49. Diktair Chapter Empat Puluh Sembilan : Happy Birthday Airsya

27.1K 1.7K 316
                                    

"Jangan nangis, mata lo nanti gak lucu lagi, gue suka lihat mata lo yang berbinar bukan berair."
-Radikta Prayoga-

Note : Tembus 1000k komentar, aku double update.

Spam komentar ya, jangan lupa vote.

HAPPYREADING👻

****

"Happy Birthday Airsyaaaa.."

Airsya terkejut, ia baru saja masuk ke dalam kamar rawatnya Dikta langsung Mendapati teman-temannya yang menyambut hari ulang tahunnya, ada Gerri, Gladis, Juno, bundanya Dikta yang juga mamanya dan tentu saja Dikta.

Airsya tersenyum penuh haru, ketika melihat Dikta yang tersenyum menatapnya dengan sebuah kue tart yang berada di tangannya.

Airsya mendekat, dengan air mata yang perlahan menetes.

"Happy Birthday Airsya," ujar Dikta lagi.

Hari ini adalah ulang tahun Airsya yang ke tujuh belas tahun, Lebih satu tahun darinya, padahal kenyataannya Dikta sendiri tidak mengerti kenapa tahun lahir Airsya lebih muda darinya. Ya, seharusnya Airsya lebih tua, karena Airsya itu kakaknya.

"Udah tiup lilinnya belum?" tanya Dikta.

Airsya menghapus air matanya, memejamkan matanya dan berdoa, lalu dengan pelan ia meniup lilin yang sudah mulai mencair.

"Lo masih inget ulang tahun gue?" tanya Airsya.

Dikta mengangguk pelan, ia tersenyum. Ya, Dikta tidak akan pernah lupa hari kelahiran Airsya, bahkan sebulan sebelum kecelakaan tadinya ia sudah mempersiapkan acara spesial untuk pesta ulang tahunnya Airsya, tetapi ia keduluan sama segala permasalahan yang berakhir di rumah sakit.

"Potong dong kuenya," kata Dikta.

Gerri memberikan pisau dan piring. "Nih, Ca."

Airsya mulai memotong kuenya, meminta Gerri untuk mengambil alih peran Dikta memegang kue tart, lalu memberikan potongan kuenya kepada Dikta.

Dikta menyuapi Airsya.

"Ca, jangan nangis." Ya, Dikta seakan mengetahui kalau Airsya sedang menangis.

Airsya buru-buru menghapus air matanya lagi. "Pede banget lo, masa gue nangis di hari ulang tahun gue sendiri!"

"Kalau lo nangis nanti makin tua, makin jelek, nanti gue bingung ngajak ribut siapa kalau lo udah sepuh," kata Dikta sambil cengengesan.

Airsya tidak membalas perkataan Dikta, ia hanya pura-pura tertawa sambil beberapa kali mengseka air matanya yang terus menetes.

"Gue punya sesuatu buat lo, tangan lo mana?" Dikta meraba sekelilingnya.

Airsya menggegam tangan Dikta, "ini tangan gue."

"Tangan lo lembut, gak pernah beberes rumah sih, bisanya rebahan doang. Gimana mau jadi istri gue? Eh, gue lupa lo kan kakak gue, ya?" Dikta terkekeh pelan.

"Dikta..." lirih Airsya.

"Iya maaf, gue banyak omong ya? Tapi, apa gue boleh minta sesuatu dari lo?" tanya Dikta dengan wajahnya yang sedikit lebih serius.

"Apa?"

"Gue mau lo nikah, bukan sama orang yang gue kenal."

"Gue maunya sama lo, bukan orang lain!" tegas Airsya kekeh.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang