46. Diktair Chapter Empat Puluh Enam : Apakah Ini Akhir?

14.2K 1.4K 82
                                    

"Mereka menatap gue seperti sampah yang menjijikan, seolah mereka tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Munafik!"
-Airsya Febrianti-

Note: Jangan lupa komentarnya di tunggu dan votenya jangan sampai kelupaan ya:)

HappyReading

****

"Dengan berat hati dan atas perintah dari ketua yayasan, saya terpaksa harus mengeluarkan kamu dari sekolah ini."

Airsya keluar dari ruang kepala sekolah dengan wajah yang di tekuk ke bawah, ucapan dari pak rahmat terus memutar di kepalanya, sekarang Airsya benar-benar kehilangan semuanya.

Orang tuangnya.

Dikta.

Dan sekarang pendidikannya.

Airsya melangkahkan kakinya, melewati beberapa kerumunan siswa yang menatapnya seperti sampah yang menjijikan, seolah mereka tidak pernah melakukan kesalahan, munafik!

"Sya, aku mau ngomong." Agas menahan pergelangan tangan Airsya.

Airsya menatap Agas dengan penuh kebencian. "Gue udah tahu semuanya tentang lo, ya! Berhenti bersikap manis di depan gue, pahit tahu gak?!"

"Aku minta maaf..." suara Agas melembut, tapi tidak dengan hatinya yang kasar!

Airsya melepaskan genggaman tangan Agas. "Puas lo buat hidup gue menderita?" Airsya tersenyum kecut sekilas.

"Aku nggak bermaksud kayak gitu, maaf aku salah paham sama kamu..."

Agas mencoba menggenggam kembali tangan Airsya, namun dengan cepat Airsya menepis tangan Agas yang hampir menyentuhnya.

"Sekarang mau lo apa, Gas? Lo masih belum cukup puas dengan gue di keluarin dari sekolah? Lo mau gue apa? Lo mau gue mati, HAHH?!"

"Sya, aku cinta sama kamu... aku beneran sayang sama kamu, itu nggak palsu, perasaan aku tulus buat kamu."

Airsya tertawa dengan sinis, menatap Agas sambil menggelengkan kepalanya. "Kayaknya lo beneran sakit deh, Gas."

"Aku cinta sama kamu, Airsya..." Agas mendekatkan wajahnya pada bibir ranum Airsya.

Namun belum sempet menyentuh bibir  Airsya, Agas sudah di tampar olehnya.

Plak!

Tentu saja, Airsya tidak akan membiarkan bibirnya tercemari oleh Agas.

"Mesum lo anjing!" umpat Airsya.

"Sya, aku tulus.." kata Agas sambil memegang pipinya yang memerah.

"Kalau lo tulus, lo nggak akan perlakuin gue kayak gini! Gara-gara lo gue di keluarin dari sekolah, lo mau apa lagi dari gue?" Airsya menunjuk dirinya sendiri, seraya memukul dada bidang milik Agas.

"Bukan gue yang ngaduin ke kepsek, demi Tuhan gue gak bohong."

"Tapi kenyataannya, gak ada yang harus gue percayain lagi dari lo!" Airsya mendorong tubuh Agas.

"Sya.." Agas kembali menahan tangan Airsya.

Airsya menepisnya, ia kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Agas yang terus memanggil namanya sambil menatap punggungnya. Lagi pula, Bertengkar dengan Agas, bukan hal yang penting bagi Airsya.

Dengan isi kepala yang masih memikirkan Dikta dan Pendidikannya ke depan, Airsya duduk termenung seraya bersandar di bawah pohon.
Ya, saat ini ia sedang berada di taman belakang sekolah, tempat ini tidak terlalu ramai, jadi ia bisa mengeluarlan air mata tanpa di ketahui oleh halayak ramai.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang