh semua teman satu kelasnya.

"Buaya lo gak mempan buat inces Sindy, Dik." Juno tertawa paling puas.

Juno adalah sahabat dekatnya Dikta, sekaligus teman satu eskul futsalnya di sekolah ini.

"Bukannya gak mempan, cuma belum waktunya aja. Iya gak, Sin?" Dikta mengedipkan matanya kepada Sindy.

Sindy yang melihatnya hanya ingin muntah! Dikta memang playboy, mungkin seluruh penghuni sekolah sudah termakan sama rayuan mautnya. Tetapi tidak dengan Sindy, karena bagi Sindy, Dikta hanyalah laki-laki yang tidak jelas dan kurang kerjaan, selalu saja menggangu Sindy.

"Iya pangeran Diktaku sayang," bukan Sindy yang menjawab, melainkan Gerri yang ikut nimbrung dan duduk disebelah Juno. Gerri tersenyum kepada Dikta, sambil menaik turunkan alisnya.

"Jiji gue, amit-amit!" umpat Dikta, sambil mengetuk-mgetuk meja.

Gerri tertawa dengan sangat puas, Gerri masih normal, hanya saja ia memang anaknya sukai jail dan receh, sebelas dua belas dengan Dikta. Lebih tepatnya Gerri, Juno dan Dikta itu urat malunya sudah putus.

"Pala lo kenapa diperban pake dasi?" tanya Juno, ia menyipitkan matanya yang belo, melihat Dikta yang aneh, memakai dasi kok di kepala.

Geri yang baru sadar ikut tertawa, Dikta memang makhluk paling aneh, seharusnya Dikta bersekolah di pluto, berteman dengan mahkluk luar angkasa, biar mirip alien yang sama anehnya dengan Dikta.

"Otak lo lagi gak beres ya? Atau jangan-jangan gagar otak lo ya? Atau Amnesia?" tanya Gerri bertubi-tubi, meledek Dikta dengan puas.

Dikta menjitak kepala Gerri, manusia sipit tapi item itu memang suka lebay!

"Gue pake dasi di kepala itu biar mirip orang korea, lo tahu gak drama terbarunya Lucas NCT? Kayak gini penampilannya," ujar Dikta sambil merpihkan rambutnya yang mulai gondrong,

Gerri dan Juno yang tidak tahu menahu soal perkorean hanya saling menatap, tetapi bukannya Dikta juga tidak suka dengan style drama korea?

"Sejak kapan lo suka drama korea? Alay banget hidup lo," tanya Gerri sambil menahan tawanya.

"Pasti lo suka senyum-senyum sendiri ya? nangis gak jelas ketawa sendiri di kamar? Geli lo Dik sumpah!" ucap Juno yang melihat Dikta seperti tidak suka.

"Udah mah pemainnya oplasan semua lagi, muka palsu kayak pantat panci emak gua yang item terus dipoles biar bule," kata Gerri.

"Bukannya yang item itu lo ya, Ger?" tanya Juno tertawa dengan keras, begitupun dengan Dikta yang juga tertawa.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang