35. Diktair Chapter Tiga Puluh Lima : Dikta Yang Berubah

12.8K 1.2K 82
                                    

"Jangan galak-galak, nanti lo semakin lucu. Ya, takutnya gue jadi suka sama lo."
-Radikta Prayoga-

****

Airsya terpilih menjadi salah satu perwakilan sekolahnya untuk mengikuti turnamen bela diri, antar sekolah nasional. Nantinya, jika Airsya menang ia akan menjadi perwakilan indonesia di ajang turnamen bela diri internasional. Itu sebabnya saat ini ia sedang gencar latihan, karena beberapa hari lagi acara akan di mulai.

Dari luar ruangan toewekondo terdangar suara beberapa langkah kaki yang bergemuruh, ternyata itu adalah Senna, Febby dan Rena.

"Ca, lo udah lihat video viral tentang lo belum?" tanya Senna dengan nafas yang berderu.

Ya, Senna langsung menghampiri Airsya, ia bersama Febby dan juga Rena yang ikut berlari.

"Sumpah, ini parah banget asli!" Febby ikut meramaikan suasana.

Rena juga ikut berbicara. "Gila sih, lo harus liat!"

Airsya menghentikan latihannya, lalu mendekat terhadap ketiga sahabatnya itu. "Emang ada apaan sih?"

Senna menunjukan ponselnya yang berisi potongan Video Airsya yang saat itu sedang bersama Dikta di atas rooftop. Airsya terus melihat video itu sampai selesai, ia mengepalkan kedua tanganya.

Airsya menghembuskan nafasnya dengan kasar, sungguh ia bingung harus bagaimana. Kenapa bisa ada yang vidion seperti ini? Dan kenapa videonya terpotong, kenapa potongan video itu seperti sengaja mengarah terhadapnya.

"Ca, lo gapapa?" tanya Senna.

"Kalian tahu siapa yang nyebarin?" tanya Airsya balik.

Mereka bertiga dengan kompak menggelengkan kepalanya, karena memang mereka tidak ada yang tahu sama sekali.

"Gue tahu dari grup sekolah, kayaknya juga udah nyebar." Senna menggantungkan kalimatnya. "Tapi lo tenang aja, kalau nantinya beasiswa lo di cabut gara-gara ini, gue yang akan ngomong sama bokap buat tetep pertahanin lo." Senna mencoba menenangkan Airsya.

Airsya mengucek matanya, ia semakin bingung dan takut jika hal ini benar-benar akan berpengaruh terhadap beasiswanya. Apa yang harus ia katakan terhadap kakek dan neneknya, jika memang ia di pecat dengan tidak hormat? Sungguh, kejadian ini tidak pernah terlintas dikepalanya.

"Ca, tapi emang benar ya, lo itu pecandu--" ucapan Rena terpotong.

Febby langsung menginjak kakinya Rena.

"Awsss! Sakit pea kaki gue." rintih Rena, sambil memegang kakinya sebelah.

"Lo tuh ya! Kalau punya mulut rem, bisa nggak, sih?!" Kesal Febby.

Ya, Febby memang sengaja menginjak kakinya Rena, mulutnya Rena memang tidak bisa terkontrol. Walaupun sebenarnya Febby juga penasaran akan kebenaran dari video Airsya itu.

Senna menepuk pundak Airsya. "Ca, nggak usah difikirin. Pokonya lo fokus aja sama turnamen, lagian gue yakin semua yang ada di video ini nggak bener, kan?"

Airsya mencoba mengatur nafasnya. "Gue gatau."

Kalaupun Airsya harus menjelaskan semuanya, ketiga temannya itu tidak akan pernah mengerti. Mereka tidak mengerti, karena mereka tidak tahu dan tidak kenal sosok Airsya yang sebenarnya.

Mereka hanya tahu Airsya yang pintar, berprestasi di bidang toewekondo, walaupun sering buat masalah tapi mereka tidak mengenal ia sejauh itu. Mungkin Hanya Dikta, Gerri dan Juno yang benar-benar tahu akan dirinya.

"Ca, lo benaran gapapa?" Senna mengelus pundak Airsya.

Febby juga ikut merangkul Airsya. "Iya, Ca. Lo seriusan gak kenapa-napa?"

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang