31. Diktair Chapter Tiga Puluh Satu : Dikta Dan Pengorbanannya

12.4K 1.3K 21
                                    

"Yang ada kalau gue pake rok, makin lama gue dapet pacar! Emang lo mau lihat sahabat lo yang paling ganteng ini, jomblo akut?"
-Radikta Prayoga-

****

Airsya berlari menyusuri Lorong sekolah, mencari keberadaan Agas, kekasihnya. Namun, Agas belum juga ia dapati. Akhirnya ia putuskan untuk masuk ke dalam kelasnya Agas.

“Kenapa?” Tanya Agas, Ketika Airsya masuk ke delam kelasnya.

“Aku boleh ngomong berdua, nggak?” Airsya melirik Bagjo sekilas, ia meminta Agas untuk menyuruh Bagjo keluar kelas terlebih dahulu.

Tanpa Diminta oleh Agas, Bagjo keluar kelas meninggalkan Airsya dan Agas berdua.

“Udah keluar dia, kenapa Sya?” tanya Agas lagi.

Airsya diam, sebenarnya ia tidak enak mengatakannya.

Agas memegang Pundak Airsya dengan kedua tangannya. “Hey, kok malah diem?”

“Eum… aku boleh nggak pinjam celana kamu, Gas?”

Agas menaikan satu alisnya. “Buat apa?”

“Aku ada praktek, aku lupa nggak bawa celana,” kata Airsya dengan pelan.

Untuk siswi yang mengambil program keahliah Teknik Komputer Jaringan seperti Airsya, memang di haruskan menggunakan celana hitam jika mau praktek, dan ia lupa tidak membawanya.

"Boleh ya?" tanya Airsya memohon.

Airsya sengaja meminta bantuan Agas, karena Agas juga mengambil Teknik Komputer Jaringan seperti dirinya, walau mereka beda kelas. Airsya kelas dua belas TKJ 1 sedangkan Agas dua belas TKJ tiga.

Agas menahan tawanya. “Yaudah bentar kamu tunggu disini, aku cariin celana buat kamu ya.”

Airsya mendengus kesal, ia kira Agas akan langsung memberi pinjam celana yang Agas pakai. Ternyata, justru malah mencarikannya, padahal sepuluh menit lagi prakteknya di mulai.

Airsya mundar-mandir di depan kelasnya Agas, sudah hampir sepuluh menit Agas belum juga datang menemuinnya. Kalau Airsya tidak mengikuti Praktek hari ini, sudah dipastikan nilainya anjlok, ia takut jika berpengaruh pada beasiswanya.

"Woy, ngapa lo?" tanya Dikta menghampiri Airsya.

Airsya tersenyum lebar. "Mau tolongin gue, ngga?"

"Apa dulu, nih?"

"Pinjem celana lo!"

Dikta menyipitkan matanya, ia bingung. "Eh, gagaga!

"Please tolongin gue napa, Dik." Lirih Airsya, memohon terhadap Dikta.

Airsya menampilkan wajah sedihnya, membuat Dikta tidak tega melihatnya.

"Emangnya lo mau ngapain sih pake celana?"

"Gue mau praktek, lagian lo tahu sendiri gue kalau praktek harus pake celana."

"Ya, kan celana gue warnanya abu, celana praktek lo warnanya item." Dikta berusaha sebisa mungkin untuk menahan Airsya meminjam celananya.

"Bodoamat yang penting gue pake celana. Please, pinjemin gue ya, Dik?"

Dikta semakin tidak tega melihat sahabatnya yang satu ini, tetapi kalau ia memberi Airsya pinjam celananya. Nanti Dikta memakai celana siapa?

Dikta menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Lagian lo sosoan pake rok, biasanya pake celana tiap hari juga!"

Memang biasanya Airsya memakai celana, walaupun ia tidak sedang praktek. "Celana abu gue basah, ya kali gue pake celana basah ke sekolah."

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang